Yang jadi masalah ketika kesukaan itu bermetaforsis menjadi pemujaan yang membabi buta.Â
Dalam lingkup keluarga saja perbedaan pendapat pasti ada, misalnya masalah selera masakan, acara televisi, atau pandangan politik.Â
Sebenarnya, fanatik bisa berubah jadi positif kalau seseorang bisa menyeimbangkan dan mengontrolnya dengan baik. Misalnya mencoba dan belajar hal-hal baru, sering berdiskusi berbagai macam tema, dan membangun hubungan pertemanan yang sehat.
Seiring bertambahnya pemahaman akan semakin bijak dan tidak berlebihan terhadap satu hal. Sehingga terbentuk sikap toleran acceptable to everyone and community, dapat diterima semua orang dan semua masyarakat.
Selama akal sehat masih berkolaborasi dengan hati nurani, maka akan selalu ada kebaikan di sekitar kita. Kejernihan berpikir bisa diasumsikan terlepasnya sekat-sekat yang merusak kejernihan nalar berpikir seseorang.
Begitu juga dalam sebuah kompetisi, selalu ada pihak yang menang dan kalah. Dalam hal ini, dibutuhkan kesadaran dan jiwa yang besar untuk menghadapi dua kondisi tersebut. Menjadi pemenang yang rendah hati, dan menerima kekalahan dengan berbesar hati.
Sikap fanatik ibarat portal melintang yang membatasi ruang gerak dan cara pandang kita untuk bisa melihat sisi-sisi yang lebih luas.
Keindahan pelangi karena kolaborasi warna yang saling rukun berdampingan. Pun juga dalam kehidupan.
Â
RuRy