Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Budaya Literasi dan Kemampuan Menulis Karya Sastra Dapat Meningkatkan Prestasi Siswa

22 Februari 2022   09:12 Diperbarui: 25 Februari 2022   11:32 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang relawan dari Komunitas Tanah Ombak sedang mengajar membaca kepada anak-anak di kawasan Sebrang Pabayan, tepi Sungai Batang Arau, Padang, Sumatera Barat, Minggu (16/7/2017)(KOMPAS.com / RAMDHAN TRIYADI BEMPAH)

Judul di atas sebuah gambaran sekaligus harapan terhadap siswa tentang bagaimana cara meningkatkan prestasi. 

Selain belajar dengan sungguh-sungguh, ada hal yang perlu ditingkatkan untuk menjadi budaya atau kebiasaan, salah satunya adalah literasi.

Literasi di lingkungan sekolah identik dengan membaca dan menulis. Diharapkan literasi menjadi satu budaya atau kebiasan yang dilakukan pada suatu lembaga tertentu. Banyak manfaat dari literasi, salah satunya menambah ilmu pengetahuan.

Literasi sendiri mempunyai arti kemampuan dan keterampilan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, juga memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari.

Seseorang akan mempunyai nilai lebih jika dia mempunyai kebiasaan membaca dan menulis, karena dari keduanya akan menumbuhkan ketrampilan untuk memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam rangka menanamkan budaya literasi, sekolah tempat saya mengajar mempunyai program membaca sebelum pelajaran dimulai, dengan alokasi waktu 15 menit. Masing-masing anak dibagikan kartu literasi yang berisi, tanggal, isi tulisan yang dibaca, tokoh dan tanda tangan guru.

Kartu ini sebagai laporan tertulis dari masing-masing siswa yang ditanda tangani oleh guru kelas masing-masing. Juga mengukur kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan, karena ada kolom isi atau tema dari kemampuan anak dalam memahami bacaan.

Hal ini dimaksudkan untuk membiasakan membaca setiap hari agar budaya literasi tumbuh pada siswa baik di rumah maupun di lingkungan sekolah.

Pagi ini seperti biasa, saya masuk kelas 5. Anak-anak sudah melakukan aktivitas membaca, tiba giliran menulis di kartu literasi ada salah satu anak yang bertanya, "Bu, kolom isi atau tema terlalu kecil untuk saya tulis isi bacaan, bagaimana jika saya bercerita apa yang telah saya baca?"

"Bagus, seandainya tulisanmu tidak muat pada kolom, maka sebaiknya kamu bercerita di depan kelas, ibu lebih senang mendengarnya," jawabku memberikan motivasi pada yang lain.

Akhirnya Mirna maju di depan kelas untuk bercerita apa yang telah dibacanya. Walaupun dengan bahasa yang terbata-bata, namun Mirna sudah berani maju di depan kelas. Sesekali dia berhenti untuk menyusun kalimat agar ceritanya bisa dipahami oleh teman-temannya.

Setelah selesai bercerita, saya mengapresiasi Mirna dengan mengajak anak-anak bertepuk tangan dan mengatakan, "Luar biasa, Mirna telah berani maju bercerita di depan kelas."

Selanjutnya saya menawarkan, "Anak-anak apakah di antara kalian ada yang ingin bercerita seperti Mirna?" Tanyaku pada anak-anak.

"Lindra Bu, Lindra," jawab anak-anak serempak. 

Saya tahu Lindra anaknya pendiam, laki-laki itu hanya diam dan tidak menjawab.

Saya tahu teman-temanya sering macok-macokne antara Mirna dan Lindra. 

Kebetulan keduanya adalah bintang kelas. Semester 1 ini Mirna juara satu, sementara Lindra Juara dua.

Sejak kelas satu, dua anak ini saling bersaing. Suatu saat Mirna juara dua dan Lindra juara satu atau sebaliknya. 

Akhirnya teman-temannya banyak yang nggojloki, kalau dua-duanya saling berjodoh, itu celoteh mereka. Entahlah, hal-hal semacam ini selalu ada cerita di setiap momen.

Lindra yang dipaksa temannya untuk maju dengan malu dia mengatakan, "Maaf Bu, saya lebih suka menuliskannya di buku daripada bercerita di depan kelas!"

"Ya, gak papa, bagus jika kamu lebih memilih menulis ceritamu di buku dari pada bercerita di depan kelas."

Hal itu kemudian diikuti oleh anak-anak yang lain, akhirnya saya menyampaikan, "Anak-anak kamu bisa menulis ceritamu di buku, atau bisa langsung bercerita di depan kelas, sesuaikan dengan kemampuanmu."

Ada waktu 10 menit bagi Lindra untuk menuliskan ceritanya, setelah itu saya baca di depan kelas. 

Untuk anak usia kelas 5, susunan bahasanya lumayan bagus, walaupun masih banyak menggunakan kata-kata monoton dan selalu diulang-ulang. Saya tetap mengapresiasi dengan mengajak anak-anak tepuk tangan.

"Wah bagus sekali, Lindra punya bakat untuk menulis cerita pendek," kataku mengapresiasi sekaligus memberikan motivasi pada siswa lain.

Dari ilustrasi di atas saya meyakini bahwa budaya literasi dan kemampuan menulis dapat meningkatkan prestasi siswa di kelas.

Pengertian Literasi dan Karya Satra

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Namun, makna literasi sebenarnya memiliki pemahaman yang lebih kompleks dan dinamis, tidak hanya dipahami sebagai kemampuan baca dan menulis.

Dilansir dari Liputan6.com, menuliskan literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Literasi dalam pembelajaran SD adalah ketrampilan siswa dalam membaca dan memahami tulisan sehingga mampu mengungkapkan secara lisan atau dan menuliskannya menjadi karya sastra yang dapat dipahami menjadi sebuah makna.

Sedangkan menurut laman pusatilmupengetahuan.com, kata sastra diambil dari bahasa sanskerta yaitu kata shastra yang memiliki makna instruksi atau pedoman. Kata "sas" yang berarti instruksi atau ajaran dalam Bahasa Indonesia dipakai untuk membidik pada kesusastraan.

Pengertian karya sastra secara umum yaitu sebuah karangan berupa tulisan yang sarat makna serta memiliki keelokan.

Dari pengertian di atas, Mirna juga Lindra keduanya sudah mampu menunjukkan bahwa hasil dari budaya membaca yang dilakukan baik di sekolah maupun di rumah menjadi prestasi yang membanggakan.

Mirna sudah mampu mengimplementasikan apa yang telah dibaca menjadi sebuah cerita lisan di depan kelas, sedang Lindra mampu menuliskan cerita pendek dengan bahasanya sendiri.

Guru sedang mendampingai siswa dalam pembelajaran | Ilustrasi gambar silabus.org
Guru sedang mendampingai siswa dalam pembelajaran | Ilustrasi gambar silabus.org

Manfaat Budaya Literasi 

Dari ilustrasi di atas, saya bisa menyampaikan bahwa manfaat budaya literasi di sekolah sebagai berikut :

Pertama, menambah pengetahuan

 Membaca dapat menambah wawasan, menambah ilmu pengetahuan dan menambah cakrawala pikir. 

Membca juga dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi. Membaca membutuhkan satu kesatuan pikir dan daya nalar untuk menangkap makna. Jika ini dilatih setiap hari, dengan sendirinya akan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Rasulullah SAW pertama kali menerima wahyu juga diperintahkan untuk membaca. Membaca atas nama Tuhan yang menciptakanmu. Allah memerintah membaca, karena dengan membaca akan menambah keimanan dan kecintaan pada penciptanya.

Dengan membaca seseorang akan tahu kekuasaan Allah bahwa alam raya ini diciptakan dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Perintah membaca dan menulis dalam surat Al 'Alaq mempunyai maksud agar umat Islam khususnya, dan umat manusia pada umumnya memiliki pengetahuan atau melek huruf dan melek informasi. 

Dengan memiliki pengetahuan dan melek informasi manusia mampu menggenggam dunia. Ada sebuah pepatah "Bacalah! Maka dunia ada di tanganmu."

Kedua, melatih berpikir sistematis 

Ada banyak perbedaan yang menonjol bagi siswa yang suka membaca dengan mereka yang malas membaca. 

Bagi siswa yang suka membaca maka kemampuan berbahasanya nampak lebih baik dari siswa yang tidak suka membaca.

Dalam beberapa kesempatan saya mengelompokkan siswa yang suka membaca, dengan memberikan tugas misalnya pengamatan. 

Maka cara memberikan laporan akan lebih sistematis dibanding dengan siswa yang malas membaca.

Ketiga, dapat menulis karya sastra

Membaca adalah inti dari ilmu pengetahuan. Dengan membaca seseorang akan mendapatkan informasi dan menangkap makna. 

Dengan membaca dapat melatih dan mengolah ketatabahasaan menjadi lebih baik dan runtut.

Membaca dan menulis adalah satu kesatuan yang saling mendukung. Seperti yang terjadi pada Lindra, dia anak pemalu namun dia pintar menangkap makna dari tulisan. Sehingga dia mampu menuliskannya kembali apa yang dibacanya.

Baginya membaca adalah menambah pengetahuan baru yang dapat dituangkan menjadi karya sastra. Hal ini menunjukkan bahwa dengan budaya literasi dapat menumbuhkan kemampuan menulis.

Keempat, menambah kepercayaan diri pada siswa

Kebiasaan membaca yang diterapkan di sekolah mampu memberikan kepercayaan diri pada siswa. Hal ini terjadi karena dengan memahami tulisan akan mampu menguasai apa yang dibacanya. 

Seperti juga Mirna, kepercayaan dirinya tumbuh seiring dengan kebiasaan membacanya di kelas. Apa yang dibacanya mampu menumbuhkan motivasi dan keberaniannya mengungkapkan bahasa lisan di kelas.

Baginya bercerita di kelas sama halnya dengan mengulangi bacaan yang ia baca. Walaupun bahasanya belum tersusun dengan baik, namun keberaniannya untuk maju di depan kelas patut di berikan apresiasi.

Bapak dan ibu, mari membudayakan literasi untuk anak-anak, karenanya dapat menumbuhkan kemampuan menulis, dengan demikian prestasi siswa akan meningkat.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun