Mohon tunggu...
KAVA
KAVA Mohon Tunggu... Freelancer - a reader

Pasukan hujan.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Perjuangan Rakyat Kamboji di Negeri Kanggoda

7 Oktober 2014   14:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:04 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berhasil mengalahkan Monster Merah Jambu, ribuan rakyat kamboji melanjutkan perlajanan menuju Negeri Jati. Semerbak wangi yang mereka hirup dari darah monster itu membuat mereka bertahan terbang hingga enam hari kedepan.

Sedikit lagi, gapura kerajaan Negeri Jari sudah terlihat. Sungguh megah dan mewah gapura itu. Saat Ratu Goda dan semua rakyat kamboji mendarat, tiba-tiba langit berwarna merah dan mengeluarkan hujan api yang dahsyat. Ternyata Negeri Jati telah dijajah oleh Alfonso, raja kejam dari pasukan rayap. Negeri ini sudah hancur, gersang, hanya pohon dan daun yang serba hitam yang ada di dalamnya. Bahkan pohon jati terbesar sudah tumbang, habis lenyap dimakan pasukan rayap yang beringas.

“bedebah!” ujar Patih Naimo.

“kita harus bagaimana, Ratu?” tanyanya pada Ratu Goda.

Ratu Goda terdiam sebentar, kemudian Ratu Goda menyibakkan selendangnya dan berkata “Rainosta, Hoplah!” dan dilemparkan selendangnya itu ke atas. Selendang sepanjang 2 meter itu berubah menjadi payung raksasa warna hitam yang menyelimuti dan melindungi seluruh rakyat kamboji dari hantaman hujan api. “oh, dewa Ratma! Selamatkanlah kami!” Ratu Goda berteriak dan berdoa dalam hiruk pikuk di bawah payung. Karena Ratu Goda sudah tidak tahan melihat dan mendengar rakyatnya gelisah, lalu Ratu Goda meminta daun kemangi pada perempuan yang kemarin meroncekan daun itu untuk melawan monster merah jambu.

Ratu goda menempelkan sehelai daun kemangi itu pada mahkota di kepalanya. Lalu cahaya yang sangat menyilaukan terpancar dari mahkota Ratu Goda yang akhirnya disusul dengan air hijau. Air itu menghantam hujan api yang turun dari langit. Api dapat dipadamkan. Air hijau, iya, getah kemangi memang sempurna dalam perjalanan di medan bahaya!

Ratu Goda bingung, dilemma antara pergi sejauh-jauhnya atau kembali menyelamatkan Negeri Kamboji yang terancam musnah. Semua rakyat, prajurit, dan patih, hanya mengangguk dengan segala keputusann Ratunya. Ratu semakin heran dan kebingungan. Bagaimana bisa semua keputusan berada di tangannya? Sedangkan Ratu Goda tidak punya siapapun untuk mengadu sendu kecuali Dewa.

Di sudut yang lain, Dewa yang mengetahui keadaan Ratu Goda iba dan menolong semua rakyat. “Paradisets!” dan tumbuhlah pohon kamboja yang sangat besar di tempat Ratu Kamboja berdiri. Semua rakyat kamboji bersorak bahagia, mereka bersujud, bersyukur, ada yang berlari sambil menciumi bayi-bayi kamboji. Pohon itu langsung membungkus semua rakyat kamboji, hingga mereka menamakannya sebagai Negeri Kanggoda, karena semua rakyat kamboji selamat karena perjuangan Ratu Goda.

Ratu Goda menghilang. Mereka tidak tahu, pohon itu adalah reinkarnasi dari Ratu Goda. “sudah saatnya kau kubawa kemari, Goda. Rakyatmu sudah mampu menjaga negerinya sendiri, percayalah” ujar Sang Dewa kepada Ratu Goda, saat mereka bertemu di Alam Nirwana.

Rakyat kamboji menjadi rakyat yang mendiri di Negeri Kanggoda. Tidak bisa dipungkiri, semakmur dan sebaik apapun keadaan mereka, pemimpin tetap dibutuhkan. Sidang DPR di Negeri Kanggoda memutuskan untuk mengangkat Patih Naimo sebagai raja.

Patih Naimo memang patih yang hebat dan bijaksana. Selain dipercaya oleh Ratu Goda, Patih Naimo tak pernah lali dalam menjalankan tugasnya. Tapi Patih Naimo hidup bukan untuk ternobatkan menjadi raja. Dia dididik untuk perang. Sekalipun jadi pemimpin, pastinya memimpin perang. Puluhan tahun dia hidup dengan suara tembakan dari senapan atau pistol yang setia didekapnya setiap saat.

“tidak. Aku tidak mau” Patih Naimo menolak keputusan DPR di hadapan seluruh rakyat kamboji di negeri Kanggoda.

“kau sudah gila, ya? mengapa kau menolak untuk menjadi raja?” tanya salah satu DPR yang memutuskan.

“aku dididik untuk berperang!” jawab Patih Naimo.

“kau harus mau!” DPR mulai marah.

“hei! Ijinkan rakyat untuk memilih!”

“halah, omong kosong! Rakyat akan ikut keputusan kami!” jawab DPR

“beri aku 24 jam untuk mematangkan keputusanku,” Patih Naimo memohon.

“baik, sidang akan ditunda sampai besok,”

tok tok tok! Suara palu menggetarkan telinga. Besok, akan ada kejadian apa di Negeri Kanggoda?

[caption id="attachment_346416" align="aligncenter" width="985" caption="RURAT #SAVEKAMBOJA"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun