Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mentawai, Pulau Eksotis Dengan Budaya Menarik

27 Oktober 2015   06:28 Diperbarui: 27 Oktober 2015   06:28 1746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Seorang Laki laki suku mentawai ( sumber: www/flickr/roebeh)"][/caption]

Mungkin anda pernah mendengar kisah penduduk pulau yang hanya mengenakan cawat dengan tato di sekujur tubuhnya. Hidup bersama alam di tengah pulau yang dikelilingi samudra luas. Penduduk pulau ini adalah salah satu suku terasing di Indonesia. Seperti nama kepulaun tempat mereka bermukim , suku ini bernama suku Mentawai.

Suku Mentawai sendiri hidup dibeberapa pulau. Ada empat pulau besar yang menjadi tempat tinggal suku ini. Pulau Siberut (4.092 Km2), pulau Sipora (916 Km2), Pulai pagai utara dan Pagai selatan (1.733 Km2) adalah pulau yang menjadi gugusan kepulauan Mentawai. Siberut menjadi pulau terbesar dari empat pulau yang masuk dalam pemerintah daerah sumatra barat. Diantara 4 pulau besar masih ada 125 pulau lainnya , sebagian besar pulau kecil yang tak berpenghuni.

Untuk mencapai kepulauan Mentawai bukan perkara mudah. Selain biaya penyeberangannya yang mahal juga ancaman bahaya gelombang laut yang bisa berubah setiap saat. Maklum saja kepulauan Mentawai berada di tengah Samudra Hindia . Jarak pulau Siberut dengan pulau Sumatra kurang lebih 120 mil atau sekitar 100 Km.

Walau begitu , kepulauan Mentawai menjadi destinasi yang menarik bagi banyak wisatawan asing. Keunikan budaya menjadi salah satu alasan wisatawan berkunjung . Kuatnya kepercayaan mistis yang masih dianut suku Mentawai membuat hampir seluruh budaya dan pola kehidupan suku ini masih menggunakan kepercayaan roh .

Dalam pandangan suku mentawai setiap benda mati maupun benda hidup memiliki roh. Hutan, laut, rawa, air terjun, angin , badai, hujan , tumbuhan, hewan mempunyai jiwa . Suku Mentawai juga percaya ada makhluk halus penunggu. suku mentawai menyebut makhluk penunggu itu Lakokaina .Sifat mistis suku mentawai memang sangat dominan. Hampir di semua suku terasing di Indonesia memiliki kepercayaan yang hampir sama , baik suku anak dalam di jambi, suku Baduy di Lebak banten, suku sasak di nusa tenggara , suku Dayak di kalimantan, suku Toraja di Sulawesi hingga suku suku di wilayah papua.

Di pulau Siberut , di kecamatan Siberut selatan desa Matotonan menjadi wilayah yang masih memegang erat budaya suku Mentawai. Asal tahu saja perkembangan zaman juga turut mempengruhi sikap primitif suku Mentawai. Masuknya orang asing, interaksi sosial , kebutuhan ekonomi dan sentuhan pendidikan modern sedikit banyak memberikan pengaruh pada suku terasing ini. Saat ini sebagian anak anak suku mentawai mulai bersekolah. Ditengah perubahan ini sebagian besar suku Mentawai masih memegang teguh kepercayaan nenek moyang mereka.

[caption caption="Aktifitas seorang laki laki suku Mentawai ( sumber: www.merdeka.com) "]

[/caption]

Asal Muasal Suku Mentawai

Bila melihat dari warna kulit yang terang dan bentuk wajah diperkirakan suku mentawai termasuk suku ras yang mendiami pulau pulau Polynesia . Dan teori yang paling memungkinkan suku Mentawai berasal dari pulau Nias (Kruyt ,1921).

Diperkirakan karena peperangan antara ras Aria dan ras melayu membuat sebagian melarikan diri dari pulau Nias ke Siberut melalui kepulauan batu. Teori ini memang belum tentu benar. Namun yang pasti suku Mentawai memang berbeda dengan suku minang. Baik bahasa yang digunakan dan budaya yang berkembang. Suku Mentawai hidup secara berkoloni , 5 hingga 8 keluarga dalam satu uma (rumah) . Panjang sebuah uma bisa mencapai 20 sampai 30 meter , mirip dengan ukuran rumah suku dayak . Uma terbuat dari kayu bakau beratapkan rumbia. Dindingnya terbuat dari kulit kayu. Selain Uma yang dihuni secara berkoloni ada pula lalep ( rumah satu keluarga) dan rusuk (rumah calon pengantin).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun