Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berikut Ubo Rampe dan Persiapan Mantu yang Tidak Boleh Dilupakan

2 Juli 2024   05:49 Diperbarui: 4 Juli 2024   13:23 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua kendil sesajin saat mantu | Sumber Dokpri

Mantu menurut KBBI adalah mengawinkan anak atau mengadakan pesta perkawinan anak. Semua orang tua yang mempunyai anak pasti akan mengalami mantu. Karena kewajiban orang tua salah satunya adalah menikahkan anak setelah mereka dewasa.

Demikian juga saya, mantu pertama dari anak pertama harus mempersiapkan dengan matang. Jauh sebelum hari H sudah saya pikirkan, terlebih dahulu membentuk kepanitiaan untuk membagi tugas, apa saja yang harus dilakukan sebelum dan saat hari pelaksanaannya.

Namun sebelum pelaksanaan ada hal-hal yang harus dipersiapkan oleh orang mantu, walaupun sebenarnya bukan menjadi syarat mutlak, namun karena adat istiadat yang sudah berlaku di masyarakat maka semua harus dilakukan dengan harapan supaya kegiatan berjalan lancar dan mendapat keberkahan.

Pertama-tama adalah membuat tape

Lain ladang lain belalang, cara dan kebiaaan masing-masing daerah bermacam- macam. Termasuk domisili yang saat ini saya tempati. Saya adalah orang Ponorogo, namun tinggal di Tuban.

Adat Tuban dan Ponorogo jelas berbeda, karena saya sudah lama tinggal di Tuban, maka  saya pun mengikuti apa yang menjadi tradisi Tuban. Karena lingkungan dan orang-orang yang membantu saya adalah orang Tuban. Sehingga saya banyak mendapat masukan bagaimana cara dan adat kebiasaan mantu ala Tuban.

Salah satunya adalah membuat tape dan onde-onde. Tape dan onde-onde adalah makanan khas yang tidak boleh ketinggalan  saat mantu. Saya pun membuatnya, walaupun sebenarnya menurut orang Ponorogo itu tidak berlaku, tetapi karena lingkungan dan orang-orang yang membantu saya adalah orang Tuban sehingga saya pun manut orang Tuban.

Tape makanan tradisional yang terbuat dari ketan. Cara membuatnya cukup mudah terlebih dahulu ketan dikukus, kemudian diberi ragi atau difermentasikan. Setelah itu dibungkus memakai daun ploso.

Daun ploso adalah ciri khas tape Tuban, jika Ponorogo tape ukup cdibungkus daun pisang. Itulah yang membedakan tape Ponorogo dan tape Tuban.

Saya pun terlebih dahulu mencari daun ploso dengan bantuan orang lain. Biasanya daun ploso adanya di pinggiran hutan, atau di lerengan gunung(persil).

Kedua membuat Onde-onde

Membuat onde-onde | Sumber Dokumen pribadi
Membuat onde-onde | Sumber Dokumen pribadi

Onde-onde juga menjadi makanan khas yang harus ada saat mantu. Biasanya tape dan onde-onde adalah makanan yang wajib membersamai saat weweh atau ater-ater.

Weweh atau ater-ater adalah memberi makanan dan sayur kepada tetangga,  pamong desa dan perangkatnya. Yang harus ada saat weweh atau ater-ater adalah nasi, sayur becek, jajanan termasuk tape, onde-onde dan pisang.

Onde-onde juga terbuat dari tepung ketan. Cara membuatnya tepung ketan diuleni memakai air, diisi dengan kacang hijau dan dibentuk bulat-bulat. Setelah itu digulung-gulung dengan wijen maka wijen akan menempel dengan sendirinya. Setelah wijen menempel. Onde-onde siap digoreng dengan api yang sedang. 

Ketiga, menyiapkan sajen

Sajen atau sesaji menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah makanan(bunga-bungaan dan sebagainya) yang disajikan untuk mahluk halus. Sajen merupakan suatu bentuk laku spiritual dengan ritual tertentu.

Sedangkan Bahasa Indonesianya sajen atau sesaji adalah sajian yang berupa panganan, kembang dan sebagainya, yang disajikan dalam upacara keagamaan atau adat lainnya, yang dilakukan secara simbolis dengan tujuan simbol konektivitas dengan kekuatan gaib.

Sedangkan menurut saya sajen sebenarnya simbol rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk penghormatan dengan sarana memberikan doa dan dalam bentuk makanan agar acara mantu diberikan kemudahan, kelancaran dan tidak ada aral melintang.

Di dalam sajen tersebut banyak yang harus kita siapkan diantaranya, dua buah kendil, beras kuning, ketan hitam, kacang hijau dan tembang setaman, mori, telur ayam jawa dan daun kluweh.

Cara membuat sesaji, pertama-tama kendil diisi dengan beras yang diperoleh saat orang pertama kali nyumbang beras. Beras tersebut dimasukkan kendil, setelah itu dibungkus dengan kain mori, bawahnya diberi daun kluwe setangkep.

Mencari daun kluweh harus yang sudah jatuh, satu sisi dalamnya jatuh tengkurep dan yang satu sisi dalamnya jatuh ke atas. Sebenarnya saya juga tidak tahu apa arti dan simbol pada daun kluweh, namun  saya mengikutinya, ada orang yang lebih paham yang dianggap lebih mengerti masalah sajen.

Beras kuning, ketan hitam dan kacang hijau dicampurkan dalam beras yang ada dalam kendil. Setelah semua tercampur kemudian kendil ditutup dengan kain mori dan diikat rapat-rapat. Sedangkan kembang setaman dimasukkan dalam takir bersama dengan telur ayam jawa dan daun sirih.

Khusus dua kendil itu diletakkan pada daringan. Daringan adalah tempat beras. Biasanya jika orang mantu ada tempat khusus untuk beras atau gawan dari orang nyumbang atau buwuh. Sedangkan 12 takir yang kurang lebih isinya sama diletakkan pada tempat-tempat tertentu. Diantaranya  tempat orang masak, tempat sound, tempat isah-isah atau cuci piring.

Memasang tarup

Tarup adalah omah pasangan yang terbuat dari bambu dan dianyam. Ada janur kuning dan dua pohon pisang berada di sisi kanan dan kiri.

Menurut ahlinya(tokoh masyarakat yang memasang), tarup sebenarnya berasal dari ta'aruf dari Bahasa Arab yang artinya perkenalan. Menurutnya tarup adalah simbul untuk mengenalkan khalayak umum bahwa rumah ini sedang mantu.

Karena ada penandanya maka orang lain akan mudah mengenali jika akan buwuh atau datang pada acara mantu. Berbeda jika mantu atau resepsinya di gedung tentu hal-hal yang demikian ini sudah tidak berlaku lagi.

Tarup yang sudah terpasang di depan rumah | Sumber Dokumen pribadi
Tarup yang sudah terpasang di depan rumah | Sumber Dokumen pribadi

Memasang tarup juga ada beberapa syarat diantaranya, pohon Pisang Raja dan Pisang Kluthuk. Kedua pisang tersebut harus ada bunganya atau masih ada ontongnya.  Masih banyak lagi simbul-simbul yang akan saya tulis pada kesempatan berikutnya.

Bapak dan Ibu, setiap daerah mempunyai adat kebiasaan masing-masing. Semua tentu mempunyai makna dan filosofi. Saya sendiri memaknai dan mengambil hikmah kebaikan saja bahwa semua hanyalah simbul dan adat. Sedangkan tujuan utamanya adalah mengharap keselamatan dan kelancaran dari Allah Subhanahu wa ta'ala lewat doa yang kita panjatkan setiap saat.

Wallahu a'lam, salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun