Mohon tunggu...
Ruri Andayani
Ruri Andayani Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya seorang penyintas kehidupan

Saya siapa yaa?

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Too Much Sit Will Kill Me

16 November 2019   20:57 Diperbarui: 16 November 2019   21:09 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Duduk nyaris seharian adalah rutinitas saya setiap hari sejak saya memutuskan menjadi freelancer terutama dalam hal tulis-menulis. Padahal tadinya saya pikir dengan menjadi freelancer saya akan lebih sering bilang dadah pada kursi; ya nasib.

Nasihat pun berdatangan kepada saya terkait gangguan kesehatan akibat terlalu banyak duduk; nasihat yang sebenarnya secara umum sudah saya ketahui lewat browsing di internet, mulai dari tip bagaimana mencegah terjadinya gangguan kesehatan akibat banyak duduk, hingga yang berbau teror: ancaman kematian.

Terlalu lama duduk misalnya --meskipun bukan pemicu tunggal melainkan juga berhubungan dengan pola makan dan gaya hidup lainnya-- dikaitkan dengan penyakit jantung, diabetes melitus (tipe 2), hingga kanker.

Dilansir laman Hello Sehat, gejala penyakit-penyakit tersebut dapat dideteksi dari tingginya tekanan darah dan kadar gula darah, juga penumpukan lemak di sekitar pinggang serta kadar kolesterol jahat (LDL) yang tidak normal.

Bagaimana tidak, saat duduk otot hanya membakar sedikit lemak; tak heran jika risiko obesitas pun meningkat. Selain itu, kebanyakan duduk membuat sirkulasi darah lebih lamban yang dapat mengakibatkan asam lemak menyumbat peredaran darah ke jantung.

Terlalu banyak duduk juga dapat melemahkan otot khususnya di perut. Kondisi ini dapat memicu usus turun atau yang juga disebut dengan hernia.

Pekerjaan menulis memang membuat otak aktif, namun duduk dalam jangka waktu lama juga dapat melemahkan otak. Skenarionya, banyak bergerak membuat metabolisme tubuh lebih lancar; otot pun aktif memompa darah dan oksigen ke otak yang akan memicu pelepasan zat kimia di otak.

Dan ketika proses tersebut terhambat, salah satu risikonya adalah pikun alias demensia. Sedangkan akibat lainnya yang bisa dirasakan langsung adalah sakit leher dan sakit tulang belakang.

Bagaimana memitigasi gaya hidup ala saya ini? Andaipun tak bisa diatasi, dampak akibat terlalu banyak duduk bisa ditekan.

Mengutip dari laman Detikcom, Aviroop Biswas, seorang peneliti risiko penyakit akibat gaya hidup mengatakan, bagi mereka yang terpaksa menjalani sebagian besar hidupnya dengan banyak duduk sebaiknya menyelang dengan berjalan-jalan 1-3 menit untuk setiap setengah jam duduk.

Biswas juga menyarankan perlahan mengurangi lamanya duduk sekitar 15-20 menit sehari. Bagaimana dengan masalah asupan makanan/minuman? Laman Halodoc menyarankan untuk mengurangi makanan tinggi garam dan gula. Ini tentunya terkait dengan penyebab penyakit-penyakit yang telah disebutkan di atas.

Sejalan dengan itu, banyak minum air putih juga sangat disarankan, bahkan ketika aktivitas duduk --apalagi di ruang berpendingin udara-- membuat tak mudah haus. Padahal, tanpa sadar, tubuh mungkin saja mengalami kekurangan cairan (dehidrasi) yang dapat menyebabkan otak sulit berkonsentrasi dan berpikir. Jika sudah begitu, tingkat kewaspadaan dapat menurun yang dapat mengancam keselamatan kerja.

Semua mudah dikatakan, namun tidak untuk dilakukan, setidaknya bagi saya. Apalagi saya paling sulit setia pada konsistensi. Kalau sudah begitu, alih-alih mengupayakan pola makan dan hidup sehat, saya kadang lebih mengandalkan multivitamin atau suplemen, terutama berharap bahwa ini dapat mengganjal kemungkinan kekurangan vitamin atau gizi.

Akan tetapi, segencar apapun usaha kita menjaga kesehatan, entah kenapa ada saat sakit tak bisa dihindari. Suatu waktu saya merasa sudah menjaga kesehatan semaksimal mungkin: rajin minum air, tidur cukup, hingga rutin minum multivitamin (salahnya, olah raga tetap jarang) tapi entah kenapa sakit tetap saja datang.

Suatu kali seorang internis pernah memvonis saya mengalami psikosomatis. Kupikir tadinya dokter ini tak punya kemampuan saja mendiagnosis dan menyembuhkan penyakit saya sehingga mengambinghitamkan psikosomatis. Dengan begitu dia enak saja sekadar menyuruh saya agar tidak stress.

Tapi diam-diam saya mengakui bahwa saya memang stress cukup berat pada pekerjaan saya waktu itu sampai membutuhkan dana lumayan besar untuk upaya penyembuhannya. Kira-kira butuh setahun bagi saya untuk pulih benar dari sakit tersebut.

Seramnya, ini bukan pertamakali saya mengalami penyakit-penyakit aneh yang  susah sembuh begitu. Belajar dari pengalaman tersebut, saya tahu bahwa saya sebenarnya butuh ikut asuransi.

Sun Medical Platinum

Salah satu yang menawarkan asuransi yang menarik karena mengkaver perlindungan kesehatan secara lengkap hingga usia 88 tahun adalah Sun Medical Platinum. Selain itu, asuransi ini juga merupakan asuransi kesehatan pertama di Indonesia yang menyediakan perawatan untuk efek samping kemoterapi dan terapi pendukung untuk pemulihan seperti terapi wicara serta terapi okupasi. Tanpa bermaksud menakuti namun untuk kewaspadaan, kita tahu bahwa belakangan ini penyakit kanker begitu "akrab" di kehidupan kita.

Mengutip dari laman resmi Sunlife, disebutkan bahwa asuransi kesehatan berstandar dunia ini merupakan asuransi tambahan yang didukung fasilitas jaminan asuransi di jaringan rumah sakit rekanan di seluruh dunia dengan kamar perawatan untuk satu orang. Dengan begitu, kenyamanan pasien peserta Sunlife Medical Platinum dan keluarganya akan terjamin.

Penggantian biaya perawatan dibayarkan sesuai tagihan sampai dengan Rp 7,5 miliar, termasuk perawatan berbiaya besar seperti ICU, operasi, cuci darah, dan perawatan kanker.

Selengkapnya mengenai keuntungan mengikuti Sunlife Medical Platinum adalah:

1. Mendapatkan manfaat untuk perawatan efek samping kemoterapi dan terapi wicara dan okupasi.

2. Memberi manfaat tunai sampai Rp 2,5 juta per hari disaat biaya perawatan sudah dibayar penuh oleh asuransi lain.

3. Dapat digunakan untuk keperluan operasi rekonstruksi yang bukan hanya terjadi akibat kecelakaan namun juga akibat penyakit kanker.

4. Terdapat layanan pendapat ahli medis.

5. Dilengkapi dengan pilihan manfaat melahirkan, rawat jalan dan perawatan gigi.

6. Layanan evakuasi medis domestik dan Internasional 24 jam (dari asuransi dasar).

Tertarik? Berikut ini syarat & ketentuan menjadi peserta Sunlife Medical Platinum:

Usia masuk:
Pemilik Polis: 18 -- 70 tahun

Tertanggung:
1. Manfaat utama, manfaat tambahan rawat jalan dan manfaat tambahan perawatan gigi: 3 bulan -- 70 tahun

2. Manfaat tambahan melahirkan: 17 -- 49 tahun

3. Masa asuransi: satu tahun, dapat diperpanjang sampai Tertanggung berusia 88 tahun, kecuali untuk manfaat tambahan melahirkan sampai Tertanggung berusia 50 tahun.

4. Asuransi tambahan ini dapat ditambahkan ke produk-produk Sunlife lainnya yakni Asuransi Brilliance Sejahtera dan Asuransi Brilliance Maxima.

Daftar kuyy!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun