Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mentawai, Pulau Eksotis Dengan Budaya Menarik

27 Oktober 2015   06:28 Diperbarui: 27 Oktober 2015   06:28 1746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepulauan Mentawai memang terdiri dari gugusan pulau pulau, penghuninya mempunyai tingkat kehidupan yang berbeda beda. Setiap pulau punya perkembangan yang berbeda beda. Walau secara alam ,flora dan fauna sama. Pulau Sipora adalah pulau yang paling cepat berubah. Di pulau ini sudah tak ditemukan uma , rumah asli suku mentawai . Rumah rumah dipulau Sipora sudah terpengaruh perubahan zaman. Beberapa alat elektronik juga telah dmiliki sebagian penduduk pulau Sipora.

Secara ekonomi, kepulauan Mentawai mulai terdongkrak ketika booming gaharu dan cengkeh. Saat kedua komoditi itu melambung. Sebagain besar orang mentawai memiliki uang yang cukup besar. Di mulailah perburuan barang barang ‘aneh’ yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.

Rumah kayu berubah menjadi rumah batu. Semen didatangkan dari kota Padang, karang karang di laut dijadikan batu penguat bangunan. Era rumah batu / permanen membuat rumah asli suku Mentawai tergusur di pulau Sipora.

Di pulau Sipora sulit ditemui orang menggunakan cawat dari kulit kayu. Rata rata sudah mengenakan celana dan baju yang lebih modern. Di ibukota kecamatan sudah banyak dijual pakaian dan celana asal kiriman dari Padang. Celana jins sudah menjadi celana yang biasa dipakai.

Pergeseran juga terjadi pada peran kerei , dimana ritual tarian maturuk yang menghabiskan waktu berhari hari kini telah digantikan dengan cara pengobatan yang jauh lebih ringkas. Kerei di pulau Sipora tak lagi bertelanjang dan menggunakan genta.
Sekolah sekolah juga sudah dibangun di seluruh wilayah kepulauan mentawai. Hanya saja pandangan suku mentawai terhadap pendidikan masih rendah. Anak anak yang bersekolah juga karena desakan dari kepala desa. Bahkan polisi juga ikut memaksa para orang tua untuk mengirimkan anak anak mereka ke sekolah dari kebun kebun mereka. Suatu pandangan yang unik bila dibanding wilayah lain di Indonesia.

Pulau Siberut bagian selatan yang masih menyisakan budaya asli suku mentawai. Didaerah pedalaman pulau Siberut masih ditemui uma walau tidak sepanjang zaman dahulu. Siberut memang menjadi wilayah kunjungan wisata budaya.

Sementara di pulau Pagai selatan nasibnya jauh lebih baik karena dijadikan Taman laut yang dilindungi. Empat jenis primata endemik juga masih banyak terdapat dipulau ini. Terutama pulau Sinaka. Ada kesepakatan diantara penduduk untuk tidak memburu sikabuat di wilayah ini. Alhasil bila ingin melihat empat jenis primata endemik datanglah di kawasan sinaka, pada pagi hari salah satu jenis primata, bilou akan bernyanyi khas. Siamang kerdil berbulu hitam pekat ini penyanyi alam yang sangat handal. Penulis teringat ketika tinggal di pesisir barat Lampung, suara siamang terdengar hingga ratusan meter. Biluo bernyanyi dalam beberapa variasi lagu. Setiap nada tentu punya maksud berbeda beda. Inilah salah satu khas kepulauan Mentawai.

Bila anda tertarik, anda bisa datang ke Mentawai melalu jalur laut dari pelabuhan Padang. Sudah tersedia kapal yang melayani transportasi antar dermaga di kepulauan Mentawai. Malah tersedia kapal cepat yang memangkas perjalanan menjadi lebih cepat.
Untuk akomodasi, sudah tersedia beberapa penginapan dan hotel . Di beberapa desa juga ada tempat yang bisa disewa sebagai penginapan.

Tertarik ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun