Sedangkan pada Bait ketiga, dia tujukkan pada mereka para penguasa yang punya jabatan dan bisanya cuma status saja, tapi kerjaannya korupsi, maling di negeri sendiri dan terus berpura-pura dengan gerakkannya, tidak tahu sampai kapan mengorbankan sudara-sudara kita sendiri.
Namun apapun persoalannya, kita tetap hadapi dengan penuh cinta karena kita sesama keturunan yang dulu pernah dijajah dan menderita, maka kita harus punya tekad untuk menyatakan bahwa kita tidak takut.
Nah seperti itulah penjelasanya, bahwa peluru yang dilepas dalam kata-kata memberi peringatan kepada siapa saja yang berkhianat pada Negara ini, bahwa masyarakat Indonesia tidak takut. Begitu juga dengan penyair-penyair nusantara yang telah menyatakan perlawanan terhadap terorisme melalui puisi.
Saya yang kebetulan juga ikut berpartisipasi dalam pembuatan puisi Memo Anti Terorisme, meskipun tidak bisa hadir pada acara tersebut, namun cukup puas dan bangga atas suksesnya acara peluncuran Buku Antologi Puisi Memo Anti Terorisme.
Salam Hangat.
R. Leikawa -Â Kompasianer Amboina-Penyair Nusantara Melawan Terorisme
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H