Mohon tunggu...
Roesda Leikawa
Roesda Leikawa Mohon Tunggu... Editor - Citizen Journalism, Editor, Penikmat Musik Instrumen dan Pecinta Pantai

"Menulis adalah terapi hati dan pikiran, Kopi adalah vitamin untuk berimajinasi dan Pantai adalah lumbung inspirasi" -Roesda Leikawa-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rela Menghabiskan Uang untuk Membangun PAUD di Maluku

28 Oktober 2016   08:16 Diperbarui: 28 Oktober 2016   09:15 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses Belajar di Kelas
Proses Belajar di Kelas
Tetap Semangat Dengan Kondisi Kekurangan

Saat saya menanyakan kendala yang selama ini dihadapinya, dirinya mengaku bahwa intensif yang diberikan kepada tenaga pengajar hanyalah Rp.100.000 per bulan, ini mungkin tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, beruntunglah para tenaga pengajar juga miliki misi yang sama untuk memajukan anak bangsa, sehingga mereka tidak mempersoalkan besar kecilnya intensif tersebut,  namun bagi seorang Fransina M Latuny yang bertanggung jawab atas PAUD Bogenvil I merasa prihatin dengan kekurangan tersebut, sehingga dia berharap agar ada bantuan pemerintah untuk melihat kondisi tersebut, bantuan berupa Alat Permainan Edukatif (APE) luar dan dalam, serta  dana bantuan untuk merangsang PAUD.

“kami tidak bisa jalan tanpa adanya perlengkapan alat tulis, untuk Ave luar sudah ada, namun untukAPE dalamyang belum mencukupi”, ungkapnya.

Dalam lanjutannya, dia juga mengatakan bahwa selama ini Bogenvil mendapat respon positif dari masyarakat setempat, hal ini dapat dilihat dari kepercayaan masyarakat untuk mendaftarkan anak-anak mereka ke PAUD Bogenvil I. Tahun 2014, Fransina Latuny mengaku bahwa ada bantaun dari Dinas Pendidikan Provinsi Maluku berupa rangsangan, BOP, untuk APE luar dan juga mendapatkan bantuan dari APBD Provinsi tahun 2010.

Nampak Ruang Kelas Yang Tidak Miliki Palvon
Nampak Ruang Kelas Yang Tidak Miliki Palvon
Namun, Masih ada kekurangan yang lain, yaitu tambahan bangunan baru, karena seiring dengan perjalanannya siswa Bogenvil semakin bertambah, hingga kini sudah berjumlah 153 siswa terhitung sejak tahun 2007 sampai dengan 2016, sehingga dia bersama sang suami berencana akan menambah ruangan lagi dengan uang pribadi sekaligus mengusahakan untuk bangun MCK.

Dirinya berharap dengan keberadaan PAUD Terpadu Bogenvil I ini, dapat membantu mutu pendidikan di desa Soahuku Kecamatan Amahai, sehingga anak-anak usia dini dapat berkembang maju sesuai amanat Negara. Dan juga berharap kepada pemerintah, supaya ada bantuan untuk pengembangan dan peningkatan kapasitas, sehingga dapat merangsang PAUD Terpadu Bogenvil I ini lebih baik lagi.

Menurutnya sejak tahun 2008 sampai dengan 2015 mereka pernah mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan juga BKKBN, namun untuk tahun 2016 ini belum ada pemberitahuan dari pihak terkait.

Relawan Untuk Bogenvil I

Mungkin kata yang tepat untuk tenaga pendidik Bogenvil I adalah para relawan, sebab mereka bekerja tanpa pamrih,  setiap hari meluangkan waktu dan berkonsentrasi untuk mengajarkan banyak hal pada siswa PAUD tersebut. Bahkan ketika Ketua Pengelola Bogenvil I Fransina Latuny memberikan intensif sebesar Rp.100.000 per bulan saja,mereka tidak memprotesnya, itu pun dari uang pribadinya sendiri, padahal biaya kehidupan di Kecamatan Amahai cukup mahal yang jika dikalikan untuk kebutuhan sehari-hari selama sebulan, maka Rp.100.000 itu sangatlah tidak cukup untuk menyambung hidup.

Pada kesempatan itu, saya juga bertemu dengan salah satu tenaga pendidik Bogenvil I, Maria Taran yang juga sudah lama mengabdi untuk anak-anak PAUD sejak pertama kali Bogenvil didirikan. Perempuan berusia 42 tahun itu mengaku bekerja sebagai tenaga pendidik di PAUD Terpadu Bogenvil I, setiap hari senin sampai dengan sabtu yang dimulai dari pukul 07.00 pagi sampai dengan pukul 11.30 WIT. Maria   Mengaku tertarik untuk mengabdi dan melayani siswa PAUD karena misinya jelas ingin membangun anak-anak bangsa menjadi lebih maju, mengembangkan pendidikan yang berkualitas sehingga bisa menjadi panutan bagi masyarakat.

Maria Taran yang juga adalah seorang Ibu Rumah Tangga ini mengaku juga temui kendala saat proses belajar mengajar berlangsung yakni ketika tidak tersedianya Alat Permainan Edukatif (APE), sehingga dia sangat berharap agar kedepannya ada bantuan alat dari pihak Dinas Pendidikan atau pihak-pihak terkait. “semoga kita diperhatikan oleh pemerintah”, harap maria saat menutup diskusi kita siang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun