Pemandangan yang tak pernah saya lihat, ternyata banyak para jamaah dari santri pondok Langitan yang menggelar sajadah di sepanjang bahu jalan raya. karena masjid tidak muat, mereka salat di tepi jalan raya, bahu jalan kanan dan kiri. Â
Setelah menyelesaikan salat jumat kami pun segera melanjutkan perjalanan, kembali Mr Guntur yang mengemudikan kendaraan menuju ke rumahnya. Berikutnya kami menurunkan Diajeng Lufin. Sudah ada suami tercinta yang menunggunya dengan sabar. Beberapa menit kemudian Gus Roni turun di pos selanjutnya.Â
Kembali Mr. Guntur melajukan kendaraannya menuju pos terahir yaitu di kediamannya sendiri. Beliau pun turun.
Akhirnya tinggal saya dan Mbah Syafi. Sekarang Mbah Syafi yang mengendalikan kemudi. Tak ada pilihan lain, mbah Syafi-lah yang harus menjadi drivernya. Sebenarnya ada perasaan was-was, namun segera  saya hilangkan, saat mbah syafi mulai mengemudikan kendaraan dan beberapa kali mesin mati setelah dihidupkan.
Bismillah saya menguatkan beliau. 'Mbah Bismillah jenengan pasti bisa, sing penting tenang dan nyantai, pelan-pelan saja", ucapku kepada mbah Syafi.
Mula-mula kendaraan melaju dengan aman, setelah lima menit tiba-tiba kendaraan berhenti.
"Waduh", ucap Mbah Syafi panik. Kemudian beberapa kali beliau menghidupkan mobil, mobil melaju lagi. Saat tiba di lampu merah mobil yang niatnya di pelankan justru berhenti lagi. Kita pun menunggu lampu berubah hijau, saat hijau harusnya kendaraan melaju, namun Mbah Syafi lagi-lagi gagal menghidupkan mobil.
Ketika masuk gigi satu, saat gas dimainkan tiba-tiba mobil berhenti lagi. Demikian berulang-ulang hingga mobil dibelakangnya menyuarakan bel berkali-kali, dengan sigap sayapun menyalakan lampu penanda mobil bermasalah. Padahal yang bermasalah adalah drivernya, he he . "Tenang mbah syafi, jenengan pasti bisa", ucapku supaya beliau nyaman dan tidak grogi.
Setelah beberapa kali, ahirnya mobilpun bisa jalan, Bismillah dan Sholawat tak henti kulantunkan dalam hati, semoga Alloh mudahkan semuanya.