Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

"Ma, Aku Bernadzar Jika Lulus SBMPTN Aku Berpuasa 10 Hari"

21 Maret 2022   19:30 Diperbarui: 22 Maret 2022   21:23 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi. Anak pertama ketika mengikuti wisuda santri di Pondok Alhikam Jakarta

Menjadi orang tua tentu berharap mempunyai anak yang dapat mikul dhuwur mendem jero. Peribahasa Jawa ini sering menjadi nasehat orang tua terhadap anak. 

Adalah sebuah harapan orang tua terhadap anak jika kelak dewasa. Anak dapat mengangkat derajat orang tua dan dapat mengubur dalam-dalam aib atau kekurangan orang tua atau keluarga, kurang lebih begitu makna dari peribahasa itu.

Namun penerapannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Saat ini pendidikan anak menjadi prioritas orang tua yang berpengalaman, artinya semakin tinggi tingkat pengalaman otang tua maka semakin tinggi pula prioritas terhadap pendidikan anak.

Sebaliknya bagi orang tua yang kurang berpengalaman maka pendidikan bukanlah sebuah prioritas, seperti yang ada di sekitar tempat tinggal saya yang berada di kawasan pedesaan yang belum maju, cara pandang orang tua masih banyak yang kolot.

Misalnya beranggapan jika menyekolahkan anak ke tingkat yang lebih tinggi justru akan menghabiskan kekayaannya, sebaliknya jika tidak sekolah anak dapat membantu orang tua untuk bekerja baik di sawah maupun di pabrik, yang hasilnya dapat menambah kekayaan keluarga.

Saya berusaha menjadi orang tua yang berpengalaman, artinya pendidikan anak menjadi prioritas utamaku. Karena perjalanan hidup manusia akan ditentukan dengan ilmu. 

Jika ingin bahagia di dunia maka dengan ilmu dan jika ingin bahagia di ahirat juga dengan ilmu. itu artinya ilmu menjadi komponen utama yang dapat mengangkat derajat manusia baik di hadapan manusia maupun di hadapan Tuhannya.

Seperti yang terdapat dalam alquran surat Al-Mujadalah ayat 11 yang artinya : Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman diantara kamu dan orang- orang yang berilmu.

Saya menjadi ingat pengalaman di tahun 2014 ketika anak pertama masuk di Pergutuan Tinggi Negeri. Selain di arahkan guru BP anakku juga mencoba menentukan pilihannya. Mula-mula ikut jalur undangan atau SNMPTN, namun belum beruntung selanjutnya ikut jalur SBMPTN juga belum berhasil.

Suasana ujian SBMPTN | Ilustrasi Gambar dari edukasi.okezon.com
Suasana ujian SBMPTN | Ilustrasi Gambar dari edukasi.okezon.com

Setelah itu ikut SIMAK UI, UM UGM juga di UNEJ Jember ketiganya juga belum lolos, ahirnya pilihan terahir ikut seleksi Mandiri PTN di UNAIR Surabaya dan UNES Semarang. Sambil berlinang air mata karena beberapa kali melihat pengumuman selalu gagal, namun dia tetap berusaha.

Sebagai orang tua saya tetap memberikan yang terbaik untuk anak salah satunya selepas dari SMA saya ikutkan bimbingan les selama 2 bulan guna mempersiapkan menghadapi SBMPTN. setiap hari naik bis berjarak 30 KM menuju tempat bimbingan les.

Bisa dibayangkan ketika mengetahui tidak lulus, perasaan nelongso, putus asa bercampur sedih mendera perasaan. 

Hati ciut, minder dan lemah dia utarakan kepada saya, sambil terisak saya tetap memberikan support agar semangat dan berharap Tuhan akan memberikan yang terbaik. Karena anakku satu-satunya yang belum berhasil masuk di perguruan tinggi diantara teman-temannya.

Padahal mulai dari kelas satu sampai kelas 3 SMA dia selalu mendapat juara 1, bahkan dia mendapat julukan siswa faforit di antara teman-temannya. setiap even-even lombapun dia yang mewakili sekolah.

Saya hanya bisa mengucapkan: "Mbak mungkin Allah akan memberikan pilihan terbaiknya", gak usah berkecil hati ya", ucapku menenangkan hatinya walaupun saya sendiri ikut menangis.

Sampai-sampai guru kelas dan guru BPnya juga menghubungi saya lewat telepon agar membesarkan hati anakku.

Ahirnya dia berusaha lagi lewat jalur mandiri D3 di UNAIR dan S1 di UNES Semarang, tiba waktunya pengumuman Online dia tidak berani membuka, mungkin karena dia berkali-kali kecewa.

Waktu telah menunjukkan pukul 21.00WIB, "Mbak, coba sampean buka pengumuman, siapa tahu lulus" ucapku kepada anakku. "Ogah Ma, tahun ini saya gak kuliah gak papa" jawabnya putus asa.

Karena saya desak, akhirnya dengan nada malas dia membuka pengumuman baik di UNAIR maupun di UNES, dan Alhamdulillah ternyata dua-duanya lolos. 

Sorak kegembiraan menggelayut di dada. aku, anakku dan almarhum suami. Kami bertiga saling berangkulan, menangis berpelukan, namun tidak berlangsung lama, karena daftar ulang di UNES di tutup jam 23.00 WIB, sedang berkas-berkas belum siap semua.

Sedang di UNAIR terahir di tutup besuk pagi jam 11.00 WIB. Ahirnya jatuh pada pilihan kedua yaitu di D3 UNAIR dengan jurusan Analis Medis.

Saya merasakan betul bagaimana gundahnya orang tua ketika mengantarkan anak masuk ke perguruan tinggi, doa dan doa selalu terlantun disepanjang malam. 

Memohon atas rahmat Allah agar memberikan pilihan yang terbaik untuk ananda. Qodarulloh hanya pertolongan Allah segala upaya dan tirakat hambanya akan digantikan.

Setelah lulus D3, dia berharap bisa menempuh S1, setelah lulus dia mencoba daftar di UI Jakarta. "Ma, saya mau transfer di UI Jakarta, hanya coba-coba saja jika lulus Alhamdulillah jika tidak ya gak papa", bunyi WA yang dialamatkan padaku.

Tak banyak berharap karena pernah punya pengalaman buruk bagaimana suka duka masuk di perguruan tinggi kala itu.

Alhamdulillah ternyata diterima di UI mengambil jurusan S1 Epidemiologi, lulus tahun 2020 yang lalu dan Alhamdulillah saat ini telah masuk CPNS 2021.

Dokumen Pribadi. Anak pertama ketika mengikuti wisuda santri di Pondok Alhikam Jakarta
Dokumen Pribadi. Anak pertama ketika mengikuti wisuda santri di Pondok Alhikam Jakarta

Lain lagi cerita adiknya di tahun yang sama tahun 2017 yang lalu pengalaman serupa juga dialami adiknya. Setelah jalur rapot tidak lulus, dia berusaha masuk di jalur SBMPTN. 

Namun itu bukan menjadi harapan utamanya, dia berkaca dari kakaknya yang menurut dia "Kakak yang lebih pintar saja gak lulus apalagi saya Ma" ucapnya padaku.

Dan apa yang dihawatirkan pun terjadi dia tidak lulus SBMPTN, namun sebelumnya telah mengikuti UMPTKIN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri) dari Kementerian agama, dia lolos di UINSA Surabaya.

Ahirnya dia masuk di UIN Surabaya jurusan ilmu Falaq, walaupun sebenarnya dia tidak sepenuh hati mengikutinya, dia bilang "Gak papa Ma, dari pada saya tidak kuliah, nanti tahun berikutnya saya ikut SBMPTN lagi"ujarnya pada saya Ibunya.

Alhamdulillah, semester I dilakoninya, hingga semester II dia mendapat bea siswa, sehingga tidak bayar UKT. Bagiku "sing penting sing nglakoni"jika memang sreg ya mangga jika kurang berkenan ya mangga. Semua saya serahkan pada anak.

Setelah satu tahun menempuh kuliah di UIN Surabaya, tiba di penghujung tahun ajaran baru dia berkesempatan untuk mengikuti SBMPTN lagi. Dia mengambil jurusan ilmu gizi di UNAIR.

Dia hanya mengatakan lewat pesan singkatnya; "Ma saya ikut SBMPTN lagi doakan saja, jika lolos rezeki, kalaupun tidak toh saya sudah kuliah semester II".

Sebagai orang tua saya hanya bisa berdoa dan memohon kepada Allah supaya memberikan pilihan yang terbaik untuk ananda.

Qodarullah Allah mengijabahi, dari 6000 peserta seIndonesia, anakku masuk diantara 600 calom mahasiswa yang diterima. Ucapan syukur tak terhingga kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah mengkaruniakan nikmat ini.

"Ma, tapi saya kemarin punya nadzar jika lulus SBMPTN, saya akan berpuasa 10 hari".

He...he... bayar saja ndzarmu karena itu kewajiban, dengan tanpa mengeluh ahirnya dia berpuasa 10 hari.

Dari dua kisah pengalamanlku di atas saya bisa menggaris bawahi bahwa :

Pertama, Tuhan Maha menentukan pilihan.

Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sedang Tuhanlah yang menentukan. Hanya itu yang dapat saya ucapkan dari sekian kisah dari perjalanan hidup seseorang, tak terkecuali ketika akan menentukan di mana anak akan mendaftarkan diri di Perguruan Tinggi Negeri.

Entah berapa kali Universitas Negeri yang dituju dan berapa kali dia mengikuti tes, namun lagi-lagi gagal. Sebagai orang tua hanya bisa berdoa untuk kebaikan anak. Sedang hasil akhirnya kita serahkan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Seperti ilustrasi di atas, ternyata Tuhan memberikan ending yang indah untuk dipetik hikmah dari sebuah ihtiyar dan doa.

Kedua, Tak ada usaha yang sia-sia

Mungkin ada perasaan menggerutu dan kecewa dari sebuah kegagalan, karena merasa telah berusaha maksimal, misalnya mengikuti les berbayar, belajar dengan sungguh-sungguh dan sebagainya. Namun semua tidak membuahkan hasil sesuai yang diinginkan.

Tapi perlu dicatat bahwa keinginanan manusia banyak bersifat nafsu, adapun Allah lebih tahu yang nantinya bermanfaat untuk dirinya. Allah pasti akan mengganti usaha kita dengan kebaikan yang kita tidak tahu dibalik takdir dan keputusanNya.

Maka alangkah bijaksana jika kita menerimanya dengan penuh syukur dan tawadhu' bahwa semua usaha yang kita ihtiyarkan Allah akan mencatatnya sebagai kebaikan yang berpahala.

Ketiga, selalu bersyukur atas apa yang terjadi.

Dalam alquran surat Ibrahim ayat 7 dicantumkan yang artinya: Barang siap bersyukur niscaya akan kami tambah nikmatmu dan jika kufur sesungguhnya adzabku amatlah pedih.

Adalah kewajiban kita untuk bersyukur terhadap apapun yang menjadi bagian kita, sebagai hamba yang dhoif banyak nikmat yang telah kita terima, termasuk ketika kita dimampukan untuk bersekolah juga dimampukan untuk membiayai anak sekolah. 

Semua adalah nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita, agar kita menjadi orang-orang yang pandai bersyukur.

Bapak dan Ibu, sebagai orang tua, kita berkewajiban mengantarkan putra dan putri kita menuju cita-cita. Berusaha, berihtiyar dan berdoa semoga Tuhan memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita. Amiin.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun