Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Membawa Anak ke Kantor, Apa yang Perlu Dipersiapkan?

24 Desember 2021   16:39 Diperbarui: 25 Desember 2021   16:18 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak emansipasi wanita bergulir, diharapkan tak ada lagi diskriminasi terhadap wanita tentang pekerjaan dan tugas hariannya. 

Memang secara kodrat wanita lebih mendominasi pekerjaan rumah, namun saat ini zaman sudah serba canggih, serba modern, wanita tidak lagi hanya tinggal di rumah mengurus anak dan menyiapkan segala keperluan keluarga.

Kedudukan wanita saat ini sudah sama dalam hal pekerjaan, dahulu di SPBU hanya kaum adam yang mendominasi, tapi saat ini sudah menjadi pemandangan biasa wanita bekerja di SPBU, bahkan sopir juga sudah banyak dikendalikan wanita.

Menjadi wanita karir yang bekerja di luar rumah memang tidak mudah, mereka harus bisa membagi waktu, menerima konsekuensinya terhadap pekerjaan dan juga tanggung jawabnya sebagai manager rumah tangga, belum lagi masalah anak yang menjadi tanggung jawab utama dalam hal pengasuhannya.

Selain bertanggung jawab di kantor, wanita pekerja juga bertanggung jawab dalam rumah tangganya, dari dapur hingga sumur bahkan juga di tempat tidur. 

Menjadi wanita pekerja adalah pilihan, tak bisa dipungkiri semua bermuara untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga.

Sering saya melihat ibu-ibu bekerja sambil menggendong anak, artinya mereka bekerja sambil momong, semua dilakukan karena besarnya tanggung jawab sebagai ibu yang tidak tergantikan kasih sayangnya oleh siapapun, juga karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan dirinya untuk meniti karirnya.

Seperti yang pernah saya alami, dua tahun yang lalu ketika si bungsu berumur 4 tahun. Saya selalu mengajak anak saya ke sekolah, sebelumnya ada Mbok Nah sebagai asisten rumah tangga, yang menemani di rumah, namun setelah Mbok Nah udzur karena sudah tua, maka saya harus membawa anak ke sekolah.

Saya harus pandai-pandai membagi waktu, antara mengajar sekaligus momong, untungnya saya mengajar di sekolah dasar, sehingga dengan mudah saya melakukannya. Berikut beberapa hal yang saya persiapkan saat bekerja sambil momong anak:

Pertama, siapkan keperluan anak selama di kantor

Agar anak nyaman di sekolah, ada banyak hal yang harus saya siapkan setiap pagi. Saya membawa dua tas ransel, satu tempat mainan anak dan buku-buku bergambar, yang kedua ialah aneka cemilan dan minuman kesukaan si kecil dan juga gendongan.

Pengalaman saya setiap pulang sekolah bisa dipastikan anak akan tidur di perjalanan, maka saya siapkan jarik gendongan yang bisa membantu saya selama di perjalanan.

Ketika pembelajaran berlangsung saya ajak si kecil masuk kelas, saya siapkan satu meja di dekat meja guru.

Sebelum saya menyampaikan pelajaran, terlebih dulu saya siapkan buku mewarnai berikut pensil warna atau crayon.

Dengan senang hati dia mewarnai gambar, sesekali merengek minta minum maupun anak, dengan mudah saya memberikannya karena telah saya siapkan. 

Bagaimanapun juga anak akan merasa nyaman dekat dengan ibunya, karena merasa ibu dapat melindunginya.

Suasana pembelajaran di kelas dapat saya kondisikan, anak bukan menjadi penghalang justru dengan semangat saya bisa melakukan dua pekerjaan sekaligus. 

Kedua, carikan patner bermain

Dunia anak memang dunia bermain, mereka akan menghabiskan waktunya dengan bermain, untuk itu karena posisi di tempat kerja, maka sebaiknya seorang ibu mencarikan teman bermain.

Seperti yang saya lakukan, ketika istirahat berlangsung, saya akan mencarikan teman beberapa murid yang usianya tidak jauh berbeda. 

Misalnya kelas satu atau kelas dua SD, saya siapkan tas ransel yang berisi aneka mainan kesukaannya, maka dengan enjoy dia akan bermain dengan teman barunya.

Sedang saya bisa melakukan aktivitas lain, menyelesaikan administrasi atau hal-hal lain yang menjadi tanggung jawab saya  di kantor.

Ketiga, awasi selama bermain

Karakter anak akan terbentuk dari lingkungannya, maka selama bergaul dengan teman barunya, sebaiknya seorang ibu dengan bijak memberikan kebebasan untuk mengekspresikan perilakunya, namun tetap dalam pengawasan kita.

Saat sibuk, kita bisa meminta bantuan kepada kakak kelas contohnya kelas 6, mereka bisa mengawasinya selama kita sibuk di kantor.

Yang harus menjadi perhatian orang tua adalah selama bermain ada kalanya anak akan berkata kasar terhadap lawan bicaranya, sedang si anak tidak tahu maksudnya, apakah pantas untuk diucapkan atau tidak. Maka kewajiban kita untuk menyampaikan bahwa kalimat ini boleh diucapkan dan yang ini tidak boleh ditirukan.

Keempat, hindari menggunakan HP berlebihan

Sebagai orang tua, terkadang tidak tega melihat anak rewel dan merajuk, misalnya minta sesuatu yang kita sendiri kurang setuju memberikannya.

Misalnya minta es, karena khawatir anak akan sakit batuk, sehingga senjata yang paling ampuh adalah meminjamkan  ponsel kepada si kecil.

Namun demikian hindari terlalu sering meminjamkan ponsel untuk si kecil. Karena selain tidak baik untuk kesehatan mata, juga akan mempengaruhi perkembangan intelektual anak.

Anak sering tidak fokus, dan tidak peduli jika kita ajak berbicara, dia lebih memerhatikan gambar-gambar yang ada di video dari pada menanggapi apa yang kita sampaikan.

Kelima, menyiapkan mainan baru

Menyiapkan mainan baru yang lebih diminati anak adalah cara agar si kecil tidak terlalu sering bermain dengan ponselnya.

Adakalanya si kecil bosan dengan permainan yang itu-itu saja. Menyiapkan permainan untuk si kecil tidak harus mahal, yang penting mereka dapat menarik perhatian mereka.

Kadang kita bisa siapkan cat air dan pelepah pisang, dengan bantuan temannya yang lebih besar, dia akan mengekspresikan bagaimana dia akan memainkan pelepah pisang yang terlebih dahulu dicelupkan di cat air, yang kemudian di cetak di atas kertas. Hal-hal yang menurut kita sepele namun sangat berarti bagi anak.

Keenam, mencari alternatif kegiatan supaya tidak bosan

Saat ini anak saya sudah kelas satu SD, seperti biasa saya tetap membawanya ke sekolah, namun karena kelas satu pulang lebih pagi, sayapun mengantarkannya pulang. 

Lagi-lagi yang menjadi problem tidak ada teman ketika di rumah, tidak mungkin juga saya meninggalkan di rumah sendiri bocah yang baru kelas satu.

Siapapun tentu tidak tega, usia yang belum genap tujuh tahun anak belum bisa melindungi dirinya sendiri, bahkan untuk makan dan minum pun kita masih sering melayaninya.

Salah satu cara yang saya lakukan adalah mencari tempat les untuk buah hati, sambil belajar juga bisa bermain dengan teman-teman les seusianya.

Di kampung sekarang sudah banyak tempat-tempat yang menyediakan les bagi anak-anak yang belum lancar dalam calistung, mereka belajar sambil bermain.

Saya merasa lebih aman dan nyaman meninggalkan si kecil tinggal di les di samping guru les juga guru TK, guru les juga dapat mengawasi si kecil selama saya tinggal di sekolah. 

Hal ini saya lakukan agar bisa berkonsentrasi di sekolah, di samping dia mendapat pengetahuan yang lebih dalam calistung. Alhamdulillah, setelah jam sekolah usai, saya bisa menjemputnya.

Bapak dan ibu, mari dampingi putra putri kita dengan kasih sayang yang tulus, sesibuk apapun seorang ibu, pasti akan memprioritaskan anak sebagai tujuan kita bekerja di luar rumah.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun