Tepat tanggal 14 Februari kemarin adalah hari valentine day bagi yang merayakannya. Namun bagi petugas KPPS yang terdiri dari ibu-ibu, secara otomatis meninggalkan sementara tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga.
Semua urusan anak, masak, dan segala kebutuhan rumah tangga diserahkan kepada suami di rumah. Kebetulan enam dari tujuh anggota KPPS saya terdiri dari kaum ibu, sebagian mereka masih punya balita, sehingga total peran rumah tangga diambil alih oleh para suami di rumah.
Bahkan saya mewanti-wanti, bagi yang punya balita jangan sampai terganggu karena anak, misalnya waktunya menidurkan anak, atau waktunya menyiapkan makan dan lain-lain.
Semuanya harus dikondisikan dengan baik, sehingga alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar tanpa terganggu dengan rengekan anak, karena peran istri digantikan oleh suami secara total.Â
Lima, hari ketiga, masih tersisa letih dan lesu
Hari ini tanggal 16 Februari, namun masih tersisa rasa lelah, letih, dan kantuk. Ini adalah risiko dari  pekerjaan. Bagi kami yang beberapa kali menjadi ketua KPPS mungkin sudah biasa, namun kali ini saya merasakan sendiri, lain dari pada yang lain.
Bekerja tanpa sempat istirahat, kalaupun sempat tertidur mungkin beberapa menit tergeletak di lantai sengaja merebahkan tubuh yang lunglai tak kuat menahan rasa kantuk.
Mendengar berita di medsos sangat miris, ada anggota KPPS yang meninggal dunia akibat kelelahan, kita hanya bisa mendoakan semoga kelelahan mereka menjadi lillah, semoga jerih payahnya menjadi amal berpahala di sisi Allah Subhanahu wa tala. Amiin.
Bapak dan Ibu, itulah pengalaman yang bisa saya bagikan, barangkali mewakili sebagian petugas KPPS yang ada di seluruh wilayah Indonesia, harapannya ada cara pemungutan suara yang bisa lebih praktis, sederhana dan mudah dilakukan di masa-masa yang akan datang.
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H