Mamanya Bulan adalah sosok Kartini masa kini yang tak mengenal lelah, dia sadar pendidikan sangat penting bagi anak-anaknya. Hal ini juga menjadi cita-cita R.A.Kartini bahwa perempuan harus mengenyam pendidikan setinggi mungkin, jangan hanya sebagai konco wingking bagi kaum Adam.
Saya yakin banyak sosok Mama Bulan yang lain di luar sana yang berjuang demi kelangsungan pendidikan anak-anaknya.
Bu Mawar saya menyebutnya, seorang guru di Taman Kanak-Kanak yang berjuang demi kedua anaknya yang masih sekolah. Anak pertamanya SMA kelas XI dan yang kedua kelas 6 SD.
Sudah 12 tahun ini suaminya terkena strok, nyaris semua beban hidupnya dia yang menanggung. "Saya hanya bisa berusaha semampuku Bu, pasrah kepada yang Maha Kuasa, rezeki anak sekolah pasti ada." ucapnya saat bertemu lebaran kemarin.
Bu Mawar juga meneruskan perjuangan Kartini, bagaimana dia bertahan dan menanggung beban hidupnya, dengan sabar merawat suaminya yang strok namun di sisi lain dia harus membiayai anak-anaknya yang masih sekolah.
Bu Mawar juga menjadi Kartini masa kini yang pantas diacungi jempol, bertekad menjadi sosok istri yang salihah, mendampingi suami dengan setulus hati, juga bekerja dan berjuang untuk masa depan anak-anaknya.
Ada lagi sosok Kartini yang saya baca di WA grup keluarga, bahwa seorang nenek tua, sebut saja Mbah Minah, bekerja sebagai penjual pisang. Terik matahari yang menyengat tak dihiraukan demi menjajakan buah pisangnya.
Seorang pembeli menghampirinya. Dibelinya semua pisangnya, saat ditanya, "Kenapa berjualan, saat puasa seperti ini, wong sudah sepuh?" Mbah Minah dengan ceria mengatakan "Justru karena puasa saya harus berjualan, karena mengejar lebaran."
Mbah Minah berjualan sampai siang, Jam 3 sore sudah harus pulang untuk menyiapkan es buah dan aneka cemilan untuk anak-anak yang ngaji di TPA, surau tempat Mbah Minah tinggal.