Bidayatul Hidayah: Persiapan Pelaksanaan Salat

Setelah sekian waktu lamanya, pengajian Bidayatul Hidayat ---yang diampu oleh KH Ali Fikri A. Warits, pengasuh PP Annuqayah daerah Lubangsa,--- vakum, akhirnya hari ini, Ahad, 28 Mei 2023, pengajian itu kembali digelar. Program pengajian alumni yang ditempatkan di sebuah saung Lubangsa ini dihadiri oleh simpul alumni Annuqayah daerah Lubangsa dan simpatisan lainnya. Kitab Bidayah yang ditulis oleh Imam Ghazali ini, masih menjelaskan terkait dengan fikih ibadah.

Koleksi Pribadi

Kali ini Imam Ghazali menjebarkan tentang pentingnya persiapan untuk salat. Karena segala sesuatu hang dipersiapkan akan berdampak pada kualitas program, termasuk kualitas salat yang menjadi dasar pokok di dalam kaidah Islam. Oleh karena itu maka mempersiapkan salat dengan baik akan melahirkan kebaikan ibadah salat itu sendiri. Di dalam kitab Bidayah ini, dijelaskan dengan jabaran yang sempurna terkait dengan salat yang lima waktu tersebut.

Salat Zuhur

Salat yang dilaksanakan setelah matahari tergelincir ini dijelaskan lebih awal. Imam Ghazali mengatakan bahwa seseorang harus mempersiapkan salat ini sebelum tergelincirnya matahari (waktu salat Zuhur). Dalam persiapan ini diawali dengan qailulah (tidur sesaat) sebelum masuknya waktu Zuhur atau sebelum matahari tergelincir (zawal). 

Hal ini (qailulah) dilakukan jika seseorang biasa melakukan qiyamul lail (salat malam) atau perbuatan baik lainnya yang mengahruskan jaga malam. Qailulah dilakukan karena akan membantu menguatkan qiyamul lail itu sendiri.

Koleksi Pribadi

Jika melakukan qailulah (tidur sesaat) maka seseorang harus berkomitmen untuk bangun sebelum zawal (tergelincirnya matahari), kemudian mengambil air wudhu' dan berangkat ke masjid. Sesampainya di masjid hendaknya salat tahiyatal masjid dan menunggu azan serta menjawab panggilan azan itu sendiri. Berikutnya adalah salat sunah empat rakaat sebelum Zuhur. Salat empat rakaat sebelum Zuhur termasuk salat sunah mu'akkad (dikokohkan). 

Biasanya Nabi Muhammad saw ketika salat sunah sebelum Zuhur dilama-lamakan atau dimantapkan, baik dalam bacaan maupun dalam gerkan salat itu sendiri. Nabi saw bersabda, "Waktu ini (sunah sebelum Zuhur) dibukanya pintu-pintu langit. Maka aku ingin agar amal-amalku yang baik diangkat (pada saat itu)." 

Dalam sebuah khabar (Hadis) dijelaskan bahwa orang yang salat sebelum Zuhur dengan cara menyempurnakan rukuk dan sujudnya, maka para malaikat sebanyak 70 ribu ikut salat dan bahkan meminta ampunan kepadanya hingga malam hari. Setelah itu (salat sunah sebelum Zuhur) seseorang mengerjakan salat Zuhur dengan cara berjamaah. Kemudian dilanjutkan dengan salat sunah dua rakaat setelah Zuhur. Salat sunah sesudah Zuhur juga termasuk salat sunah yang dikokohkan. 

Setelah salat Zuhur dan menunggu salat Ashar, hendaknya seseorang tidak melakukan hal-hal lain kecuali menuntut ilmu, membaca Al-Quran, membantu orang muslim, atau berusaha (bisnis) untuk kehidupan. Hal sedemikian dilakukan agar memperkuat nilai-nilai agama (Islam). Sehingga segala perbuatan yang kita lakukan tidak lepas dari kaidah keislaman itu sendiri.

Salat Ashar

Setelah melakukan hal-hal kebajikan sesudah melakukan salat Zuhur, maka selanjutnya adalah persiapan untuk melaksanakan salat Ashar. Diawali dengan empat takaat sebelum salat Ashar yang merukan salat sunah mu'akkad juga. Dalam sebuah Hadis, Rasulullah saw bersabda, "Semoga Allah mengasihi seseorang yang mengerjakan salat empat rakaat sebelum Ashar." 

Maka hendaknya kita berdaya upaya untuk memperoleh doa Rasulullah saw tersebut. Setelah salat Ashar hendaknya seseorang melakukan hal-hal yang telah dilakukan setelah salat Zuhur; menuntut ilmu, membantu umat Islam, membaca Al-Quran, dan berusaha untuk kehidupan.

Hendaknya seseorang tidak menjadikan waktunya menjadi sia-sia. Maka seyogyanya waktu itu digunakan sebagaimana mestinya dan sebagaimana baiknya. Mestinya seseorang juga menertibkan wirid (zikir) baik di waktu malam maupun di waktu siang. Membuat jadwal kegiatan yang pasti merupakan suatu kebaikan agar tidak berlebih maupun melewatkan waktu yang telah ditetapkan. 

Imam Ghazali menegaskan bahwa seseorang yang menyia-nyiakan waktu disepadankan dengan binatang. Maka jadwal yang tepat dan dilakukan dengan semestinya, maka akan membuat kita terlepas dari waktu yang sia-sia. 

Umur pada hakikatnya merupakan harta yang paling pokok. Karena umur yang digunakan demi kebaikan akan menyampaikan seseorang kepada nikmat akhirat (surga). Dan setiap tarikan napas merupakan permata yang tidak dapat dihargai dengan harta apapun. Karena tidak mungkin napas itu dapat diganti dengan harta.

Imam Ghazali juga menegasakan bahwa kita jangan menjadi orang yang pandir (bodoh), tertipu, dengan kesibukan mengumpulkan harta benda dan tidak menyadari berkurangnya umur. "Maka sama sekali tidak ada kebaikan dalam bertambahnya harta sementara umur selalu berkurang," demikian Imam Ghazali beranalogi. 

"Maka janganlah kalian berbangga kecuali dengan bertambahnya ilmu dan perbuatan baik. Karena keduanya (ilmu dan amal shalih) adalah teman yang akan menjadi pembela di alam kubur," demikian Imam Ghazali menjelaskan. Sementara yang lain seperti keluarga, harta, anak-anak, dan saudara-saudara akan meninggalkan kita. 

Demikian kajian kitab Bidayatul Hidayah kali ini. Selanjutnya adalah persiapan menjelang salat Magrib yang akan dilanjutkan pada pertemuan yang akan datang. Insya Allah, semoga kita semua termasuk salik fil ilm, yaitu pencari ilmu yang akan membawa kita ke surga. Aamiin. ---rusdi_elumar---