Dengan sejuta gayamu
Tarian nakal korupsimu
Dan kejamnya terorismu yang tersisa
Kita semua hadapi dengan penuh cinta
Karena merasa sesama anak bangsa
Sampai kapan kau bunuh saudara-saudara kita
Kita nyatakan Kita Tidak takut
               "Untung Sangaji, 27 Mei 2016"
Saat saya mengkonfirmasi puisinya, Untung Sangaji mengatakan bahwa pada bait pertama, dia menjelaskan tentang penjajahan dan perlawanan kita, meski dengan cuma bambu runcing.
Bait kedua; Gajah meninggalkan gading bahwa pahlawan yang besar selalu meninggalkan nama baik, sesuatu yang menarik dan indah. Gajah hanya makan tanaman, rumput dan tidak memangsa hewan lain walaupun ia besar, sedangkan harimau selalu memangsa hewan apapun selagi ia lapar dan ketika kenyang baru tidur. Kadang akhirnya ia dimansa dan yang tersisa kulitnya. Belangnya melambangkan kebobrokan dan kebengisan koruptor dari sisi tertentu.
Mau dimaki atau disumpahin bangsat atau penghianat? Dua-duanya itu siapapun tidak akan mau. Padahal belum lama ini kita rayakan Hari Pattimura dengan semboyang Lawamena Haulala yang bermakna maju terus pantang mundur.