Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ziarah Kubur Mengingatkan pada Kematian, Berikut Manfatnya

7 Januari 2022   13:10 Diperbarui: 7 Januari 2022   13:34 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Saat berziatrah di makam al marhum suami

Tepat satu tahun  yang lalu mendiang suami meninggal. Tepatnya tanggal 20 januari 2021. Hari yang tidak akan terlupakan hatta yaumil qiyamah. Kejadian yang mendadak akibat kecelakaan itu menggugurkan statusku  dari kawin menjadi cerai mati.

Mengurus KTP, mengganti KK juga yang berkaiatan dengan status sangat melelahkan, disamping lelah secara fisik juga lelah secara psykis. Ada perasaan yang tercerabut dari hati yang paling dalam terutama ketika melihat KTP dan KK yang sudah jadi.

Contohnya di KTP dari kawin menjadi cerai mati, sedangkan di KK dari anggota menjadi kepala keluarga. Sempat meneteskan air mata ketika saya melihat pertama kali. Kenyataan yang harus saya  terima dengan berat sekaligus dengan jembaring ati.

Menjadi kebiasaan saya dan juga anak-anak setiap jumat sore menyempatkan diri untuk berziarah kubur ke makam almarhum. Entahlah, perasaan yang lebih tenang dan merasa bersanding membuat nyaman ketika kami mengunjunginya.

Sebenarnya setiap saat tak lupa mengirimkan fatihah kepada almarhum. Namun, saya juga anak-anak menjadi lebih tenang kalau berkunjung ke makam , rasane koyo semanding, merasa kalau Abah masih bersama kita.

Menurut pendapat beberapa madzahab ziarah kubur memang ada perbedaan, ada yang mengharamkan, ada yang membolehkan, namun juga ada yang menghukumi makruh.

Seperti yang saya kutip di laman Republika.co.id tanggal 7 Januari 2022  menyatakan bahwa mazhab Hanbali yang dipakai Arab Saudi berdalil dengan hadis Rasulullah SAW dari Ibnu Abbas RA, "Rasulullah melaknat para wanita yang menziarahi kubur dan menjadikannya masjid dan memberikan penerangan di atasnya." (HR.Abu Daud).

Ulama lainnya dari mazhab yang sama membuat beberapa pengecualian dari keumuman hadis ini. Ziarah kubur bagi wanita diharamkan apabila menimbulkan fitnah. Mereka berdalil dengan hadis Abdullah bin Murrah dari masruq dari Abdullah dari Nabi SAW bersabda : "Bukan dari kami orang yang menampar pipi, menyobek baju, dan mencaci dirinya dengan cacian jahiliyah."( HR Bukhari)

Hadis ini mengindikasikan perangai perempuan di masa itu yang suka meratap dan mengeluarkan kata-kata yang tidak baik, menjambak rambutnya dan menyobek-nyobek bajunya karena luapan emosi yang tak terkendali.

Apalagi ketika menyaksikan keluarganya dimasukkan ke liang lahat. Dihawatirkan akan mempengaruhi kejiwaan dan kesehatan psikologinya. Namun jika hal-hal tersebut diatas tidak dilakukannya maka sebagian ulama membolehkannya.

Ulama lainnya menghukumi makruh bagi wanita berziarah kubur adalah Ahmad dan mazhab Syafi'yah. Mereka mengambil jalan tengah dari dua hadis yang mengharamkan dan membolehkan. Hadis yang melaknat ziarah kubur adalah sahih, sedangkan hadis dari Aisyah RA tentang membolehkan wanita berziarah kubur juga sahih. Jadi, jalan tengahnya adalah makruh.

Selain mengharamkan, menghukumi makruh ada juga ulama yang membolehkannya. Pendapat ini seperti dinukilkan ibnu Budairah yang berpendapat bahwa pelarangan tersebut pada awal-awal keislaman. Tujuannya untuk menjaga aqidah yang benar.

Dari keterangan di atas saya bisa menyimpulkan bahwa wanita boleh berziarah kubur asal tidak menimbulkan fitnah dan madharat terhadap dirinya. Berikut beberapa manfaat dari ziarah kubur :

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Pertama, niatkan berziarah untuk mendoakan.

Seperti apa yang saya lakukan setiap jumat sore, saya dan anak-anak berziarah ke makam almarhum suami. Sengaja bawa tikar agar kami bisa duduk didekat pusara dengan nyaman. Baca yasiin terlebih dahulu kemudian tahlil bersama, bertujuan mendoakan ahli kubur yang telah mendahului kita.

Anak-anak cukup dewasa dan tegar menerima kenyataan ini. Kami termasuk orang yang meyakini bahwa doa dan ayat-ayat quran yang kita baca, pahalanya akan sampai kepada orang yang telah berpulang menghadap sang khalik.

Kedua, Berziarah kubur mengingatkan kita pada kematian.

Menjadi qodlo'dan ketetapan Allah bahwa semua manusia akan menemui ajal. Ketika ajal telah tiba tidak ada yang bisa menolaknya, pun tidak bisa menangguhkannya.

Seperti yang tertulis dalam alquran, surat An Nahl ayat 61 yang artinya : "Maka apabila ajal tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun"

Dengan berziarah kubur, kita akan selalu ingat akan datangnya kematian yang tak pernah meminta izin pada penunggu raga.

Masih ingat kejadian itu ketika suami berangkat ke kantor dalam keadaan sehat dan  bugar, bahkan saat sarapan saya sendiri yang menyiapkan. Saya tidak pernah menyangka jika sarapan pagi itu adalah sarapan terahir yang kusuguhkan.

"Abah, jenengan sarapan pakai soto atau sambel terong?" adalah kata-kata terahir pada suami tercinta.

Berangkat ke kantorpun sempat saya iringi dengan membawakan tas,  namun 15 menit setelah keberangkatannya mendengar kabar ada kecelakaan.

Saya membawanya ke rumah sakit, di dalam ambulanpun masih berbicara dan meminta minum. Sempat juga saya melepaskan jaket kesukaannya, namun dua jam setelah dirawat, suami dinyatakan telah meninggal, bahkan saya menunggui di ranjang pasien kapan nyawa dilepas dari raga saya tak pernah tahu.

Allohummaghfir lahu warhamhu, waafihi wa'fu 'anhu.

Ketiga, berziarah kubur untuk muhasabah diri.

Salah satu bentuk instrospeksi diri adalah dengan berziarah kubur.  Gambaran nyata yang harus kita renungkan bahwa apapun yang kita lakoni selama hidup dengan polah tingkah kita muaranya adalah menunggu kematian.

Maka apa yang harus kita siapkan menghadapi kematian itu, sangu apa yang sebaiknya kita bawa adalah analogi yang tepat untuk menggambarkan datangnya kematian yang tiba-tiba, tanpa dinyana.

Pun yang saya terapkan pada anak-anak, saya selalu berpesan ketika di makam, bahwa semua apa yang kita ihtiyarkan hari ini dan selanjutnya harus ada bathi atau laba. Nah, laba itulah yang nanti akan menjadi sangu kita di alam kubur hingga yaumul qiyamah.

Apakah laba yang saya maksud? Adalah amal kebajikan.

Bapak dan Ibu, mari bermuhasabah, berintrospeksi diri dan menebar kemanfaatan, agar menjadi pundi-pundi amal yang bisa menemani kita kelak di barzah.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun