Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Petugas KPPS Sambat "Lelah dan Melelahkan"

16 Februari 2024   17:33 Diperbarui: 16 Februari 2024   17:34 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggota KPPS 02 Desa Mulyorejo Kecamatan Singgahan Tuban. Dokumen pribadi

Rasanya nano-nano, badan pegel semua, menahan rasa kantuk yang amat sangat, lelah, letih, lesu, sangat capek bercampur menjadi satu.

Saya yakin seratus persen,  itulah yang dirasakan  petugas KPPS yang melaksanakan tugas saat pemungutan suara tangal 14 Februari 2024 kemarin.

Hampir semua TPS rata-rata menyelesaikan tugas lebih dari pukul 01.00 dini hari. TPS Saya sendiri selesai pada pukul 03.00 WIB. Dari tujuh TPS yang ada di desa saya  lima diantaranya selesai pada pukul 03.00 WIB pagi, atau tanggal 15 Februari 2024.

Perjuangan yang melelahkan. Mereka bekerja sepanjang waktu 24 jam lebih tanpa istirahat. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya bekerja tanpa istirahat, itulah yang dialami pejuang demokrasi yang ada di garda depan.

Memungut, menghitung dan melaporkan kepada atasan, dalam hal ini PPS(Panitia di Desa) dilanjutkan ke PPK( Panitia di Kecamatan). Menghindari kesalahan seminim mungkin supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Sumpah dan janji anggota KPPS. Dokpri
Sumpah dan janji anggota KPPS. Dokpri

Banyak pesan singkat yang saya abaikan, beberapa kawan diluar sana menanyakan: "Mbak, jagonya menang atau kalah",

Tak satupun yang terjawab, saking tidak kobernya memegang Handphon, he he ... Selain petugas KPPS harus netral, tak ada rasa bungah atau sedih tersebab menang atau kalah, semua berharap semoga pekerjaan ini cepat selesai dengan tuntas. 

Beruntung  TPS di Desa Mulyorejo semua petugas tidak ada yang sakit atau masuk rumah sakit karena kelelahan. Pantas saja salah satu syarat menjadi anggota KPPS harus menunjukkan surat sehat dari dokter. Usianyapun di dibatasi tidak boleh lebih dari 55 tahun. Melihat cara kerja di lapangan, mengharuskan seseorang berbadan sehat dan kuat.

Saya sendiri, walaupun rasa lelah mendera, menahan kantuk tapi tetap saja menyelesaikan tugas ini dengan penuh hati-hati dan teliti. Kekeliruan satu surat suara saja akan menghitung ulang surat suara yang ada di kotak suara. Makanya harus jeli dan penuh hati-hati.

Hal inilah yang terjadi di beberapa TPS yang menghitung ulang karena selisih satu surat suara atau karena salah memasukkan kartu surat suara.  

Anggota KPPS 02 Desa Mulyorejo Kecamatan Singgahan Tuban. Dokumen pribadi
Anggota KPPS 02 Desa Mulyorejo Kecamatan Singgahan Tuban. Dokumen pribadi

Pernak-pernik yang dirasakan petugas KPPS 

Satu, pengalaman yang tak mungkin dilupakan.

Sejak diberlakukannya pemilihan langsung presiden dan wakil presiden atau anggota legislative baru kali ini saya menyelesaikan  sampai larut malam, lima tahun yang lalu TPS saya berahir pada pukul 23.00 WIB.

Yang menjadikan lama kali ini adalah adanya aturan baru untuk mengaploud hasil C salinan perolehan suara. Sehingga terkadang terkendala signal atau terkadang print atau scanner  tiba-tiba tidak bisa bekerja atau rusak.

Sehingga walaupun sebenarnya penghitungan sudah selesai namun menunggu sirekap untuk scan dan menandatangani ratusan lembaran, itulah yang memerlukan waktu yang lama.

Dua, kebutuhan  kertas lebih banyak

Baru kali ini, untuk keperluan  pelaporan menghabiskan kertas lebih dari 1 rim. Bisa bayangkan 1 rim kertas berjumlah 500 lembar, jika 1 rim lebih berarti kira-kira saya menghabiskan hampir 800 lembar kertas. Beruntung saya menyiapkan dua rim kertas.

Pantas saja saat pelantikan KPPS, KPU menghimbau supaya setiap KPPS menanam satu pohon sebagai ganti kertas yang ada. Walaupun harus sekian tahun yang akan datang memanen kertas. Usaha yang patut diacungi jempol.

Semangat menjalankan tugas negara. Dokumentasi Nita
Semangat menjalankan tugas negara. Dokumentasi Nita

Tiga, honor lumayan dengan kerja yang sangat berat.

Belum lama ini setelah KPU menetapkan besaran honor maka banyak tik-tok yang beredar di masyarakat bahwa petugas KPPS menjadi menantu idaman, karena honornya satu hari Rp. 1.100.000,- .lalu mereka mengalikan berapa jumlah gaji perbulannya.

Tidak salah memang sindiran-sindiran itu, namun yang perlu diketahui, jangan melihat besarnya honor satu hari, sebab beban kerja dan tanggung jawabnya yang cukup berat, perlu menjadi pertimbangan, bekerja tanpa istirahat selama 24 jam itulah baru saya alami seumur hidup saya. He he

Empat, valentine day  berubah  menjadi hari ibu bagi suami

Tepat tanggal 14 Februari kemarin adalah hari valentine day bagi yang merayakannya. Namun bagi petugas KPPS yang terdiri dari ibu-ibu, secara otomatis meninggalkan sementara tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga.

Semua urusan anak, masak, dan segala kebutuhan rumah tangga diserahkan kepada suami di rumah. Kebetulan enam dari tujuh anggota KPPS saya terdiri dari kaum ibu, sebagian mereka masih punya balita, sehingga total peran rumah tangga diambil alih oleh para suami di rumah.

Bahkan saya mewanti-wanti, bagi yang punya balita jangan sampai terganggu karena anak, misalnya waktunya menidurkan anak, atau waktunya menyiapkan makan dan lain-lain.

Semuanya harus dikondisikan dengan baik, sehingga alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar tanpa terganggu dengan rengekan anak, karena peran istri digantikan oleh suami secara total. 

Masih tersenyum dalam kelelahan. Dokpri
Masih tersenyum dalam kelelahan. Dokpri

Lima, hari ketiga, masih tersisa letih dan lesu

Hari ini tanggal 16 Februari, namun masih tersisa rasa lelah, letih, dan kantuk. Ini adalah risiko dari  pekerjaan. Bagi kami yang beberapa kali menjadi ketua KPPS mungkin sudah biasa, namun kali ini saya merasakan sendiri, lain dari pada yang lain.

Bekerja tanpa sempat istirahat, kalaupun sempat tertidur mungkin beberapa menit tergeletak di lantai sengaja merebahkan tubuh yang lunglai tak kuat menahan rasa kantuk.

Mendengar berita di medsos sangat miris, ada anggota KPPS yang meninggal dunia akibat kelelahan, kita hanya bisa mendoakan semoga kelelahan mereka menjadi lillah, semoga jerih payahnya menjadi amal berpahala di sisi Allah Subhanahu wa tala. Amiin.

Bapak dan Ibu, itulah pengalaman yang bisa saya bagikan, barangkali mewakili sebagian petugas KPPS yang ada di seluruh wilayah Indonesia, harapannya ada cara pemungutan suara yang bisa lebih praktis, sederhana dan mudah dilakukan di masa-masa yang akan datang.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun