Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Hasil ANBK Menjadi Nilai Rapor Sekolah, Jika Nilainya Merah Siapakah yang Dievaluasi?

6 September 2022   13:29 Diperbarui: 7 September 2022   03:45 3231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswi kelas 5-C SD Negeri 001 Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat mengikuti Asesmen Nasional jenjang SD.| Dok. Kemendikbud via Kompas.com

Hari ini ada yang serius dibicarakan kepala sekolah dengan tenaga operator. Operator sekolah diberi tugas untuk melihat hasil ANBK tahun lalu yaitu tahun pelajaran 2020/2021.

Setelah diprint out ternyata rapor sekolah hasilnya merah. Artinya peserta didik tidak memenuhi ketuntasan minimal dalam menjawab soal-soal literasi dan numerasi.

Untuk menindaklanjuti hasil rapor yang kurang baik, maka Dinas Kabupaten memberikan waktu untuk memberikan alasan dan solusi dari setiap pernyataan yang menunjukkan nilai merah pada setiap butir soal.

Dalam hal ini ada 29 butir soal yang kami cermati untuk diadakan tindak lanjut. Selain menemukan permasalahan dan solusinya juga diharapkan untuk mengunggah foto sebagai bukti bahwa sekolah benar-benar melakukan kegiatan tindak lanjut di lembaga masing-masing.

Termasuk hari ini bersama kepala sekolah, kami mencermati setiap butir soal yang mendapat nilai merah atau tidak mencapai ketuntasan.

Mudah sekali mengetahuinya, karena dalam kolom sudah ada penanda warnanya, jika warna merah dan kuning artinya tidak lulus. Selanjutnya mencari akar permasalahannya kemudian mencari solusi yang tepat.

Tindak lanjut ini diharapkan bahwa hasil pelaksanaan ANBK tahun ini mendapatkan nilai yang lebih baik dari tahun sebelumnya.

Pelaksanaan ANBK tingkat SD. Gambar dari: detikcom
Pelaksanaan ANBK tingkat SD. Gambar dari: detikcom

Ada yang mengusik pada beberapa pernyataan yang saya temui, contohnya dituliskan bahwa indikator pencapaiannya adalah peserta didik kurang bisa menghargai keberagaman budaya dan agama dalam kehidupan sehari-hari.

Padahal pada kenyataannya, dalam satu lembaga ada satu siswa yang beragama lain namun sampai saat ini mereka berteman dengan baik, rukun, dan saling toleransi. Bahkan selama enam tahun sekolah di lembaga kami tidak pernah ada masalah dengan teman yang berbeda keyakinan.

Munculnya indikator yang tidak sesuai dengan kenyataan disebabkan karena peserta didik kurang memahami konteks pertanyaan yang ada. Sehingga dalam menjawab pertanyaan kurang pas. Untuk itu perlu kiranya memperbanyak kegiatan yang mendorong anak berliterasi, sekaligus memahami bacaan.

Kemampuan memahami setiap butir soal sangat penting dikuasai siswa karena hampir seluruh pertanyaan ANBK bersifat literasi membaca yang menuntut pemahaman yang matang.

Berikut contoh pernyataan yang menjadi tindak lanjut dari hasil penilaian yang berwarna merah atau tidak mencapai ketuntasan minimal pada satuan pendidikan

Simulasi ANBK, ilustrasi gambar saat mengenalkan siswa bagaimana cara menggunakan lap-top. Dokumen pribadi
Simulasi ANBK, ilustrasi gambar saat mengenalkan siswa bagaimana cara menggunakan lap-top. Dokumen pribadi

Identifikasi masalah:

Kurang dari 50% peserta didik belum mencapai kompetensi minimal untuk literasi membaca

Solusinya:

Meningkatkan kegiatan literasi membaca dari 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai menjadi 30 menit dari pembiasaan yang sudah diterapkan di sekolah.

Ada banyak poin yang menjadi identifikasi masalah, namun saya menuliskan contoh permasalahan yang berkaitan dengan literasi membaca. Jika disimak dari pernyataan di atas sekolah kami kurang menguasai kemampuan memahami bacaan. Mengapa demikian?

Berikut mencari akar permasalahan:

Secara kebetulan sebagian besar dari peserta didik kelas 5 tahun lalu kurang terampil membaca. Kondisi kekurangan guru menyebabkan dua tahun tidak mempunyai wali kelas. Yaitu saat kelas satu dan dua. Mereka belajar dengan guru yang kebetulan tidak ada jam mengajar.

Kondisi itu diperparah dengan adanya pandemi dua tahun lalu, saat mereka naik kelas tiga dan empat. Adanya larangan pembelajaran tatap muka menambah kondisi belajarnya kurang maksimal.

Hal ini cukup kami pahami bahwa rapor merah bagi sekolah bukanlah semata-mata kesalahan guru kelas 5, namun harus menjadi evaluasi bersama. Kemampuan literasi peserta didik harus dimulai sejak kelas satu. Calistung atau Membaca, Menulis dan Berhitung.

Untuk itu Asasemen Nasioanal Berbasis Komputer atau disingkat ANBK menjadi satu kesatuan persiapan yang saling berkaitan. Hasil literasi dan numerasi di kelas 5, juga bergantung dari kompetensi capaian di kelas sebelumnya.

Tidak serta merta hasil dan nilai yang diperoleh saat siswa kelas 5 menjadi capaian akhir sebuah pembelajaran ANBK, namun saling berkaitan dengan kemampuan sebelumnya. Jika boleh diistilahkan seperti sebuah rantai pembelajaran. Adanya keterkaitan dengan hasil yang dicapai sebelumnya.

Untuk itu kurang bijak jika tiba-tiba guru kelas 5 disalahkan ketika hasil rapor sekolahannya merah. "Saya sekarang memegang kelas 4 Bu," ujar Pak Bahri kepada saya.

"Lo, memangnya kenapa Pak," tanyaku selanjutnya

"Karena hasil rapor sekolah merah, sedang saya adalah guru kelas 5," keluhnya

"Ya, sudah Pak, malah nyaman, mengurangi tanggung jawab," balasku kemudian.

Ilustrasi di atas menggambarkan betapa guru kelas 5 saat ini mengendalikan rapor sekolah. Karena hasil nilai ANBK peserta didik dalam satuan pendidikan berdasarkan hasil yang diperoleh siswa kelas 5.

Namun kurang bijaksana jika hasil yang tidak baik atau rapor merah sekolah mengkambinghitamkan guru kelas 5 sebagai wali kelasnya. Sekali lagi nilai ANBK merupakan sebuah rantai pembelajaran dari hasil-hasil sebelumnya.

Bapak dan Ibu, saling mengevaluasi dan bekerja sama antar warga sekolah, baik guru, murid, dan orangtua menjadi solusi yang tepat untuk memperbaiki pelaksanaan ANBK, yang Insyaalloh akan diselenggarakan bulan Oktober 2022 mendatang.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun