Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menumbuhkan Sikap Percaya Diri pada Siswa Melalui Petugas Upacara

11 Maret 2022   08:46 Diperbarui: 12 Maret 2022   06:45 2472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengibaran bendera merah putih pada suasana upacara bendera.| Sumber: Sioda.com

Sejak adanya pandemi Covid-19 kegiatan upacara bendera di lembaga saya memang ditiadakan, salah satu alasannya menghindari kerumunan dan menjaga protokol kesehatan. Namun, setelah semester dua ini kami dengan rekan guru sepakat untuk mengadakan upacara karena pandemi berangsung-angsur sudah melandai bahkan sudah jarang terdengar ada pasien Covid-19 di lingkungan tempat tinggal saya.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.30 WIB. Saya sudah mempersiapkan peralatan upacara seperti bendera merah putih, teks pembukaan Undang-undang Dasar 45, teks janji siswa, teks doa, dan lain sebagainya.

Namun, ketika menunjuk anak untuk menjadi petugas upacara mereka saling lempar, alasan mereka sama, "Tidak Bu, saya tidak bisa" bendera pun diberikan kepada temannya lagi, jawaban yang sama, "Jangan Bu, saya gak bisa."

Akhirnya saya pun memaksa anak untuk menjadi petugas upacara, dengan tegas saya mengumumkan lewat pengeras suara "Anak-anak sekarang kita latihan upacara, jika ada petugas upacara yang salah jangan ditertawakan, jika ada yang tertawa maka dia harus menggantikannya."

Upacara pun dimulai, dari semua petugas upacara, semua mengalami kesalahan mulai dari pemimpin upacara, pembacaan teks UUD, regu koor, juga petugas pengibar bendera.

Walaupun demikian tak ada peserta upacara yang menertawakan, sehingga upacara hari ini berjalan dengan lancar, meskipun banyak kekurangan dan kesalahan selama upacara berlangsung.

Dalam sambutan sebagai pembina upacara saya menyampaikan: "Siswa kelas lima dan enam harus siap ditunjuk sebagai petugas upacara.Menjadi petugas upacara memang tidak mudah, harus latihan terlebih dahulu, tidak hanya sekali atau dua kali. Bahkan, kalian yang hari ini menjadi petugas upacara, Senin yang akan datang harus menjadi petugas lagi, saya berharap empat kali berturut-turut kalian menjadi petugas upacara dengan tugas yang sama."

"Mengapa demikian? Agar kalian tidak lupa bagaimana cara melangkahkan kali dengan aba-aba langkah tegap, bagaimana cara memberi laporan, juga bagaimana cara menarik tali bendera agar tepat sampai ke ujung tiang bersamaan dengan selesainya lagu Indonesia Raya."

Mereka dengan sungguh-sungguh berlatih pada jam-jam olah raga, sehingga tidak mengganggu jam pembelajaran. Alhamdulillah berkat ketelatenan dan jiwa ingin bisa, saat ini mereka telah lulus menjadi petugas upacara dengan baik.

Bahkan hari ini ketika kegiatan upacara berlangsung, kembali saya menanyakan "Apakah kalian masih punya perasaan ndredek atau gemetar saat menjadi petugas upacara seperti dulu?"

Mereka menjawab "Tidak", itu artinya mereka menjadi percaya diri menjalankan tugasnya. Dengan jawaban yang terlontar kembali saya memberikan tepuk tangan bersama seluruh peserta upacara kepada para petugas yang sudah menjalankan tugasnya dengan percaya diri.

Hal ini dikarenakan mereka giat berlatih dan berlatih, sehingga menjadi petugas upacara di depan teman-temannya bukan lagi beban, justru mereka menjadi bangga jika ditunjuk sebagai petugas upacara.

Bahkan saat ini ketika peralatan upacara dikeluarkan dari kantor mereka dengan senang hati menawarkan diri, 

"Bu, saya yang baca janji siswa."

"Bu, saya pengibar bendera."

"Bu saya menjadi pemimpin upacara."

Dan seterusnya. Rupanya mereka telah mempunyai kepercayaan diri selama mengikuti arahan dan latihan, hingga setiap hari senin dipraktikkan menjadi petugas upacara.

Pengibaran bendera merah putih pada suasana upacara bendera.| Sumber: Sioda.com
Pengibaran bendera merah putih pada suasana upacara bendera.| Sumber: Sioda.com

Dari pengalaman di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan diri pada siswa dapat dilatih dengan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, memberikan tanggung jawab pada siswa

Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa siswa yang diberi kepercayaan menjadi petugas upacara lambat laun akan tumbuh kepercayaan dirinya, asal selalu dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Salah satunya mengikuti latihan-latihan di sekolah.

Dengan penuh tanggung jawab mereka berlatih dan mengasah kemampuannya untuk menyelesaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Dengan memberikan tanggung jawab maka siswa akan rajin berlatih.

Kedua, memberikan arahan dan latihan

Tidak ada kata sukses tanpa adanya usaha. Apapun kesuksesan yang diraih oleh seseorang pasti melalui ikhtiyar dan usaha. Termasuk di dalamnya seorang anak bisa mendapatkan prestasi baik akademik maupun non akademik, pasti melalui bimbingan dan latihan-latihan.

Demikian juga ketika menjadi petugas upacara, sebaiknya dia melakukan beberapa kali latihan. Dari latihan itu akan mampu melakukan tugasnya dengan baik. dari situlah kepercayaan dirinya akan muncul seiring dengan suksesnya menjalankan tugas.

Ketiga, memberikan apresiasi dan motivasi

Jika siswa telah melakukan dengan baik, sebagai guru diharapkan jangan pelit-pelit memberikan apresiasi kepada siswa yang berprestasi, tidak harus berupa barang atau benda, cukup dengan kata-kata "Sukses buat kalian, hari ini kamu hebat, luar biasa" adalah kata-kata yang layak diberikan kepada siswa yang telah melakukan tugasnya dengan baik.

Hal ini akan menumbuhkan kepercaan dirinya bertambah, bahkan dia akan termotivasi untuk melakukan hal-hal kebaikan yang bisa dia lakukan sepanjang itu baik untuk dirinya dan lingkungannya.

Keempat, jangan pernah menyalahkan atau menghakimi

Tak ada kata sempurna yang bisa dilakukan oleh kita ataupun siswa. Karena kesempurnaan milik pencipta semesta. Maka dari itu apapun yang dilakukan oleh murid terlebih ketika menjalankan tugasnya, jangan sampai terlontar kata menyalahkan.

Jikapun itu keliru, sebaiknya jangan sampai mengatakan kepada anak "Wah, kamu salah", sebaiknya ganti dengan kalimat yang lebih halus "Sebaiknya kamu melakukan seperti ini".

Buat kita sebagai model dan memberikan petunjuk, sehingga jika anak keliru kita bisa memperbaikinya sekaligus memberikan contoh yang benar. Kata 'salah' akan kedengaran menyakitkan di telinga dan menjadikan anak rendah diri bahkan akan mempengaruhi perkembangan psikologis anak. 

Bapak dan Ibu mari dampingi anak-anak kita dengan memberikan bimbingan dan latihan-latihan, agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang kompeten dan berprestasi untuk dirinya dan masa depannya.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun