Anak cenderung meniru apa yang dia lihat dan dia dengar, tanpa menyaring dan mengolah informasi yang dia terima. Untuk itu penting bagi guru dan juga orang dewasa untuk memberikan tontonan yang baik bagi anak, sehingga apa yang dilihat dan didengar adalah hal yang positif bagi dirinya.
Contohnya suatu ketika Emma  yang masih duduk di kelas 2 sekolah dasar melihat TikTok tentang berjoget yang mempertontonkan aurat.Â
Suatu saat dia bergaya dan berjoget sambil hanya mengenakan kaos dalam. Ketika ditegur ibunya, "Loh Dik, kenapa jogetnya gak pakai baju?"
Dia bilang, "Biar seksi kayak yang ada di TikTok, Ma"
Itulah salah satu sifat anak, dia akan menirukan apa yang ia lihat. Sehingga penting  sebagai orang tua maupun guru memberikan bimbingan dan pendampingan pada perilaku anak.Â
Perilaku positif dan disiplin positif sebaiknya menjadi kebiasaan siswa di lingkungan belajarnya. Guru akan memberikan posisi Kontrol terhadap murid agar perilakunya bisa mencerminkan karakter yang diharapkan dalam profil pelajar pancasila.
Adapun yang dimaksud dalam profil pelajar pancasila adalah beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berahlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif.
Untuk menanamkan budaya positif tersebut penting kiranya guru menerapkan teori kontrol pada murid.Â
Dr. William Glasser dalam control theory yang kemudian berkembang dinamakan Choice theory memandang beberapa konsep makna kontrol sebagai berikut:
Pertama, ilusi guru mengontrol murid