Pada tulisan sebelumnya saya pernah menyampaikan tentang bagaimana kiat-kiat menjadi guru pembimbing khusus, salah satunya harus mempunyai tiket kesabaran tingkat tinggi.
Memang tidak mudah membimbing peserta didik berkebutuhan khusus, namun demikian jika kesabaran telah melekat dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, guru harus mengedepankan ketulusan dan keihlasan untuk melayani.
Terlahir menjadi anak berkebutuhan khusus bukanlah kehendak mereka, hal ini menunjukkan bahwa Tuhan berkuasa mencipta dan memberikan predikat apapun kepada mahluknya. Semua ada hikmahnya. Guru menjadi orang tua di sekolah diharapkan dapat melayani mereka dengan kesungguhan hati.
Di akhir kegiatan bimtek GPK yang diselenggarakan pada tanggal 16-19 November 2021 di hotel Pargon Solo kemarin, ada post tes yang harus diselesaikan, setiap peserta bimtek mengerjakan soal secara online yang tidak sama antara satu peserta dengan yang lain. Kebetulan saya menyelesaikan satu butir soal cerita yang kurang lebih berbunyi sebagai berikut.(Diskripsi dan nama tokoh tidak sama persis dengan soal)
Di salah satu SD Mangunharjo ada siswa yang bernama Saka. Saat ini dia sudah di kelas II (dua). Dia mengalami kesulitan dalam berbicara namun sudah bisa mengatakan 'mama' dan 'papa'. Dia sulit bersosialisasi dengan teman sebayanya, jika bermain selalu diulang-ulang, naik- turun pohon didepan kelas selalu dilakukan.
Bu Mirna gurunya, mendatanginya dan berusaha merangkulnya agar tidak memanjat pohon hawatir jatuh, namun Saka justru berteriak menandakan kalau dia tidak suka Bu Mirna mendekatinya.
Dari ilustrasi diatas, saya harus mengidentifikasikan dan mengkategorikan hambatan apa yang dialami oleh Saka. Mencermati dari tingkah laku yang dilakukan Saka, saya menentukan pilihan bahwa Saka diduga mempunyai hambatan autis. Hal ini sesuai dengan apa yang yang menjadi kebiasaan Saka.
Berikut beberapa kondisi untuk mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus kategori autis :
- Tidak mau kontak mata, ekspresi muka kurang hidup dan gerak-gerik kurang tertuju.
- Tidak empati, dan tidak dapat bermain dengan teman sebaya.
- Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang. Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non verbal.
- Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
- Â Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
- Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, kurang dapat meniru.
- Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang khasÂ
- terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistic atau rutinitas yang tidak ada gunanya.
- sering kali terpukau pada bagian-bagian benda
- tidak suka dipeluk, suka berjalan jinjit.
(Sumber: tugas worksheet 1, identifikasi anak pada bimtek GPK)
Pengertian Anak dengan hambatan autis
Autisme atau autis merupakan salah satu gangguan perkembangan pada anak, dimana terjadi permasalahan pada interaksi sosial, masalah komunikasi dan bermain imajinatif "seolah-olah hidup memiliki dunia bermain sendiri" yang mulai muncul sejak anak berusia di bawah tiga tahun. Istilah autism berasal dari bahasa Yunani yaitu yang berarti aku atau diri "self". (dosenpendidikan.co.id)
Dari pengertian di atas, anak dengan hambatan autis membutuhkan penanganan yang luar biasa. beberapa kali saya menjumpai anak dengan hambatan autis, kebetulan anak dari saudara juga mengalami hal yang sama, saya tahu sendiri bagaimana ketika ibunya harus mendampingi anak tersebut, lelahnya tergadai dengan cinta, peluh keringatnya tergantikan dengan kasih sayang.