Mohon tunggu...
Roesda Leikawa
Roesda Leikawa Mohon Tunggu... Editor - Citizen Journalism, Editor, Penikmat Musik Instrumen dan Pecinta Pantai

"Menulis adalah terapi hati dan pikiran, Kopi adalah vitamin untuk berimajinasi dan Pantai adalah lumbung inspirasi" -Roesda Leikawa-

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Peluru Untung Sangaji yang Satu Ini, Bisa Menembus Dunia

30 Mei 2016   01:50 Diperbarui: 31 Mei 2016   18:16 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau anda teroris, jangan coba-coba lewat didepan Untung Sangaji, Sebab sudah pasti anda akan ditembak mati.

Kalau anda pemain kata, jangan coba-coba bersilat lidah dengannya, sebab dia juga suka bermain kata.

Kalau anda tidak percaya, cobalah saja, maka anda akan mati rasa.

Tinggal pilih mau jadi teroris atau pemain kata?

Siapa sih yang tidak kenal dengan sosok AKBP Ir. Ahmat Untung Sangaji? Yang melakukan aksi heroik bersama dua temannya sukses melumpuhkan 2 dari 5 pelaku teror bom Jakarta di Sarinah Jalan MH Thamrin, pada Kamis 14 Januari 2016. Saya yakin bahwa pembaca pasti sudah kenal, jadi saya tak perlu mengulas ulang kisahnya.

Polisi satu ini, disebut-sebut berprestasi dalam menangani kasus teror, dia juga punya keahlian seperti Bela Diri, mahir menembak dan peyusupan, sabotase dan handak, Instruktur Selam Polri, SAR Laut, serta Instruktur Adventure. Uniknya selain miliki jiwa kesatria, Untung Sangaji juga punya keahlian seni rupa, seni lukis dan membuat puisi.

Bahkan saat remaja Untung Sangaji sudah berkencang dengan seni, menikmati, membuat karya dan mengajarkan pada orang lain, beberapa hasil karya lukisannya sudah terjual. Konong katanya, ditahun 80-an sebelum menjadi Polisi Untung Sangaji sering mengirim karya puisinya ke salah satu Radio (Albadros) yang ada di Kota Ambon untuk dibacakan sang penyiar.

Itulah mengapa saya beri judul diatas, sebab peluru yang biasa dia bawah saat bertugas tentunya sangatlah terbatas untuk digunakan, tapi dia punya peluru yang lain juga bisa menembus udara, bahkan dunia. Peluru yang saya maksudkan itu adalah hasil karya seni yang sudah lama dilakoninya.

Teroris Mempertemukan Polisi dan Penyair

Gara-gara teroris akhirnya Polisi dan Penyair bersua, pertemuan itu terjadi setelah kejadian kasus teror di Sarinah-Jakarta. Para Penyair Nusantara dibawah koordinator Sosiawan Leak bersepakat untuk membuat suatu karya puisi penyair nusantara melawan terorisme, dari hasil seleksi puisi-puisi tersebut ada 250 penyair dari berbagai daerah yang puisinya disatukan dalam Buku Antologi Puisi Memo Anti Terorisme. Sehingga pada tanggal 27 Mei 2016 lalu, mereka telah melakukan Lounching perdana dengan mengundang beberapa tokoh dari kepolisian salah satunya adalah AKBP Ir. A. Untung Sangaji.

sumber Foto : Navys Ahmad
sumber Foto : Navys Ahmad
Polisi dan Penyair Indonesia : Bersatu Melawan Terorisme

Ini suatu kebetulan, Untung Sangaji anti teror itu diundang penyair untuk menghadiri acara Peluncuran Buku Antologi Puisi Memo Anti Terorisme, lantas apa yang terjadi? Dia tidak hanya datang sekedar memenuhi undangan, tapi juga berkolaborasi dalam kata-kata. Pria berdarah Maluku ini ternyata datang dengan selembar kertas putih yang sudah ditulis beberapa bait puisi dengan menggunakan tulisan tangan sendiri. Sepertinya puisi itu baru dibikin sebelum menuju Gedung Sarinah lokasi diselenggarakannya acara peluncuran buku, hal ini dapat dilihat dari tanggal pembuatan puisi bertepatan dengan tanggal peluncuran yakni 27 Mei 2016.

Untung Sangaji sedang membacakan Puisinya. SUMBER-Zaeni Boli
Untung Sangaji sedang membacakan Puisinya. SUMBER-Zaeni Boli
Untung Sangaji yang sudah terbiasa menulis puisi sejak remaja pastilah senang dengan kegiatan tersebut, sebab dia adalah penikmat dan pembuat puisi, meskipun saat ini sudah berprofesi sebagai seorang Perwira Menengah (PAMEN ) PUSDIK POLAIR LEMDIKPOL, tapi itu bukan menjadi batasan untuknya kembali bersastra. Dia hadir dengan puisi lalu dibacakannya sendiri, Puisi yang berjudul “Kami Tidak Takut” itu benar Peluru yang bisa menembus hati bahkan jantung para penjahat dan pengkhianat di negeri ini.

Puisi Kita Tidak Takut-Karya Untung Sangaji
Puisi Kita Tidak Takut-Karya Untung Sangaji
Dan seperti inilah puisi Untung Sangaji yang ditulis pada kertas putih itu:

KITA TIDAK TAKUT

//

Dipelataran gersangnnya pancaroba

350 tahun yang terbuang

Ribuan jiwa serdadu kita lenyap

Meratakan kejam dan serahkahnya penjajah

Patah tumbuh hilang berganti

Dengan cuma bambu runcing saja

Waktu perlahan berlalu

Tak terasa jauh

//

Gajah meninggalkan gading

Harimau sisakan belangnya

Kita mau pilih mana

Mau dimaki dalam diam

Bangsat atau pengkhianat?

Padahal belum lama

Kita berteriak “Lawamena Haulala”

Pattimura muda

//

Wahai engkau yang cuma punya pura-pura

Negeri ini sudah lelah dan bosan

Dengan sejuta gayamu

Tarian nakal korupsimu

Dan kejamnya terorismu yang tersisa

Kita semua hadapi dengan penuh cinta

Karena merasa sesama anak bangsa

Sampai kapan kau bunuh saudara-saudara kita

Kita nyatakan Kita Tidak takut

                             "Untung Sangaji, 27 Mei 2016"

Saat saya mengkonfirmasi puisinya, Untung Sangaji mengatakan bahwa pada bait pertama, dia menjelaskan tentang penjajahan dan perlawanan kita, meski dengan cuma bambu runcing.

Bait kedua; Gajah meninggalkan gading bahwa pahlawan yang besar selalu meninggalkan nama baik, sesuatu yang menarik dan indah. Gajah hanya makan tanaman, rumput dan tidak memangsa hewan lain walaupun ia besar, sedangkan harimau selalu memangsa hewan apapun selagi ia lapar dan ketika kenyang baru tidur. Kadang akhirnya ia dimansa dan yang tersisa kulitnya. Belangnya melambangkan kebobrokan dan kebengisan koruptor dari sisi tertentu.

Mau dimaki atau disumpahin bangsat atau penghianat? Dua-duanya itu siapapun tidak akan mau. Padahal belum lama ini kita rayakan Hari Pattimura dengan semboyang Lawamena Haulala yang bermakna maju terus pantang mundur.

Sedangkan pada Bait ketiga, dia tujukkan pada mereka para penguasa yang punya jabatan dan bisanya cuma status saja, tapi kerjaannya korupsi, maling di negeri sendiri dan terus berpura-pura dengan gerakkannya, tidak tahu sampai kapan mengorbankan sudara-sudara kita sendiri.

Namun apapun persoalannya, kita tetap hadapi dengan penuh cinta karena kita sesama keturunan yang dulu pernah dijajah dan menderita, maka kita harus punya tekad untuk menyatakan bahwa kita tidak takut.

Nah seperti itulah penjelasanya, bahwa peluru yang dilepas dalam kata-kata memberi peringatan kepada siapa saja yang berkhianat pada Negara ini, bahwa masyarakat Indonesia tidak takut. Begitu juga dengan penyair-penyair nusantara yang telah menyatakan perlawanan terhadap terorisme melalui puisi.

Saya yang kebetulan juga ikut berpartisipasi dalam pembuatan puisi Memo Anti Terorisme, meskipun tidak bisa hadir pada acara tersebut, namun cukup puas dan bangga atas suksesnya acara peluncuran Buku Antologi Puisi Memo Anti Terorisme.

Salam Hangat.

R. Leikawa - Kompasianer Amboina-Penyair Nusantara Melawan Terorisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun