Kembali kami berlima melaju menyusuri jalan bebas hambatan menuju Kota Tuban. Mbah Syafii yang awalnya di kursi belakang pindah ke depan menemani Mr. Guntur. Sedangkan Gus Ronie tetap berada di jok belakang. Saya sendiri dan Diajeng Lufin tetap berada di kursi tengah.
 "Bu nanti setelah di Tuban drivernya ganti saya", ucap Mbah Syafi dengan hati-hati.
"Loo memang kenapa Mbah", tanyaku
"Kan Mr. Guntur turun di Tuban, sedang kita masih melanjutkan hingga ke Singgahan City",
Mbah syafii mengatakan demikian sekaligus memberitahukan kepada saya, bahwa sesungguhnya ia belum bisa mengendarai mobil manual, karena biasanya memakai mobil matik. Tampak ada kehawatiran di wajahnya.
Segera saya mengiyakan "Siap Mbah gak papa, saya mempercayakan, jenengan bisa pasti", ucapku meyakinkan Mbah Syafi.
Setelah dua jam perjalanan kami tiba di Lamongan. Waktu menunjukkan pukul 11.30 WIB, Â kendaraan melaju dengan pelan sambil mencari masjid untuk menunaikan ibadah salat jumat. Â Beberapa masjid kami lalui, namun kami memprediksi waktu supaya saat berhenti pas khutbah jum'at.
Saat perjalanan itulah Mbah Syafi  mencoba tukar driver dengan Mr. Guntur, tujuannya sambil belajar mumpung ada pendamping yang  mengarahkannya. Selama perjalananan Mr Guntur memandu  Mbah Syafi terkait kopling, masuk gerigi satu, dua dan seterusnya.
Saat dipandu Mr. Guntur semua teratasi, tak ada masalah dan saya pun menilai bisa lulus kemudi. Sepanjang perjalanan dari Lamongan hingga menemukan masjid, Mbah Syafi yang mengendalikan kemudi. Saat menemukan masjid kamipun berhenti untuk malaksanakan salat jum'at berjamaah.
Mr. Guntur, Mbah Syafi dan Gus Roni segera turun dan mempersiapkan diri melaksanakna salat jumat. Sedangkan saya dan Diajeng Lufin mencari tempat yang nyaman sambil menunggu selesainya salat jumat.