Saling menghormati adalah sebuah nasehat yang tak henti-hentinya diucapkan oleh banyak orang, baik itu ustad, kiai, guru, pakar politik, orang tua, tokoh masyarakat bahkan presiden sekalipun.
Kalimat sederhana yang selalu diulang-ulang oleh orang tua terhadap siapa saja yang pantas diberi nasehat. Mungkin kalimat itu pula yang menjadikan bangsa Indonesia terkenal dengan peradabannya yang sopan.
Saling menghormati terkait erat dengan saling menghargai. Toleransi yang tinggi menjadikan kemajemukan bangsa ini terawat, hidup rukun dan damai walaupun berbeda suku, agama, ras dan kasta.
Toleransi dapat menumbuhkan sikap saling menghormati dan saling menghargai. Dua sikap yang tanpa kita sadari telah tertanam dalam khazanah masyarakat Indonesia.Â
Setiap hari kita berinteraksi dengan teman, tetangga, juga rekan kerja mengharuskan untuk mengedepankan dua sikap tersebut.
Sebagai manusia kita tak lepas dari kekurangan. Ada kalanya berbeda pendapat terhadap masalah yang ada di lingkungan kita. Dua sikap itulah yang kemudian kita semaikan dalam memelihara muamalah sehingga hubungan dengan orang-orang di sekitar tetap rukun dan harmonis.
Kita harus dapat menanamkan kedua sikap itu terhadap anak didik kita, seperti yang baru saja saya alami.Â
Kemarin pagi pihak Dinas Pendidikan menginstruksikan semua siswa untuk mengumpulkan fotokopi kartu Kepala Keluarga atau yang biasa dikenal dengan sebutan KK.
Bermula dari terungkapnya hasil survey penduduk di Kabupaten Tuban masih banyak yang berpendidikan rendah.Â
Setelah melakukan survey di lapangan, ditemukan bahwa identitas pendidikan di KK belum berubah, sebagian besar masih tertulis belum tamat SD atau masih sekolah SLTP atau sederajat, padahal sudah ada yang menamatkan SLTA ataupun sudah menjadi mahasisiwa.