Ramadhan tinggal beberapa hari lagi. Sekolah pun tetap masuk bahkan sejak tanggal 6 April 2022 bertepatan dengan 4 Ramadhan 1443 H yang lalu. Saat Ramadhan tiba pada kelender pendidikan dicantumkan HEF atau Hari Efektif Fakultatif.
Hari efektif fakultatif adalah istilah dalam bidang pendidikan. Yang dimaksud adalah hari di mana sekolah dibebaskan untuk mengisi kegiatan belajar, boleh pembelajaran seperti biasa atau kegiatan lain yang penting masih berhubungan dengan pendidikan.
Sekolah biasanya tetap melakukan kegiatan proses belajar mengajar, namun durasi waktunya yang dikurangi. Misalnya hari efektif pembelajaran sampai jam 12.00 WIB, maka untuk hari efektif fakultatif ini pembelajaran sampai jam 11.00 WIB.
Untuk itu biasanya antar lembaga satu dengan lembaga yang lain berbeda kegiatannya semua diserahkan terhadap kebijakan sekolah. Ada yang selama efektif fakultatif diisi pesantren kilat atau pondok Ramadhan, ada yang mengadakan proses pembelajaran biasa. ada juga yang memadukan keduanya.
Kebetulan di sekolah saya memadukan keduanya, sayangnya sebagian siswa tidak mengikutinya 100%, 15% dari mereka tidak masuk sekolah dengan alasan bukan sakit.
Setelah beberapa kali saya amati ternyata puasa menjadi alasan mereka tidak masuk. Contohnya hari ini dua puluh dua dari jumlah siswa di kelas saya yang tidak masuk ada tiga siswa dengan alasan yang tidak jelas, sehingga saya memberikan alpa pada daftar kehadirannya.
Ternyata puasa menjadikan alasan mengapa sebagian anak enggan masuk sekolah, berikut beberapa faktor yang memengaruhinya.
Pertama, tidak sarapan
Selama puasa anak tidak sarapan. Hal itu menjadikan alasan anak tidak sekolah. Menurut penuturan Halma, siswa kelas empat, dia akan merasa lapar jika tidak sarapan, badannya lemes dan kantuk.
Sebenarnya puasa tidak boleh menjadi alasan anak-anak tidak masuk sekolah. Orangtua dan guru perlu memberikan arahan dan motivasi bahwa puasa memang berlatih sabar. Sabar menahan lapar dan dahaga.Â
Berapa banyak anak di luar sana yang merasakan kelaparan bukan karena puasa namun karena tidak ada makanan sekedar pengganjal perut.
Melatih syukur juga salah satu hikmah puasa, keberadaan anak-anak yang sehat dan kuat puasa harus disyukuri. Terlebih salah satu syarat puasa adalah jika mampu melakukannya. Kita yang sehat, tidak sakit berkewajiban puasa. Maka sepantasnya kita bersyukur dan menjalankan ibadah puasa sebagai kewajiban seorang muslim.
Kedua, tidak ada jatah uang saku
Alasan Halma, berbeda dengan alasan Sari, bocah kelas lima ini justru beralasan, "Gak seru kalau puasa, gak punya uang jajan."
Menjadi kebiasan Sari setiap hari ada uang saku Rp.5000,-. Namun, semenjak puasa ini uang saku tersebut ditiadakan karena alasan puasa. Toh penjual di sekolah juga tidak ada, itu alasan orang tua tidak memberinya uang saku pada Sari.
Kembali pada hakikat puasa adalah menahan, menahan makan, minum, dan yang membatalkan puasa. Menjadi alasan tidak sekolah karena tidak mendapat uang saku tidak dibenarkan. Bahkan bagi siswa yang telah dewasa cara berpikir, uang saku bukan hal yang penting.
Menurut Santi, salah satu siswa yang berprestasi ini telah berpikir dewasa. Menurutnya sekolah adalah pekerjaan utama bagi pelajar, baik itu ada finansialnya berupa uang saku atau tidak.
Untuk itu penting bagi guru dan orangtua memberikan pengertian tentang kewajiban belajar dalam keadaan apapun, termasuk pada saat Ramadhan tiba.Â
Hari efektif fakultatif sebaiknya dijadikan hari yang bermanfaat bagi sekolah. Tetap melaksanakan pembelajaran namun juga diselingi dengan kegiatan keagamaan, termasuk di dalamnya pondok Ramadhan atau pesantren kilat.
Ketiga, ada pembiaran dari orangtua terhadap anak
Orangtua sebagai motivator utama dalam keluarga mempunyai andil yang besar yang dapat memengaruhi aktif dan tidaknya anak sekolah. Terkadang karena rasa kasihan terhadap anak, justru orangtua tidak membangunkan anak.
Mirna contohnya, ketika ditanya mengapa tidak masuk sekolah, alasannya sudah siang tidak dibangunkan ibunya. Sehingga ketika jam sekolah tiba, Mirna masih tidur.
Besarnya kasih sayang orangtua ditunjukkan dengan tidak membangunkan anak waktu sekolah karena dalam keadaan puasa, namun begitu tetap saja tidak dibenarkan. Karena justru akan merugikan anak itu sendiri, merugi karena tidak sekolah dan merugi karena menjadi kebiasaan yang tidak baik.
Bapak dan Ibu mari bimbing anak-anak kita dengan memberikan tauladan yang baik, menanamkan kebiasaan yang relegius agar kelak tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter dan berahlakul karimah. Amin.
Salam sehat selalu, Semoga bermanfaat,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H