Demikian juga peserta didik harus mempunyai karakter yang baik, jiwa penolong harus melekat pada dirinya. Jangan sampai menjadi pribadi yang individual, acuh terhadap sesama, menang sendiri, dan tidak peduli dengan orang lain.
Kedua, menanamkan sikap gotong royong sejak kecil.
Sikap baik harus ditanamkan sejak dini. Dari ilustrasi di atas menggambarkan betapa anak-anak dengan mudah kita ajak untuk berbuat baik, tentunya kita sebagai guru memberikan contoh langsung. Saya dan juga rekan guru yang lain ikut bekerja sama membantu penjaga di halaman sekolah.
Menanamkan karakter secara langsung seperti ini akan mudah dipahami siswa, betapa sikap yang baik akan banyak memberi manfaat terhadap orang lain.
Ketika saya mengajak mereka keluar untuk membantu penjaga sekolah dengan senang hati mereka beramai-ramai menarik ranting-ranting pohon.
Ketiga, gotong royong dapat meringankan pekerjaan.
Sejak nenek moyang kita dulu, sudah menjadi tradisi di masyarakat pedesaan jika mengadakan kegiatan selalu dengan gotong royong. Misalnya ada tetangga yang membangun rumah, maka ketika gentingnya akan dipasang cukup dengan tetangga kanan kiri yang membantunya, ehingga dalam waktu sehari rumah sudah selesai.
Jika harus diselesaikan oleh satu orang saja pasti terasa berat, namun jika dengan bergotong royong pekerjaan akan terasa ringan.
Demikian juga yang terjadi di sini, jika penjaga sekolah tidak dibantu para siswa mungkin akan kewalahan, karena pohon yang ada di halaman sekolah jumlahnya banyak, jika dikerjakan sendiri bisa dua hari menyelesaikannya.
Keempat, dengan gotong royong pekerjaan cepat selesai.
Apapun jenis pekerjaannya jika dikerjakan secara gotong royong maka akan cepat selesai. Di sekitar kita masih ada hal-hal yang dikerjakan secara bergotong royong.