Setiap anak mempunyai sifat, sikap dan karakter yang berbeda-beda. Itulah yang setiap hari kita hadapi di dalam kelas. Nana murid yang periang, suka usil dan lincah. Dia paling dulu menyelesaikan setiap ada tugas yang harus dikerjakan. Nani, pendiam, ulet dan ndablek. jika mengerjakan tugas pasti paling belakang selesainya.
Nino, anaknya jagoan suka keluyuran di kelas. Jika ada anak yang ijin ke belakang, pasti dia ikut-ikutan ijin keluar kelas. Sedangkan Nano, anak yang disiplin, baik hati tapi cengeng, Jika sedang bermain  pasti ujung-ujungnya menangis.
Melihat betapa banyak keberagaman karakter murid-murid, sebagai guru, kita perlu berpikir bagaimana caranya supaya dapat menyediakan layanan pendidikan yang memungkinkan semua murid mempunyai kesempatan dan pilihan untuk mengakses apa yang kita ajarkan secara efektif sesuai dengan kebutuhan mereka.
Itulah gambaran majemuk anak yang ada di dalam kelas. Kendati demikian guru harus bisa sabar dan telaten dalam menghadapi semua murid-muridnya. Â Maka dari itu guru diharapkan mempunyai strategi dalam mengelola kelas.
Sebagai pendidik kita harus melayani murid-murid dengan segala keberagaman tersebut dengan menyediakan lingkungan dan pelayanan yang optimal salah satunya menciptakan suasana yang nyaman dan aman di dalam kelas.
Dalam modul 2.1. calon guru penggerak  ada ungkapan Ki Hajar Dewantara sebagai berikut:
 "Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik. Bedanya, guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin."(Ki Hajar Dewantara). Â
Ungkapan di atas sangat rasional bahwa secara fakta murid mempunyai karakteristik yang beragam, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, juga keunikan yang pantas dihargai, untuk itu perlu direspons dengan tepat agar tidak terjadi kesenjangan belajar (learning gap), di mana pencapaian murid tidak sesuai dengan potensi yang tunjukkan murid.
Apakah pembelajaran berdiferensiasi ?
Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid.Â
Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.
Setiap hari saya dihadapkan pada keberagaman karakter murid seperti ilustrasi yang saya sebutkan di atas. Â
Dari 23 siswa baru 4 karakter siswa yang saya tuliskan yaitu Nana, Nani, Nino dan Nano (bukan nama sebenarnya). Kita bisa bayangkan bagaimana kita mengondisikan 23 anak dengan karakter yang berbeda.
Untuk itu pembelajaran berdiferensiasi menjawab tantangan guru dalam menghadapi murid yang beragam karakter.
Misalnya ketika saya memberikan tugas kepada siswa untuk menyelesaikan soal cerita. Hanoi merasa kesulitan untuk memahaminya, sehingga saya harus membantunya. Tetapi Indira dengan mudah menyelesaikannya. Merasa sudah selesai mengerjakan dia dengan santai bernyanyi di dalam kelas.
Di saat yang sama di pojok kelas ada dua siswa yang berselisih karena meminjam pensil temannya tidak di pinjami, akhirnya keduanya adu mulut dan bertengkar. Mungkin banyak juga guru yang mengalami kondisi  seperti ini di kelas.
Guru bukanlah manusia bersayap, bukan juga superman yang bisa terbang ke sana ke mari, lari ke sana ke sini untuk menyelesaikan masalah. Untuk itu tepat sekali jika kita menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
Lalu seperti apakah  pembelajaran berdirefensiasi itu?
Adalah serangkaian keputusan yang masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi pada kebutuhan murid. Keputusan masuk akal yang buat oleh guru harus  berdasar pada hal-hal berikut ini.
Satu, menerapkan kurikulum yang mempunyai tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas dan konsisten. Tujuan pembelajaran bukan hanya dapat dipahami oleh guru namun bagi murid-muridnya.
Dua,  guru dapat merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid. Bagaimana guru menanggapi dan merespons  kebutuhan belajar murid. misalnya menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Tiga, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan.
Empat, guru dapat menciptakan manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas yang memungkinkan fleksibilitas, namun terstruktur, sehingga walaupun murid melakukan kegiatan yang mungkin berbeda-beda namun kelas tetap kondusif.
Lima, penilaian berkelanjutan, di mana guru dapat memperoleh informasi dari proses penilaian yang dilakukan. Untuk mengetahui murid yang sudah mencapai tujuan pembelajaran dan murid mana yang masih ketinggalan untuk kemudian menyusun rencana dan proses pembelajaran selanjutnya.
Bapak dan ibu, jika dibayangkan maka peran dan tanggung jawab guru sungguh berat, namun dalam kesehariannya bapak dan ibu guru sudah sering menghadapi berbagai macam karakter murid, sehingga kemampuan multitasking secara natural sudah dimiliki.
Kemampuan ini tidak disadari karena begitu alaminya hal ini terjadi, betapa sudah terbiasanya bapak dan ibu guru menghadapai tantangan ini. Sehingga  harapannya apa yang menjadi jerih payah dalam membimbing murid-murid menjadi amal salih yang bisa bermanfaat, dan bisa mengantarkan murid-murid menjadi generasi penerus bangsa yang berkarakter.
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat. Â
Referensi : Modul 1.2 CGP "Praktek Pembelajaran yang Berpihak pada Murid".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H