Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maafkan, Lupakan, Maka Hati akan Tenang

17 Agustus 2024   16:34 Diperbarui: 17 Agustus 2024   16:43 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dari : iStock 

Memaafkan itu mudah diucapkan tapi melupakannya rasanya sulit. Banyak orang yang menyampaikan "yo wis tak maafkan, tapi saya tidak bisa kembali baik seperti dulu"

Kalimat itu sering saya dengar dari beberapa teman yang berseteru dengan teman yang lain. Terlihat rasa sakit hatinya. Bahkan  saya pernah menjadi mediasi antar dua sahabat yang saling berseteru untuk bersalaman.

Ya memang keduanya bisa saling bersalaman, di depan saya, namun setelahnya mengatakan "Saya sebenarnya sakit hati saat harus  bersalaman, rasanya terlalu enak memberikan maaf untuknya".

Begitulah saat orang sudah merasa sakit hati yang mendalam. Entah apa sebabnya saya hanya menyampaikan jika memaafkan akan lebih baik dan mengurangi beban dan energi negatif kita.

Saat orang sedang berseteru untuk bertemu saja rasanya tidak sanggup, bawaannya sudah neg dan lebih baik menghindari tatap muka.

Padahal jika mau menanamkan dalam jiwa dan hati kita bahwa semua hubungan manusia ini adalah fana, tak ada yang kekal. Yang kekal adalah hubungan kita dengan Allah Subhanahu wa taala. Demikian yang selalu saya dengar dari ngaji Gus Bahaudin Nur Salim.

Suatu saat saya pernah mendapatkan surat kaleng yang dialamatkan kepada saya. Saat itu tulisan tangan dan diselipkan dipintu masuk rumah.  Di tulis diatas kertas bekas kalender yang sudah tidak terpakai, tulisannya dengan huruf balok dengan tinta merah, kalimatnya pedas dengan nada menghina.

Karena diletakkan di rumah saya otomatis yang dituju adalah saya, sebagai ketua majlis taklim. Maksud dari surat tersebut menuduhkan bahwa  pengurus majlis taklim mengambil laba terlalu banyak dari seragam jamaah.

Karena saya dan pengurus tidak pernah merasa mengambil laba sepeserpun, ahirnya nota pembelian sragam dari toko saya foto copi dan saya bagikan satu persatu kepada anggota, dan jika kurang percaya bisa langsung cek di toko  dengan alamat yang tertera di nota. setelah itu saya baca surat kaleng tersebut di depan jama'ah. 

Selidik punya selidik, ternyata orang yang menyampaikan surat kaleng tadi membandingkan kain yang serupa dengan harga di pasar tradisional, biasanya di pasar harga kain perkilogram, bukan permeter.

Selang beberapa hari ada kabar bahwa orang yang mengirim surat akan minta maaf di depan jamaah, namun ternyata tidak punya nyali. Apakah saya ingin tahu orangnya? Tidak, saya tidak ingin tahu siapa dia, saya hawatir seandainya sewaktu-waktu ketemu ada perasaan yang tidak nyaman, atau bahkan ingin selalu menghindarinya.

Sudah sekian tahun berlalu, hingga saat inipun saya tidak tahu siapa yang menulis surat tersebut, saya abaikan saja. Bagi saya jika apa yang dituduhkan tidak benar, maka urusan selesai. Toh saya dan pengurus sama sekali tidak mengambil laba. 

Allah akan melihat hambanya, yang benar pasti akan tampak benar dan yang salah akan terlihat salah. Saya mempercayainya. Dan ternyata dia mengakuinya melalui seseorang yang enggan juga menyampaiakn kepada saya karena saya memang sudah tidak mempedulikannya.  

Suatu saat hukum sosial yang akan menghakimi. Siapa yang salah akan tampak jelas dan siapa yang benar pun tampak kejujurannya.

Allah sangat bijaksana terhadap hambanya, menolong terhadap orang yang didholimi dan akan memberikan balasan bagi oang yang mendholimi. Itu hukum alam dan kuasa Allah yang tak bisa dibantahkan.

Lalu bagaimana kita memaafkan dan melupakannya?

Sumber gambar dari : iStock 
Sumber gambar dari : iStock 

Pertama, lihat sisi baiknya dan abaikan keburukannya

Dihianati memang sakit hati, mereka yang menghianati biasanya adalah orang yang pernah dekat dengan kita, bisa saudara, sahabat, besti, atau teman karib. Terkadang mereka sudah kita anggap saudara sendiri. Sehingga saat dihianati pasti sakitnya tuh di sini.

Sebut saja Bunga, adalah Asisten Rumah Tangga yang saya anggap sebagai keluarga sendiri. Bahkan saya tak pernah menganggapnya sebagai ART. Namun dia telah menghianati kepercayaan yang lama kuberikan.

Tanpa saya sadari ternyata surat berharga saya telah menghilang kurang lebih dua bulan. BPKB dan Akta Kelahiran anak bungsu saya telah masuk di pegadaian, saat jatuh tempo tidak bisa mengembalikan, masalah baru terkuak, ternyata keduanya diambil oleh ART untuk anggunan pinjaman.

Mula-mula dia tidak mengakui, namun setelah  ada bukti dia mengakuinya. Tidak serta merta saya marah. Saya hanya ingin kedua surat penting itu kembali. Sudah dua tahun dia bekerja dengan baik, itu saja yang saya lihat dari sisi kebaikannya. Saat dia khilaf, maka memberhentikan dari pekerjaannya adalah kebaikan untuknya.

Kedua, mengabaikan omongan yang bikin sakit hati

Jangan memikirkan omongan orang yang tidak perlu, abaikan, lepaskan, tinggalkan. Ngrasani atau yang dikenal dengan ghibah tak bisa kita hapuskan di muka bumi ini, karena itu bagian dari kehidupan.

Selama masih punya lisan orang pasti akan ngomong ngalor ngidul, sekehendak hati, baik itu omongan yang benar maupun yang sifatnya hanya gosip. Hanya orang-orang yang dapat menjaga lisan yang akan selamat di dunia juga di ahirat.

Saat kita mendengar omongan tentang kita (baca dirasani), menjelekkan bahkan mungkin hal yang tidak benar, tak perlu kita tanggapi, karena akan menjadi masalah baru. 

Saat Imam ghozali ulama' besar dunia mendapat jika beliau dirasani orang, maka jawab beliau unik, "Beruntunglah saya berarti saya berwibawa di hadapan dia, buktinya dia tidak berani ngrasani di hadapan saya", begitu entengnya jawaban ulama' tersebut.

Ketiga, kebenaran itu jelas dan kebathilan pasti teruangkap

Tidak usah risaukan saat terjadi pergunjingan, gosip atau fitnah. Kejujuran dan kebenaran pasti akan jelas dan kebathilan atau kebohongan pasti akan terungkap. Sebuah kebathilan tak bisa ditutupi, suatu saat Allah akan mengungkap tabir yang selama ini menutupinya.

Singkat cerita Lembaga mempunyai buku rekening, bahkan orang yang telah menghapus saldo buku rekening menutupnya dengan tip-ex setelah dua tahun terungkap juga. Begitulah saat hamba yang tamak mengelabuhi, fakta akan berbicara kebenaran.

Sebelumnya telah terjadi pergunjingan, katanya ini,,,dan katanya itu,,,bagaimana saya menanggapinya. Hal yang belum tahu kebenarannya, diamkan, abaikan saja. Nah saat mendung berlalu, tampak sinar matahari memancarkan sinarnya, disitulah kebenaran akan teruangkap.

Wasana Kata

Hubungan sosial dalam keluarga, masyarakat, kelembagaan, pasti akan berdampak.  Masalah akan selalu timbul, dan harus dihadapi.  Terluka karena dihiananti, sakit hati karena didholimi, dipermalukan, dibohongi dan apapun yang menyebabkan luka batin memang sulit disembuhkan, dimaafkan boleh tapi melupakan mungkin sulit.

Saat hati ihlas menerimanya maka kita bisa memaafkan dan melupakan, Tuhan Maha Kaya, Maha Rahman dan Rahim.   

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun