Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Manusia Ruhani Setelah Menjalankan Sekolah Ramadhan

7 Mei 2024   21:27 Diperbarui: 7 Mei 2024   22:22 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sedang salat berjamaah. Gambar dari bersamaDakwah.com 

Bagimana selama ini hubungan vertikal kita dengan Allah Subhanahu wa ta'ala, dan bagaimana hubungan horizontal kita dengan sesama manusia. Keduanya harus berjalan seimbang sehingga penerapan takwa akan berbuah syukur, ihlas dan tawakal.

Para jamaah mendengarkan khutbah. Gambar dari Tribunnews.com 
Para jamaah mendengarkan khutbah. Gambar dari Tribunnews.com 

Ketiga, mengeksplor hakekat manusia yang sesungguhnya

Dalam surat Ar-Rum disebutkan : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut "fitrah"itu. Tidak ada perubahan pada "fitrah Allah" . (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Al-Rum 30)

Dari ayat di atas kita pahami bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala mendesain dan merancang ciptaan manusia, secara potensial menjadi mahluk yang suci atau mahluk ruhani karena kita berasal dari cipratan ruh ilahi.

Oleh karena itu sejatinya manusia itu selalu cenderung memihak kepada kebenaran, kebaikan dan keindahan. Inilah oleh para ulama' disebut konsep fitrah. Dari konsep fitrah ini maka idul fitri dapat diartikan kembali kepada hakekat yang wajar dari kehidupan manusia dan kemanusiaan.

Kembali kepada kewajaran seperti makan dan minum hingga kecenderungannya memihak kepada kebenaran, kebaikan dan keindahan.

Namun di pihak lain manusia diciptakan dalam keadaan lemah dan rapuh, sehingga membutuhkan kekuatan iman dan takwa. Misalnya di era digitalisasi ini kita dihadapkan pada godaan dunia yang amat massif seperti suguhan internet yang secara blak-blakan membuka jangkauan dunia baik dari sisi negative dan positif.

Keberadaan digitalisasi kita akui memberikan kontribusi kebermanfaatan bagi manusia, namun di sisi lain juga memiliki andil yang tidak sedikit untuk menjauhkan kita dari kerinduan, kemesraan dan kedekatan kita kepada Allah SWT.

Keempat, Ramadhan adalah bulan bersekolah

Allah menghadirkan bulan suci Ramadhan bulan yang paling utama diantara bulan-bulan yang lain. Maka pantas saja jika ada yang menyebutnya dengan bulan bersekolah, di mana di dalamnya dilatih dan diajarkan olah ruhani agar mampu memenangkan pertarungan antara hak dan batil, dengan menggunakan out line, kurikulum dan silabus yang bersumber dari Allah SWT.

Dalam sepuluh hari pertama kita dididik untuk membiasakan berpuasa secara jasmani (puasa makan dan minum). Kemudian sepuluh hari kedua melatih puasa nafsani, yaitu puasa untuk melatih hati dan jiwa agar tunduk dan taat kepada Allah dengan kesadaran diri.

Adapun sepuluh hari terahir kita diharapkan dapat melakukan puasa ruhani, yaitu puasa untuk memesrahi dan mencintai Allah semata. Bersatu dan nyawiji dengan Allah dengan bahagia.

Kelima, mengistiqomahkan peradaban Ramadhan sebagai kebiasaan yang kontinou

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun