Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bagaimana Cara Mengajarkan Puasa untuk Anak Usia SD

21 April 2022   07:18 Diperbarui: 21 April 2022   07:21 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : bincangsyariah.com

Bulan Ramadhan adalah salah satu bulan yang wajibkan berpuasa untuk umat Islam. Namun, kewajiban itu ada sayarat-syaratnya, salah satunya adalah bagi mereka yang sudah baligh atau dewasa. Salah satu tanda baligh bagi laki-laki jika sudah mengalami mimpi basah, sedangkan untuk  perempuan sudah mengalami datang bulan atau menstruasi.

Untuk anak usia SD yang belum baligh memang tidak berkewajiban puasa, namun demikian mereka perlu dilatih dan diajari untuk melaksanakan rukun Islam keempat ini. Agama harus dikenalkan dan diajarkan sejak dini, hal ini diharapkan akan membentuk karakter anak jika kelak dewasa nanti.

Saya selalu memperhatikan bahkan sering bertanya kepada anak-anak di sekolah, apakah ikut puasa atau tidak. Rata-rata mereka sudah melaksanakan puasa. Bahkan mulai kelas satu sudah ikut puasa, walaupun puasanya masih puasa mbeduk.

Puasa mbeduk adalah istilah puasa yang dilatihkan untuk anak-anak yang belum baligh. puasa mbeduk tidak ada dalam ajaran Islam. Ini adalah salah satu cara bagaimana mengenalkan puasa bagi mereka yang masih anak-anak. Biasanya diajarkan  untuk anak-anak yang masih kelas 1, 2 dan 3.

Elhazima misalnya, anak kelas satu ini rajin mengikuti puasa bersama keluarganya, dia ikut sahur layaknya orang dewasa namun jika adzan dhuhur berkumandang segera dia berbuka puasa. Setelah itu dia berpuasa lagi sampai datangnya waktu maghrib.

Berbeda dengan Vega bocah kelas lima ini sebenarnya sudah baligh, dia sudah mengalami mimpi basah, juga tanda-tanda pubertas lainnya, seperti tumbuhnya jakun dan perubahan suara yang bertambah besar.

Namun ketika saya tanya Vega mengatakan kadang-kadang puasa kadang-kadang tidak. "Kalau waktunya pasaran saya tidak puasa Bu, karena di rumah banyak jajan" jawabnya jujur.

Saya hanya tersenyum mendengar jawaban Vega. Vega adalah tiga bersaudara yang hidup bersama dengan neneknya, Ibunya meninggalkannya sejak dia kelas dua, entah dimana keberadaannya vega juga tidak tahu. Kewajiban puasa tidak diketahui Vega secara pasti dia hanya ikut-ikutan saja bahwa jika datangnya Ramadhan diwajibkan untuk berpuasa.

Saya memahami bagaimana lingkungan Vega, neneknya punya usaha warung kecil di rumah. Setiap pasaran Kliwon dan Pahing pergi ke pasar untuk kulakan,  kemudian dijual lagi di rumah. Saat itulah neneknya membeli aneka jajanan pasar.  Maklum karena di rumah ada tiga cucunya yang masih kecil, Vega kelas 5, adiknya kelas 3 dan adiknya lagi masih TK. Rupanya Vega tidak kuat menahan godaan jajanan yang dibeli neneknya.

Pengertian Puasa Ramadhan

Puasa dari bahasa Arab Shiyam, menurut bahasa artinya menahan diri. Shiyam menurut istilah menahan diri dari makan dan minum, dan segala yang membatalkan sejak terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat karena Allah.

Adapun puasa Ramadhan dimulai sejak tanggal 1 Ramadhan sampai tanggal terakhir di bulan Ramadhan.

Berikut cara mengajarkan puasa Ramadhan pada anak usia SD.

ilustrasi gambar: compas.com
ilustrasi gambar: compas.com

Pertama, melatih puasa untuk menahan lapar dan haus.

Sebenarnya puasa tidak hanya sekedar menahan lapar dan haus, ada makna dan tujuan yang bermanfaat bagi setiap muslim. Misalnya untuk melatih kesabaran, menambah ketakwaan juga sarana menikmati syukur.

Namun, bagi anak kecil kita cukup mengajarkan mereka bahwa arti puasa adalah  menahan lapar dan haus sejak terbit matahari hingga terbenam matahari. Dengan berjalannya waktu kita akan memberikan pengertian dan tujuan puasa yang menjadi perintah Allah SWT.

Mengajarkan puasa memang tidak mudah, apalagi bagi anak yang masih duduk di kelas rendah, untuk itu tepat sekali membelajarkan puasa dengan istilah puasa mbeduk. Yaitu puasa yang diawali dengan sahur bersama, namun ketika adzan dhuhur tiba mereka boleh berbuka, setelah itu diteruskan lagi, tidak makan dan minum sampai adzab mahgrib berkumandang.

Jika anak masih tidak kuat maka jangan paksakan,  justru anak akan beranggapan bahwa puasa menyiksa anak untuk menahan lapar. Setiap anak akan berbeda daya tahan tubuh dan kekuatannya, kadang ada yang masih kelas dua namun, sudah kuat puasa sampai maghrib tiba. 

Kedua, kondisikan selalu nyaman saat sahur

Membangunkan anak ketika sahur memang sulit, waktu nyenyaknya tidur tiba-tiba harus bangun untuk makan sahur. Maka sebaiknya siapkan makanan favorit untuk anak, bangunkan pelan-pelan sambil memberikan motivasi yang membuat anak segera bangun.

Misalnya mengatakan, "Nak, ayo bangun, Ibu sudah siapkan ayam goreng kesukaanmu", atau apa yang menjadi lauk kesukaan si kecil. Hal ini akan menjadi anak segera bangun. Bimbing dia sampai bangun, antarkan ke kamar mandi, sambil memberikan kata-kata yang menyejukkan, agar si kecil tidak rewel.

Usahakan ananda bangun makanan sudah siap di santap, hindari membangunkan anak sementara kita masih menggoreng atau masakan belum siap. Jika anak menunggu dalam keadaan kantuk yang ada anak akan rewel.

Ketiga, menyiapkan makanan kesukaan ketika berbuka

Jika anak telah melewati puasa penuh sampai maghrib maka berbuka adalah saat yang dinantikan. Sebagai Ibu kita bisa memberikan dan menawarkan opsi makanan kesukaannya. "Nak, nanti kira-kira berbuka pakai apa ya", adalah pertanyaan yang membuat anak akan semangat menjalankan ibadah puasa.

Mereka tentu akan menjawab, pakai sop, lauk bergedel, atau pakai bakso dan lain-lain yang menjadi kesuakan buah hati. maka sebaiknya kita menyiapkan menu kesukaan si kecil, agar mereka semangat menjalankan puasa dengan senang hati.

Keempat, memberikan contoh yang baik

Jika ada salah satu dari anggota keluarga tidak berpuasa karena berhalangan, misalnya sedang datang bulan, maka usahakan jangan makan atau minum di depan anak. Hal ini akan menyurutkan niat mereka untuk berpuasa.  

Anak akan beranggapan, "Mengapa aku harus berpuasa sedang Ibu atau kakak saja tidak puasa". Maka sebaiknya walaupun sedang udzur sebaiknya tetap saja menjalankan aturan puasa, ikut sahur dan berbuka, jikalaupun harus makan maka sebaiknya jangan sampai diketahui oleh anak.

Saat mengajarkan anak puasa maka kita juga harus ikut puasa, anak akan meniru dan mencontoh orang-orang disekitarnya. Kebiasaan yang baik harus selalu ditanamkan sejak dini, dan harus dimulai dari diri sendiri.

Kelima, memberikan reward saat anak menyelesaikan puasa penuh  

Tidak ada salahnya kita memberikan penghargaan terhadap anak yang telah melaksanakan puasa sebulan penuh, hal ini untuk memberikan motivasi dan dorongan agar anak melaksanakan puasa dengan sepenuh hati.

Mula-mula anak akan melaksanakan puasa karena janji Mama akan membelikan mainan baru, sepatu baru atau baju baru. Namun seiring berjalannya waktu ketika mereka dewasa kelak akan mengetahui bagaimana puasa menjadi kewajiban bagi umat Islam. Melaksanakannya akan mendapat pahala dan meninggalkannya akan berdosa.

Bapak dan Ibu, sebagai seorang muslim mari bimbing anak-anak kita untuk melakukan kewajiban puasa di bulan Ramadhan, agar mendapatkan keberkahan di bulan yang penuh mangfiroh, dengan harapan semoga kelak dewasa mereka terbiasa menjalankannya.

Salam sehat selalu semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun