Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Brush with Danger dan Livi Zheng Tembus Hollywood

24 November 2015   08:18 Diperbarui: 24 November 2015   10:29 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hollywood adalah mimpi bagi para sineas film dunia. Sebagai kiblat perfilman dunia ,Hollywood menjadi trensetter, barometer sekaligus puncak karir seorang sineas. Menembus Hollywood menjadi pencapaian tertinggi bagi dunia perfilman. Adalah Livi Zheng dan Ken Zheng dua kakak beradik perantauan asal Indonesia yang mampu menaklukan Hollywood. Livi Zheng menjadi keajaiban dunia film. Bukan saja berhasil menembus Hollywood tapi Livi juga mampu membuktikan kemampuannya sebagai sutradara sekaligus pemain film yang patut diperhitungkan dunia film internasional.

Pertama kali penulis bertemu dengan Livi Zheng , Sabtu (21/11) di Epicentrum Kuningan . Livi sedang dikerubungi para blogger . Semua pertanyaan para blogger dijawab secara tuntas . Nampaknya Livi benar benar membuka semua informasi yang ia miliki. Dengan gamblang Livi menceritakan semua usaha dan jerih payahnya menembus perfilman Hollywood. Proses yang nampak tak mungkin itu berhasil dilaluinya . Tentu sebuah proses panjang yang melelahkan , rumit , penuh penolakan, bahkan menguras perasaan.

Livi Zheng memang penuh keajaiban . Gadis yang pernah bersekolah di Beijing dan mempelajari seni beladiri wushu ini memang seorang yang cerdas dan berbakat. Livi bercerita kehidupannya di Beijing ketika harus hidup terpisah dengan kedua orangtuanya di Indonesia. Siang-malam Livi mempelajari wushu. Ilmu senibeladiri Kung-fu ini benar benar dikuasai dengan sangat baik. Terbukti ketika adegan adegan perkelahian pada film Brush with Danger terlihat menarik, natural dan berbeda.

Modal wushu inilah yang menarik perhatian sineas film Hollywood. Karakter Livi punya ke-khasan , berbeda dengan adegan aktor film dari Hongkong maupun China daratan. Gerakan beladiri yang dimiliki Livi lebih memperlihatkan kehandalan seorang atlit wushu. Liukan tubuh dan gerakan menyerang nampak nyata , bukan sebuah adegan yang dilebih lebihkan sehingga gerakanmya nampak konyol dan tak masuk akal.

Penulis lebih tertarik kepada proses pembuatan film Brush with Danger. Melihat perjuangan seorang Livi yang sebelumnya tak pernah terlibat dalam pembuatan film. Livi yang awalnya bermukim di Amerika untuk menuntut ilmu ekonomi di salah satu perguruan tinggi malah memiliki mimpi lain . Mimpi membuat film di Hollywood disampaikan Livi kepada beberapa sutradara Hollywood. Jawabanya : 3 kenyataan di Hollywood ini sulit ditembus. 1) Sutradara Hollywood didominasi pria, sangat jarang wanita menjadi sutradara .2) Sulit ditemukan sutradara berasal dari asia .3) Portofolio, Livi Zheng belum pernah membuat film sebelumnya.

Mundurkan Livi Zheng ? No way. Gadis ‘keras kepala’ ini tak gentar menghadapi penolakan . Berkali kali ditolak bahkan menurut penuturannya hingga 32 kali script skenarionya ditolak. Tak ada kru film yang mau bergabung. Semuanya memandang sebelah mata. Livi terus berusaha dan tak mau menyerah . ‘Rimba’ Hollywood akhirnya menunjukkan jalannya. Keinginanya diterima, skenarionya layak di angkat ke layar lebar. Proses ini masih belum selesai . Mengumpulkan pemain dan kru film menjadi tantangan selanjutnya. Livi memang menginginkan pemain dan kru yang pernah terlibat dalam film film box office. Keinginannya akhirnya tercapai juga karena kegigihan yang pantang menyerah.

Brush with Danger Dalam Review

Film Brush with Danger adalah film yang diproduksi Sun and Moon Film. Diproduksi pada tahun 2012 . Proses shootingnya hanya membutuhkan waktu 27 hari. Pengambilan gambar dilakukan di Seattle, Washington dan Los Angeles. Bercerita tentang dua pengungsi ilegal yang masuk ke Amerika dalam upaya mengubah nasib. Alice (Livi Zheng) dan Ken (Ken Zheng) memulai kehidupan di Amerika dengan menumpang kapal kargo. Penggambaran kargo yang berisi manusia memang mengundang pertanyaan tersendiri. Alice dan Ken akhirnya hidup menggelandang. Menjual lukisan di sebuah pasar di pinggir jalan. Tak ada yang tertarik membeli lukisan Alice, walaupun Ken sudah berusaha berpromosi. Di tengah kegalauan karena tak ada yang tertarik membeli lukisan, Ken unjuk kebolehan seni beladiri wushu tepat ditengah pasar. Aksi unjuk kebolehan Ken dan juga Alice menuai simpati dan uang pun didapat .

Pada sebuah peristiwa penjambretan Tas seorang wanita, Ken segera mengejar sipenjambret dan terjadilah perkelahian yang seru hingga akhirnya si penjambret bisa dilumpuhkan dan tas si wanita berhasil direbut kembali . Adegan ini terlihat memang agak ‘kebetulan’ dan terlihat mudah ditebak. Alur cerita film ini akhirnya terjebak dalam setting sederhana. Kisah seorang pria pemilik galeri seni ,Justun Sullivan yang berbuat baik untuk Alice dan Ken menjadi inti cerita.

Cerita Brush with Danger memang sederhana. Alurnya mudah ditebak . Peran Livi Zheng dan Ken Zheng yang dominan menjadi pusat perhatian  belum sepenuhnya diekspolasi. Karakter Alice yang pendiam dan Ken yang lebih periang memang belum maksimal. Beruntung karakter keduanya dapat ditutupi oleh karakter pemain lainnya yang nampaknya memiliki jam terbang yang jauh diatas Livi dan Ken .

Akhir cerita film ini juga agak absurd. Sekelompok orang yang kecewa karena tertipu dalam pembelian lukisan tiba tiba saja melabrak rumah si pemilik galeri seni. Dengan kemarahan yang sudah meluap sekelompok orang itu mengobrak ngabrik rumah dua lantai itu . Tak ayal terjadi perkelahian sengit dan tak seimbang. Tapi bisa ditebak , penyerang yang berjumlah lebih dari 6 orang itu klepek klepek dihajar oleh Alice dan Ken. Sayang , laki laki pemilik galeri yang berbuat curang itu tertembak .

Adegan ketika Justun Sullivan tertembak dan meminta tolong menjadi adegan yang agak mengganggu. Alice dan Ken tidak beranjak untuk berusaha menolong laki laki yang telah banyak menolongnya walaupun hanya sebagai kedok untuk melakukan hal ilegal. Keduanya seakan sudah menunjukan kemarahannya atas tindakan kebohongan yang dilakukan Justun Sullivan .

Minus Adegan Dewasa

Hal yang agak menarik dan tentu hal ini kurang menarik bagi penonton Amerika adalah tidak adanya satu scene adegan dewasa pada film ini. Adegan deep kiss yang biasanya menjadi ritual film asal Amerika tak ditemukan dalam film ini . Dari sisi moral film ini patut dicungi jempol . Cocok untuk film keluarga walau tetap harus diberikan pengertian karena adegan kekerasan berupa perkelahian cukup banyak dalam film ini.

Tidak adanya adegan dewasa kemungkinan si pembuat skenario, Ken Zheng merasa tak ada adegan yang bisa dieksploitasi untuk itu. Adegan dewasa memang menjadi pemanis dalam alur cerita film film barat bahkan untuk film Indonesia sekalipun sering kali memanfaatkan adegan dewasa dalam menarik minat penonton yang tentunya juga sudah dewasa.

Selama film diputar penulis memang melihat banyaknya adegan serba kebetulan yang sengaja ditampilkan dalam alur cerita. Hambatan dan tantangan yang diterima Alice dan Ken hampir tak ada selain sebuah tas yang dijambret dalam pembukaan film. Selain itu alur cerita terlihat mengalir dalam serba kemudahan. Aksi aksi menarik simpati dengan ber-wushu ria juga terlihat mudah mendapat simpati. Uang pun mengalir mudah.

Jujur saja penulis merasakan alur cerita film ini sangat terpengaruh oleh gaya film Indonesia kebanyakan. Simpel, mudah mendapat simpati dan mudah ditebak. Mungkin latar belakang Ken Zheng-lah yang membuat aura film ini terpengaruh oleh gaya film Indonesia.

Masuk Nominasi Oscar

Sebagai pendatang baru Livi Zheng memang fenomenal. Brush wit Danger terpilih dalam nominasi film yang diproduksi/diputar pada tahun 2014. Panitia Oscar menilai ada hal yang menarik dalam film ini. Tentu ada hal teknis yang cukup baik dalam film ini . Nilai perjuangan kaum imigran yang masuk Amerika.

Livi Zheng dalam penuturannya cukup kaget dan diluar perkiraannya. Bisa membuat film di Amerika saja sudah sebuah prestasi luar biasa apalagi masuk nominasi Oscar. Paling tidak gadis asal kota Malang yang saat ini sedang menyelesaikan S3 di Amerika ini belum merasa puas atas pencapaiannya ini. Sudah 3 Film berhasil ia buat. Film keempat Livi berkeinginan membuat film di Indonesia , impiannya untuk membawa keindahan dan keunikan budaya Indonesia di dunia internasional lewat film patut diapresiasi dan didukung semua pihak.

Mungkin jalan menuju Hollywood memang telah dibuka oleh Livi Zheng. Kini jalan itu harus semakin lebar dengan usaha dan bakat sineas Indonesia yang semakin mengkilap dan berkibar.

Salam Film Nasional Goes To Hollywood

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun