Mohon tunggu...
Ruri Andayani
Ruri Andayani Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya seorang penyintas kehidupan

Saya siapa yaa?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Seni Besi Berkarat di Pasar Besi Rongsok

5 Maret 2018   23:46 Diperbarui: 6 Maret 2018   12:03 1478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terinspirasi topografi alam Jawa Barat (Dokumentasi Pribadi)

Namun secara umum, keberadaan taman yang diberi nama Alun-alun Cicendo di persimpangan tiga jalan ini membuat suasana kawasan pasar tampak menjadi lebih bergaya.

Selain itu, bagaimana pun keberadaan taman ini setidaknya membuat kebersihan kawasan lebih terawat daripada sebelumnya. Mudah-mudahan bukan karena petugas kebersihan masih dikerahkan di taman yang baru dibuka dua bulanan ini, melainkan karena adanya kepedulian warga sekitar yang meningkat.

Saya ingat, paling malas kalau angkot yang saya tumpangi potong kompas ke jalur ini, antara lain demi menghindari macet. Pasalnya di sini selain memang ada penampungan sampah sementara, juga selalu berdebu kala terik, dan becek saat hujan. Namun kini kawasan ini terasa lebih segar, tak terasa berdebu, bahkan ketika kemarin berkunjungi di tengah siang bolong pun.

Mengenai pasar besi bekas Jatayu ini, di kalangan warga Bandung ada satu cerita dari mulut ke mulut yang agak bersifat miring, yakni: jika ada yang kehilangan pagar besi, onderdil mobil atau motor, dll, buru-buru cari ke Pasar Jatayu. Sepertinya cerita begini juga ada di kota-kota lain di negeri ini.

Terakhir, ada yang agak mengganjal ihwal penamaan "alun-alun" untuk taman ini. Sepengetahuan saya, dan juga seperti yang disebut oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), alun-alun secara konsep kota-kota di Jawa, selalu mengandung unsur lapangan, mesjid, serta adanya kediaman bupati/walikota.

Penamaan Alun-alun Cicendo untuk taman besi Jatayu ini sepertinya lebih mengacu pada "plaza" (Spanyol) yakni tempat terbuka untuk umum di perkotaan. Entahlah. Mungkin juga supaya tak berkesan terlalu banyak istilah taman melulu.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun