Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Si Merah dan Si Jadul, Sebuah Kisah Sepeda Motor

3 September 2015   14:46 Diperbarui: 4 September 2015   04:08 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Si Merah dan Si Jadul adalah dua sepeda motor yang saya miliki. Si jadul sepeda motor kelahiran 1997 . Berjenis kelamin eh maksudnya mesinnya ‘dua tak’ (dua langkah). Tahu dong kalau sepeda motor dengan mesin ‘dua tak’ menimbulkan asap dari knalpot. Suaranya juga bising . Bikin tetangga pada bangun. Makanya menghidupkan si Jadul jadi serba salah. Raungannya yang keras membuat polusi suara. Bising. Tapi mau gimana lagi . Si Jadul sudah nempel dihati.

Dibeli pada kondisi bekas tahun 1999. Kondisinya saat itu cukup fit. Bisa lari ngebut kesana kesini. Kayak sepeda motor GP yang balapan di sirkuit Internasional . Ngebut abisss. Karena masih berdarah muda dengan semangat yang meluap luap si jadul menjadi tunggangan yang mengasikkan. Di geber semaunya , dia ngacir. Tapi , ternyata sepeda motor juga punya ‘perasaan’. Di pakai setiap hari kemana mana. Dipakai kerja hayoo, dipakai turing hayooo, di pakai JJS (jalan jalan sore) hayoo, dipakai ngapel hayoo. Si Jadul mulai batuk batuk, sesekali ketika perpindahan gigi terasa berat alias tidak langsung ngacir. Ada jeda. Ngeden gitu

Lalu kondisinya bertambah dengan daya lari yang menurun . Loyo macam kurang vitamin. Saya yang belum faham betul ketika itu tak terlalu menganggap ciri ciri sepeda motor mulai kehilangan ‘kesaktiannya’ . Sepeda motor mulai berat ketika jalan menanjak. Seperti diganduli beban berat. Ngos ngosan. Harus pakai gigi satu.

Dan yang paling parah mulai terdengar suara aneh dari dapur mesin. Seperti suara gesekan yang tak normal. Berisik. Saking berisik pengguna sepeda motor disebelah sampai tahu . Saya sering kali diteriaki , “Motor lu rusak tuh, sehernya kena" . Saya tentu masygul. Sedih. Si Jadul nampaknya harus diopname. Di bongkar mesinnya.

Menyerah di tangan ‘Dokter’

Karena sudah dalam taraf mengkhawatirkan. Si Jadul sudah mulai ‘ngorok’. Tanda tandanya : Bensin jadi boros, sebentar sebentar saya harus mengisi bensin. Ngantri di POM. Duit jadi abis buat beli bensin.

Lalu oli samping juga cepat sekali habis. Diisi , biasanya 3 minggu baru ngisi sekarang seminggu aja sudah merah lampu indikatornya, minta diisi lagi. Lahab sekali pikir saya ketika itu. Lagi lagi duit keluar buat beli oli samping.

Saya akhirnya nyerah. Dengan segala ‘keheranan’ dan juga ‘kesedihan’. Saya serahkan si Jadul kepada seorang dokter disebuah bengkel langganan. Si dokter yang bajunya banyak noda oli itu memberikan diagnosa yang membuat saya bergidik ngeri. Mesin Si Jadul harus dibelah. Parah sekali kerusakannya. Ring Seher, piston, laher bearing, as krug , dan beberapa komponen penting lainnya. Pokoknya diagnosisnya : penyakit sudah kronis.

Alkisah, si Jadul akhirnya dipreteli. Dengan sadis , alat alat bengkel mencopoti satu satu ‘daleman’ mesin . Ketika dibuka, piston sudah bergaris garis. Lecet kena gesekan. Ini yang menyebabkan sepeda motor kehilangan tenaga. Si dokter menyebutnya si Jadul kehilangan kompresi alias ‘ngempos’. Tenaga terbuang karena sisi sisi piston terdapat guratan luka. Ini juga merembet pada komponen lainnya.

Saya akhirnya harus bersabar menunggui si Jadul dipreteli. Komponen yang aus diganti baru tentu cari yang orisinil. Beruntung paramedis dan dokter cepat bekerja. Apalagi dibengkel langganan juga menjual spare part. Jadi tinggal teriak kepada pelayan toko, spare part baru dihantarkan dengan penuh senyum. Ya, situ seyum senang lha saya harus siap siap merogoh kocek. Emang dikasih gratisan. Bayar bro...

Tak lama setelah tiga hari. Si Jadul mulai kembali bergairah. Mesinnya sudah kembali dipasang. Uji coba dilakukan , Tralala...si Jadul kembali menyalak. Pertama , dilakukan tes on/off. Artinya sepeda motor bisa dihidupkan . Baru sekedar hidup . lalu tes lari, yang penting bisa jalan dulu , lari kenceng dilarang keras. Alasannya Piston masih baru. Baru distandarkan ulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun