Wajahnya lumayan, ganteng, manis dan tegap. Tapi aku kok gak suka ya...
to the point, tak ada basa-basi, mungkin ini jawabannya.
Tak ada 30 menit mereka bertamu ngobrol layaknya bukan orang yang sedang naksir. Â Bahkan terkesan obrolan yang menunggu jawaban, tanpa mempertimbangkan lawan bicaranya. Aini bingung memberi jawaban apa dengan pemuda yang ada di hadapannya ini. ya,... Tuhan kok bisa ya,,,Â
Ahirnya Aini mengatakan hal yang dia sendiri tidak tau apakah jawabannya masuk akal atau hanya sebuah lelucon orang yang sedang bingung.
"Aku ibarat masih pentil mangga, yang belum menjadi gadis dewasa".
 Setelah mendengar jawaban Aini yang tidak serius menanggapi, kelihatannya pemuda itu  kecewa, tampak ketika dia minta pamit, langsung berdiri tanpa basa-basi. Segera keluar rumah menuju motor Yamaha, yang di parkir di depan rumah Simbah.
Aini mengabaikan apa yang terjadi, bahkan Bapak dan Simboknya juga tak acuh, tidak menanyakan siapa tamu yang datang. Kalau boleh jujur, jika pemuda tadi menyampaikan sekedar berkenalan dulu, agar saling tahu satu dengan yang lain, mungkin Aini akan lebih tersanjung, dan terkesan simpati padanya. Tapi ya sudahlah, mungkin karakter orangnya demikian, to the point dan tak mau bertele-tele.
Bag. 1 Â buku "Merajut Asa Peneman Rindu"
Salam Sehat selalu, untukmu Kompassiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H