Seperti biasa saya masuk kelas lima, sebelum pelajaran dimulai saya telah siap di depan pintu masuk sambil menyimak murid-murid mengajukan hafalan perkalian. Tiba pada giliran murid perempuan, Shena memandangku sambil  mengatakan :
 "Bu, lipstiknya baru ya", katanya sambil menatapku
"Kok Tahu",
"Kelihatan lebih cerah dari biasanya", jawabnya spontan sambil tersenyum.
Aku cuek saja menanggapinya, batinku hanya mengatakan "segitunya ya anak cewek menilai penampilan gurunya". Waktupun berlalu hingga pelajaran kedua berahir.
Saat istirahat tiba, kami para guru sedang beristirahat di kantor sambil ngobrol. Ternyata apa yang saya alami juga dialami oleh guru lain. Beberapa hari yang lalu ternyata guru kelas dua juga mengalami hal yang sama, Bu Nita namanya. Dia menyampaikan jika salah satu muridnya tiba-tiba mengatakan.
"Bu guru kok cantik, pakai bedak apa Bu," Tanya Atha, bocah kelas satu yang dikenal lincah dan aktif.
Belum sempat bu Nita menjawab bocah lucu itu  nyerocos. "Pakai bedak MS Glow ya Bu",
"Bu, Jangan pakai bedak itu, karena ada mercurinya Bu,"
"Kok kamu tahu, "jawab Bu Nita
"Iya Bu, Ibu saya jualan bedak, Bu guru pakai bedak Calista saja kayak Ibu saya", jawab Atha  polos dan menggemaskan.
"Waduh ternyata penampilan kita selama ini diperhatikan anak-anak ya," Celetuk guru lain.
Belum selesai kami ngobrol tentang Atha, tiba-tiba Bu Citra datang, diapun menyampaikan bahwa kemarin muridnya yang bernama Echa juga menanyakan tentang lipstiknya.
"Bu guru pakai lipstick apa ya", Tanya Echa penasaran. Bocah perempuan kelas tiga itu memandangi Bu Citra tampak ingin jawaban.
"Memangnya kenapa Mbak Echa", jawab bu Citra
"Kok lipstick Bu guru tidak hilang padahal sejak pagi lo", jawabnya
Bu Citra hanya tersenyum mendengar pertanyaan anak-anak zaman now, batinnya mengatakan "Kok anak-anak sekarang kritis ya, masak penampilan gurunya dinilai, he he ", ucapnya sambil menahan senyum simpulnya.
Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa apa yang dialami Bu Nita, Bu Citra juga saya adalah pengalaman nyata yang terjadi di lingkungan sekolah. Ternyata tanpa kami sadari penampilan guru menjadi perhatian murid dan mengesankan.
Untungnya apa yang mereka tanyakan, dan mereka perhatikan adalah hal positip yang membuat kami tersanjung. Seperti mengatakan gurunya cantik dan menanyakan merk lipstiknya.
Wah ternyata usia SD yang masih kelas satu sudah tahu jenis muk up yang mengandung mercuri, bahkan menyarankan Ibu gurunya memakai bedak merk Calista, seperti bedak ibunya. Wah, saya sendiri bahkan belum tahu seperti apa bedak calista itu. he... he...Â
Tidak dapat dipungkiri bahwa penampilan guru dapat mendorong perhatian siswa dalam belajar. Selain itu penampilan menarik menjadi sangat penting dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Orang yang ada di sekitar kita akan merasa nyaman, betah dan senang dengan penampilan diri yang enak di pandang mata.
Mengapa guru harus berpenampilan menarik?
Guru harus menjaga penampilan yang menarik dan rapi, sehingga siswa merasa betah mengikuti pelajaran. Selain itu, guru harus murah senyum agar siswa dapat merasa nyaman dan lebih  aman berada di kelas.
Penampilan guru sangat penting. Jangan sampai di hadapan murid penampilan guru acak-acakan tak karuan, baju harus rapi, sukur-sukur memakai winyak wangi. Apalagi saat kita datang murid-murid pasti berlari mengajak salim.
Saat cium tangan usahakan tangan bersih dan tidak berbau, jangan sampai saat anak bersalaman tangan berbau amis, atau bau trasi karena  saat sarapan kurang bersih saat mencuci tangan.
Hal ini sepele namun bagi anak sangat mengesankan. Jangan sampai anak bilang: "Tangan Bu guru bau ikan asin", he he
Atau mungkin setelah sarapan tidak bersih saat berkumur atau sikat gigi sehingga masih ada sisa cabe yang tertinggal di sela gigi, pasti anak akan mengatakan : "Wah, gigi Bu guru ada cabenya", dan lain sebagainya.
Nah, untuk menghindari hal demikian di atas, sebaiknya kita sebagai guru tetap menjaga penampilan yang menarik dan memiliki kesan yang baik pada murid.
Apalagi kita sering menyampaikan kepada anak, untuk memakai seragam dengan rapi, saat upacara setiap hari senin. Mulai dari baju, sabuk hitam, kaos kaki, dasi dan topi harus dipakai bahkan menjadi aturan saat upacara bendera. Jika saja murid dianjurkan untuk rapi apalagi gurunya, harus menjadi contoh yang baik
Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan guru untuk menjaga penampilannya di hadapan murid
Berbusana yang pantas
Ilustrasi di atas menggambarkan betapa murid memperhatikan apa yang dikenakan gurunya, baik dari segi make up, busana maupun barang-barang yang digunakannya.
Usahakan sesempurna mungkin saat berbusana di hadapan murid, misalnya, baju tidak terlalu besar, atau terlalu ketat. Busana tidak hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh, tetapi juga mempunyai fungsi untuk memperindah diri.
Kemampuan seseorang untuk berbusana yang tepat dan memantaskan diri akan menampilkan kesan positif terhadap gairah hidup. Sehingga menambah percaya diri. Berbusana yang baik dan sopan akan menampilkan pribadi yang menarik pula.
Untuk itu guru haruslah berpenampilan yang menarik dan sopan saat di sekolah. Mengenakan pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Tidak terlalu ketat dan tidak kedodoran. Sehingga pantas untuk dipandang.
Warna pakain tidak terlalu mencolok, begitu juga dengan model bajunya, tata rias tidak terlalu menor, bagi guru laki-laki, rambut disisir dengan rapi. Nah, jika murid melihat penampilan guru yang sopan dan menarik maka murid juga bersemangat dalam belajar,
Jika semangat anak sudah tumbuh dalam dirinya maka  pembelajatan akan berlangsung dengan aman, nyaman dan menyenangkan.
Bersikap santai dan tidak tegang
Selain berpenampilan menarik dan sopan, guru juga harus bersikap santai dan tidak tegang baik saat di kelas maupun diluar kelas. Ajak anak komunikatif dengan beberapa selingan humor.
Apalagi murid-murid sekarang tidak bisa dilayani dengan serius dan tegang mereka membutuhkan kasih sayang dan pendekatan secara individu.
Di dalam kelas gurulah satu-satunya yang dapat membawa suasana kelas, aman dan  menyenangkan. Saat menyampaikan pembelajaran ajak semua murid berperan aktif. Selingi dengan humor sehingga suasana kelas tidak tegang.
Walaupun harus mengerjakan tugas murid-murid tetap merasa senang dan bahagia, tanpa harus merasa terbebani. Penampilan guru yang santai, well come terhadap murid dan tidak gampang emosi pasti akan disenangi oleh muridnya.
Ekspresi wajah dan Bahasa tubuh
Selain penampilan busana yang harus diperhatikan, yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana menampilkan ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Keduanya penting untuk  dikuasai seorang guru.
Ekspresi wajah guru saat di depan kelas sangat menentukan keberhasilan dalam pembelajaran. Jika guru menyampaikan pelajaran dengan muka masam, wajah kelihatan tidak semangat, bahkan terkesan malas maka muridpun akan berdampak.
Tanpa disadari, muridpun akan terkena imbasnya. Saat gurunya malas mengajar, muridpun juga akan malas belajar. Sebaliknya saat guru semangat, dengan ekspresi wajah yang berbinar maka muridpun akan tersulut semangat dari gurunya.
Bahasa tubuh yang digunakan juga harus santai, tidak kaku, misalnya saat menunjuk murid jangan sampai dengan jari telunjuk saja, lebih baik dengan telapak tangan sehingga murid merasa dihargai dan bukan seperti divonis salah.
Sikap dan perilaku
Sudah tidak asing lagi slogan yang mengatakan bahwa guru adalah sosok yang bisa digugu dan ditiru. Digugu omongannya dan ditiru perilakunya. Maksud dari digugu dalam Bahasa jawa adalah diugemi atau dipercaya.
Di gugu diartikan apa saja yang disampaikan oleh guru, baik lisan maupun tulisan dapat dipercaya dan diyakini kebenarannya oleh murid. Sedangkan ditiru artinya sebagai seorang guru harus menjadi suri tauladan dalam setiap perbuatannya.
Saat profesi guru menjadi pilihan, maka harus berani bertanggung jawab atas profesi tersebut, segala tindak tanduk mencerminkan keteladanan bagi murid.
Anak-anak pada dasarnya menjadi media penyerap yang paling baik, mereka didesain untuk menjiplak lingkungan di sekitarnya. Mereka akan memilih role model yang berada di lingkungan terdekatnya, terutama orang yang lebih tua dari dirinya.
Jika berada di lingkungan keluarga tentu orang tua atau kakaknya akan menjadi role modelnya. Sedangkan saat berada di sekolah anka-anak akan memandang bahwa guru sebagai sosok yang derajatnya lebih tinggi sehingga patut untuk di jadikan panutan.
Dengan demikian maka sebagai guru harus mempunyai sikap dan perilaku yang bisa digugu dan ditiru oleh murid-muridnya.
Bapak dan ibu, sebagai guru menjadi penting kiranya untuk menjaga penampilan di depan murid, namun yang lebih penting lagi harus menjaga sikap dan perilaku yang berkarakter sehingga bisa digugu dan ditiru oleh murid.
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H