Di penghujung tahun 2022 saat liburan semester I, kami sekeluarga berkesempatan mengisi liburan di kampung halaman. Ada beberapa  agenda kegiatan yang tak terduga yang kami lakukan. Salah satunya menghadiri MUBES IKAI atau Musyawarah Besar Ikatan Keluarga AL-Islam. Sebuah acara yang diselenggaran para alumni untuk menyatukan Visi dan Misi dalam rangka memajukan almamater.
Tujuan diselenggarakannya MUBES kali ini adalah membina dan mengembangkan anggota IKAI menjadi muslim yang mampu, cakap, dan beramal ilmiyah demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Demikian tujuan MUBES ini yang sempat saya baca sesuai dengan AD/ART yang kami terima ketika pelaksanaan tanggal 29 Desember 2023 yang lalu.
Pada kegiatan tersebut kami dipertemukan dengan sahabat-sahabat terkasih. Mereka adalah teman-teman yang dulu sebangku dan seangkatan semasa  Madrasah Aliyah  Al-Islam di Joresan Mlarak Ponorogo Jawa Timur.
Kesempatan ini sekaligus menjadi ajang pertemuan para alumni yang sudah puluhan tahun meninggalkan bangku sekolah tempat kami mengenyam pendidikan dan menempa mental agar menjadi pribadi yang berkarakter.
Misalnya saya sendiri alumni tahun 1992, hingga saat ini sudah 30 tahun meninggalkan almamater, tempat yang penuh kenangan. Tempat di mana saya dan teman-teman mengais ilmu dari para mujahid yang tekun dan penuh kesabaran memberikan secercah harapan masa depan dengan nur dan hidayah Ilahi.
Kembali kenangan manis semasa sekolah muncul, bertemu dengan teman yang sehati dan tulus dalam mengemban amanah yang menjadi tanggungjawabnya di tempat tinggal masing-masing. Sebut saja dengan Zuhriyah. Sosok yang mengagumkan dan menginspirasi berasal dari Jakarta.. Dulu dia seorang mayoret drum band di sekolah kami. Selain itu dia juga jago pidato. Selalu juara satu pada even lomba pidato bahasa Indonesia.
Kebayangkan bagaimana sosok seorang mayoret, pasti cantik, Â pinter dan lincah. Mbak Ria, kami biasa memanggilnya, orangnya supel dan mudah bergaul. Saat ini dia mengelola 60 majlis taklim disekitar Bekasi, Cakung hingga Priuk, Pendiri travel Haji dan Umrah AMARA, Kepala Diniyah Awaliyah dan Wustho, Pembina MTG-KI (gabungan majlis Taklim ibu-ibu), Pembina El-MAZAYA(bimbingan anak-anak yang akan masuk ke pondok pesantren dan masih banyak lagi kegiatan yang dilakoninya.
Segudang prestasi yang dia raih tidak menyurutkan perjuangannya dalam mengisi setiap detik dalam hidupnya. Membimbing dan mengembangkan ilmu Ilahi, meniupkan ruh bagi mereka yang haus akan agama. Dengan motto hidupnya 'Khoirunnas anfauhum linnas' (sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi yang lain).
Saat saya ngobrol tentang masa depan, dengan fasih dia bilang: "Ridhomu ada di sini(sambil menunjuk dadaku)", Jika engkau ridha terhadap anakmu maka Allohpun ridho padanya". Mak jleb rasanya benar apa yang disampaikan. Mungkin inilah kelemahanku, kurang meyakini terhadap apa yang menjadi ketetapan Alloh SWT. Terima kasih Mbah Ria yang telah membuka mata hatiku yang selama ini penuh keraguan.Â
Benar apa yang dikatakan dalam pepatah Arab bahwa: "Sebaik-baik teman adalah yang menunjukkan kamu pada kebaikan". Itulah teman sejati, teman yang bisa menunjukkan arah di mana saat kita berjalan terseok dan tersisih, memberikan pelita  ketika cahaya itu redup tuk kita lalui.
Selain Zuhriyah yang menginspirasi juga ada Zeny Lutfiah, dulu juga seorang mayoret duet dengan Zuhriyah di group drum band Al- Islam, Mbak Zeny kami menyapanya, saat menimba ilmu di Al-Islam, dia aktif menjadi anggota paduan suara dan qosidah hingga menjadi koordinator pentas seni.
Saat ini dia menjadi dosen (Hukum Islam, Perkawinan dan waris Islam) di Universitas Sebelas Maret Surakarta(UNS), pengurus MUI Sukoharjo bidang pemberdayaan perempuan remaja dan keluarga(PRK), PCNU Sukoharjo sebagai Koordinator bidang LKK(Lembaga kemaslahatan keluarga), di PC Muslimat sebagai Dewan pakar dan ketua Himpunan Daiyah dan majlis taklim, juga sebagai pengurus pusat ketua bidang pemberdayaan perempuan di Jamiyah Perempuan dan Pengasuh Pondok Pesantren dan Muballighoh(JP3M), juga dewan pengurus pusat Asosiasi Dosen Agama Islam Indonesia.
Selain itu dia juga membawahi 9 majlis taklim di Yayasan pemberdayaan Umat(YPU) pimpinan suaminya Ahmad Hafid, dosen UIN Surakarta.
Saya tahu teman-temanku saat ini mempunyai jabatan juga prestasi yang menggunung, namun ketika bertemu dengan kawan lama mereka tetap seperti dulu. Berteman tulus dari hati, bukan sekedar  basa-basi. Baik mbak Zuhriyah maupun Mbak Zeni mereka tetap menyapa kami dengan gaya tempoe dulu. Melepaskan status daiyah atau mubalighoh juga dosen di hadapan teman-temannya agar kami bisa sehati.
Bercerita, bercanda ngalor-ngidul, mengingat masa lalu yang penuh kenangan. Kembali melepas status siapa saya dan siap kamu, yang ada siapa kita 30 tahun yang lalu. Momen seperti inilah yang sebenarnya banyak teman-teman impikan. Mereka yang belum berkesempatan bertemu, pasti ada rindu yang mendayu, tersimpan di lubuk hati. Ingin merengkuh namun tangan tak sampai. Ingin bergabung namun kesempatan yang belum berpihak. Â
Teman lama berkumpul kembali, cerita lama terulang lagi adalah satu momen bahagia yang tak terencana. Sungguh jika Tuhan mengizinkan maka jalan itu diperluas untuk merekatkan silaturrahmi.
Bapak Ibu, harapannya semoga apa yang kita lalui di tahun 2022 menjadi muhasabah bagi diri yang fakir ini, jika baik dan bernilai plus kita pertahankan dan juga kita tingkatkan dan jika kurang baik maka segera berbenah, kita songsong datangnya tahun 2023 ini dengan semangat baru dan penuh optimis.
Inilah ceritaku di penghujung tahun 2022, Bagaimana dengan cerita Anda?
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H