Adalah Gilang, seorang mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi yang membuat jagat maya viral dengan aksinya. Kelainan orientasi seksual dengan sarana kain jarik, menjadi orientasi untuk kepuasan seks. Hal ini menjadi perbincangan netizen bahwa terdapat kelainan orientasi seksual pada seorang Gilang. Meski tidak sampai kepada tindak kriminal, namun karena berkedok di balik riset dan penelitian, hal ini menjadi diskursus yang lebih serius.
Secara umum, kelainan orientasi seks terdapat beberapa aspek dilihat dari objek orientasi tersebut. Dalam sebuah keterangan, dijelaskan bahwa kelainan seks tersebut dapat dipengaruhi oleh oleh banyak hal. Seperti pengalaman jadi korban peidofilia atau terjadinya kelainan otak seseorang. Hal ini diperlukan psikolog untuk menangani kelainan tersebut, termasuk penggunaan obat-obatan yang sesuai.
Beberapa Bentuk Parafilia
Kelainan seks (parafilia) yang terjadi pada seseorang dapat berupa hal-hal yang dipandang tidak logis. Artinya, bagi kebanyakan orang (normalitas) perbuatan tersebut dianggap sebagai hal yang aneh. Namun, bagi pengidap parafilia hal tersebut dijadikan sarana untuk kepuasan seksualitas. Berikut beberapa parafilia yang penulis rangkum dari berbagai sumber.
Ekshibionisme, yaitu kelainan seksual pada seseorang yang merasakan kepuasan dengan melakukan keterkejutan bagi orang lain. Seperti  memperlihatkan alat kelamin atau onani di tempat umum. Biasanya kelainan ini tidak sampai terjadi kontak fisik apalagi hubungan seks, sehingga seringkali tidak terungkap di lingkungan masyarakat.
 Voyeurisme, yaitu kelainan seksual yang terjadi pada seseorang dengan cara mengintip orang mandi. Seringkali orang dengan kelainan ini bermasturbasi sambil mengintip orang yang sedang mandi. Sama dengan ekshibionisme, pelaku kelainan seksual ini tidak ingin melakukan hubungan seksual dengan orang lain.
Froteurisme, yaitu kelainan orientasi seks dengan cara menggesekkan alat kelamin kepada orang lain di tempat keramaian. Ini seringkali terjadi di kendaraan umum, seperti bus dan kereta api, yang sedang berdesak-sedakan. Pada kelainan seks ini, pelaku melakukan kontak fisik dengan korban, tetapi tidak sampai melakukan hubungan seksual sebagaimana normalnya.
Paedofilia, yaitu kecenderungan seksual terhadap anak di bawah umur. Pelaku merasakan kepuasan fantasi seksual dengan cara memperlihatkan alat kelaminnya terhadap mereka (abak di bawah umur). Sekadang juga memgang alat kelamin anak-anak, bahkan melakukan seks dengan anak di bawah umur. Tentu saja orientasi kelainan seks seperti ini mengundang masalah hukum, karena anak-anak menjadi korban pelecehan.
Sadomasokis, yaitu kelainan seksual dengan cara penyiksaan. Dengan menyiksa atau disiksa, penderita parafilia ini merasakan kepuasan dalam orientasi seksualnya. Dengan cara mencekik, memukul, menggigit, bahkan melukai diri sendiri atau pasangannya. Seringkali perbuatan dalam kelainan ini, tidak sampai terjadi masalah hukum, karena sudah ada kesepakatan sebelumnya.
Sadisme, adalah kelainan seksual yang pelakunya merasa puas dengan cara menyiksa pasangannya. Dalam beberapa kasus, pelaku kealinan seks ini merasa gembira ketika pasangannya merasakan kesakitan, bahkan hingga meninggal dunia.
Transvetitisme, merupakan kelainan orientasi seks dengan cara berdandan seperti wanita. Dalam beberapa kasus bukan hanya memakai pakaian wanita, tetapi hingga menggunakan make up, seperti gincu, bendak, pemirah pipi, dan lain sebagainya.
Nekrofilia, yaitu kelainan orentasi seks dengan cara berhubungan badan dengan mayat. Parafilia jenis ini jarang ditemukan atau diungkap ke muka umum.
Zoofilia, yairu kelainan orientasi seks dengan cara berhububgan badan dengan binatang. Tak sebatas kontak fisik, parafilia jenis ini juga menjalin hubungan emosi dengan binantang tertentu.
Beastiality, yaitu kelainan seks dengan cara melakukan hubungan seks dengan binantang. Tetapi, pada pelaku kelainan ini tidak sampai menjalin hubungan emosi. Tetapi hanya sebatas melakukan kontak fisik.
Parafilia (Fetish)
Salah satu kelainan orientasi seks adalah fetish (dalam KBBI ditulis fetis, tanpa h). Fetish adalah kelainan orientasi seksual terhadap benda mati atau hidup. Seperti kasus Gilang, merasakan kepuasan seks dengan cara melihat seseorang yang dibungkus kain jarik. Maka kasus ini dianggap sebagai fetish terhadap kain jarik.
Termasuk parafilia fetish adalah seseorang yang merasakan kepuasan atas hal-hal yang berhubungan dengan wanita. Seperti rambut, kaki, tangan, pakaian dalam wanita, BH, dan lain sebagainya. Jadi tidak heran kalau kita terkadang mendengar ada seseorang yang khusu mencuri pakaian dalam wanita. Hal ini karena dengan cara melihat, memegang, atau bahkan memeluk barang sensored tersebut merasakan kepuasan seksual.
Parafilia fetish memang tidak dapat dijangkau oleh akal sehat. Logika kepuasan seksual dengan benda-benda tertentu yang tidak etis. Tetapi bagi sebagian orang yang mengidap penyakit ini, hal tersebut dianggap biasa. Sehingga pelaku terhadap orientasi kealinan ini merasa berbuat hal yang normatif.
Fetish dan Penyakit Mental
Menurut Dr. Beng Yeong Ng (www.doctorxdentist.com), kelainan fetisisme adalah ketertarikan seksual yang kuat terhadap objek mati atau bagian tubuh yang secara tradisional tidak terlihat seksual, yang disertai dengan kesulitan dan gangguan klinis yang signifikan. Istilah "fetisisme" berasal dari feitico, kata dalam bahasa portugis, yang berarti "daya tarik berlebihan."
Kebanyakan individu merasa suatu bagian non-genital tubuh sangat menarik, ini mengindikasikan tingkatan fetisisme yang normal dari seksualitas manusia. Akan tetapi, rangsangan fetisisme dapat menjadi masalah jika mengganggu fungsi seksual normal atau fungsi sosial, atau ketika rangsang seksual tidak mungkin terjadi tanpa objek fetish tersebut.
Laboratorium Psikofisiologi Seksual Universitas Texas membuat daftar pilihan perawatan psikoterapi yang umum untuk semua gangguan parafilia termasuk terapi aversi, rekondisi orgasme, dan sesititasi tersembunyi. Kerangka pengobatan ini masuk ke dalam terapi kognitif perilaku (CBT). Lebih kepada masalah pembenahan perilaku penderita sehingga dapat kembali normal pada orientasi seksual yang sebenarnya.
Dalam hal pengobatan bagi parafilia fetish adalah obat anti-cemas atau anti-depresan yang disebut SSRI dan pengobatan hormonal lainnya. Pengobatan dengan estrogen dan obat penurun testosteron (anti androgen) juga dapat menjadi pilihan.
Intinya, pengidap fetish dapat disembuhkan karena penyakit kelainan seks ini termasuk penyakit mental dan fisik. Sehingga, tergantung kepada penderita sendiri untuk terbuka dan punya kemauan untuk terlepas dari penyakit tersebut. Keterbukaan terbatas, seperti mendatangi psikolog dan pengobatan lainnya menjadi pilihan penderita untuk sembuh dan memiliki oreintasi seks yang normal. Wallahu A'lam!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H