Dalam satu pernyataan yang dikeluarkan juru bicara keluarga, Fisikawan kondang, Stephen Hawking, dikabarkan telah meninggal pada usia 76 tahun. Hawking meninggal di rumahnya di Cambridge, Inggris pada Rabu pagi (14/3/2018).
Melalui sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Dailymail, anak-anak Profesor Hawking, Lucy, Robert dan Tim berkata, "Kami sangat sedih karena ayah tercinta kami telah meninggal dunia hari ini."
Dia, demikian anak-anaknya mengatakan, adalah ilmuwan hebat dan pria luar biasa yang pekerjaan dan warisannya akan dijalaninya selama bertahun-tahun. Keberanian dan ketekunannya dengan kecemerlangan dan humornya, telah mengilhami orang-orang di seluruh dunia. "Kami akan merindukannya selamanya."
Hawking dikenal sebagai ilmuwan yang memiliki integritas. Pada Agustus 2017, Hawking bersama Elon Musk (pemilik perusahaan Tesla dan Space-X), pendiri DeepMind Mustafa Suleyman, serta 114 pakar Artificial Intelligence (AI) dari 26 negara, mendesak Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) agar membuat regulasi mengenai AI (kecerdasan buatan).
Dalam satu surat terbuka, mereka menyatakan bahwa AI --terutama yang mengarah pada penciptaan mesin mandiri (robot) yang dapat memilih dan membunuh targetnya-- akan membahayakan manusia jika tak dikendalikan.
Sementara itu pada 2013, Hawking diketahui pernah menolak hadir di satu konferensi mengenai masa depan, yang diselenggarakan Presiden Israel kala itu, Shimon Peres. Asalnya Hawking menerima undangan itu.
Namun seperti dilansir situs Guardian, Hawking dilobi para ilmuwan Inggris, salah seorangnya adalah Profesor Linguistik berdarah Yahudi, Noam Chomsky, yang dikenal pengecam zionisme Israel. Meskipun Chomsky warga AS, namun dia kala itu  bergabung dengan akademisi Inggris memboikot untuk konferensi.
Dalam surat untuk melobi tokoh ateis ini, disebutkan bahwa Israel secara sistematis mendiskriminasikan warga Palestina dengan cara yang dianggap ilegal di Inggris. Perlakuan terhadap rakyat Gaza sepertipembangunan pemukiman Yahudi, juga telah melanggar Konvensi Jenewa. Â
Hawking pun kontan membatalkan kehadirannya si konferensi itu. Ini juga sejalan dengan institusi tempatnya mengajar sejak 1962, Universitas Cambridge, yang memastikan telah menarik diri dari konferensi.
Ketua Konferensi Israel, Maimon, mengecam keputusan Hawking. Menurutnya, boikot akademis ini berlebihan bagi seseorang yang memiliki misi kemanusiaan dan akademis.
Keputusannya Hawking itu sempat menuai ejekan para kritikus ilmuwan. Hawking dinilai munafik karena di sisi lain dia menggunakan teknologi Israel untuk peralatan komputer penunjang hidupnya selama ini, yang berjalan pada chip yang dirancang tim Intel Israel sejak tahun 1997.