Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Metode Pembelajaran Resitasi, Solusi Bagi Siswa yang Malas Belajar

23 Oktober 2021   03:57 Diperbarui: 23 Oktober 2021   06:00 2077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa-siswi kelas I SDN Kepanjenlor-2 Kota Blitar mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM), Senin (22/3/2021)(KOMPAS.COM/ASIP HASANI)

Sejak pandemi melanda negeri tercinta ini, banyak sektor kelembagaan menjadi berhenti tanpa kompromi, tak ada yang patut disalahkan karena musibah menjadi takdir sang Ilahi.

Apapun yang terjadi jika Tuhan menghendaki, maka tidak ada yang dapat menghentikan. Demikian juga sebaliknya jika Tuhan telah menghentikan, tak ada seorangpun yang dapat menawarnya lagi. Maha suci Allah Tuhan yang Maka Kuasa atas segala alam raya.

Pandemi yang melanda selama dua tahun ini, menjadi pengalaman yang berharga bagi bangsa ini, tak terkecuali masyarakat yang menjadi objek dalam sistem pemerintahan, dalam dunia pendidikan, banyak hal yang tidak lazim tetapi harus dilaksanakan.

Contoh riil yang terjadi, pembelajaran tatap muka yang sudah puluhan abad dilakukankan, tiba-tiba harus dihentikan karena menghindari penyebaran covid. 

Dua tahun pembelajaran secara daring mempunyai dampak yang signifikan, salah satunya rendahnya minat belajar sisiwa.

Peserta didik yang seharusnya beraktivitas dibimbing guru di sekolah, tiba-tiba harus belajar sendiri di rumah tanpa ada pengawasan baik dari orang tua maupun guru.

Jikalau terbimbing hanya sebagian kecil dari siswa yang kebetulan orang tuanya mempunyai kepedulian terhadap pendidikan anak.

Jika orang tua masa bodoh dengan pendidikan akan melakukan pembiaran dan acuh terhadap capaian yang diperoleh anak. Akibatnya anak akan malas belajar, ini salah satu dampak yang melanda calon generasi milenial bangsa ini, mereka bermanja dengan kemalasan.

Hal ini menjadi pengalaman penulis, setiap kali memberikan pertanyaan, mereka tidak bisa memberikan jawaban dengan benar,

Jika saya bertanya, "Anak-anak siapa yang tadi malam belajar?" Mereka pun diam saja.

"Anak-anak siapa yang tadi malam membaca buku, angkat tangan?"

Tak ada satupun dari mereka yang mengangkat tangan. Saya tahu mereka jujur, namun sangat mengecewakan karena mereka tidak belajar, bahkan membaca bukupun, tidak dilakukan.

Hal itu beberapa kali terjadi, setiap kali diberi pertanyaan selalu dengan jawaban yang sama, malas belajar telah menghinggapi mereka. 

Saya hanya bisa menghela napas, bergumam dalam hati, ini karena pandemi yang berkepanjangan sehingga menidurkan mereka dalam mimpi-mimpi permainannya.

Melihat kondisi ini, saya harus memberikan pekerjaan rumah, dengan begitu memaksa mereka untuk belajar dan membaca. 

Kali ini saya menggunakan metode pembelajaran resitasi atau pemberian tugas.

Pengertian Pembelajaran Resitasi 

Metode pembelajaran resitasi adalah metode pembelajaran yang menekankan pada pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan atas diri sendiri melalui sejumlah tugas yang diberikan oleh guru di luar jam sekolah dalam waktu tertentu, dan hasilnya dipertanggung jawabkan kepada guru dengan tujuan untuk merangsang siswa aktif belajar baik secara individu maupun kelompok.

Dengan metode pembelajaran ini, guru dituntut untuk memberi tugas atau pekerjaan rumah dan harus dikerjakan oleh peserta didik, secara tidak langsung siswa dipaksa untuk membaca, mengulang pelajaran dan menelaah materi yang disampaikan guru. Hal ini penting untuk menghilangkan kemalasan mereka.

Adapun langkah-langkah yang harus saya lakukan sebagai berikut:

Anak usia dini sedang belajar | Sumber: Shutterstock via edukasi.kompas.com
Anak usia dini sedang belajar | Sumber: Shutterstock via edukasi.kompas.com

Pertama, menanamkan kepada siswa bahwa belajar adalah kewajiban

Menjadi sebuah kewajiban bagi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh, di mana kesempatan emas ada pada usia sekolah. 

Mereka harus memahami pentingnya belajar. Dengan belajar akan mendapat ilmu pengetahuan yang akan menjadi bekal masa depan mereka.

Pemerintah telah mewajibkan wajib belajar sembilan tahun. Hal ini diwujudkan dengan mudahnya peserta didik menimba ilmu di manapun yang ia suka. 

Menjamurnya lembaga pendidikan setingkat SD atau Madrasah, SMP atau Tsanawiyah dan masih banyak lagi lembaga pendidikan baik swasta maupun negeri.

Ini membuktikan bahwa pemerintah dengan serius memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mewadahi putra-putrinya mengenyam dunia pendidikan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. 

Pepatah mengatakan bahwa belajar di waktu kecil bagaikan melukis di atas batu, sedang belajar di waktu besar bagaikan melukis di atas air.

Maka jadikan kesempatan yang baik ini untuk serius menjadi pelajar pancasila, dengan belajar mewujudkan pondasi cita-cita yang akan diraih.

Kedua, memberikan tugas atau pekerjaan rumah bagi siswa

Guru memberikan tugas kepada siswa, baik secara tertulis maupun praktek. Dengan demikian peserta didik akan memaksa dirinya membaca buku, dan menjawab pertanyaan secara tertulis.

Langkah ini sudah seringkali saya lakukan, karena jika tidak diberi PR anak-anak biasanya tidak mau belajar. Bahkan sebagian besar siswa akan belajar jika mereka mendapat tugas dari guru.

Ketiga, memeriksa tugas siswa

Memeriksa hasil tugas siswa penting dilakukan seorang guru, karena peserta didik akan merasa dihargai pekerjaannya jika guru memeriksa tugasnya. Ini menjadi prioritas karena mereka membutuhkan pengakuan dan penghargaan atas jerih payahnya.

Saya sering diingatkan oleh murid-murid, dengan antusias mereka menunjukkan tugasnya untuk kemudian diteliti dengan seksama, mana yang betul dan mana yang salah.

Keempat, mengapresiasi bagi siswa berprestasi

Memberikan penghargaan bagi siswa yang berprestasi adalah penting, dalam hal ini bisa dengan kata-kata seperti, "Bagus kamu ada kemajuan, nak" atau "Wah, keren jawabanmu betul semua".

Dengan begitu diharapkan siswa akan termotivasi, sedangan siswa yang nilainya di bawah KKM akan berpacu untuk mendapatkan pujian dari gurunya.

Kelima, belajar menjadi kebiasaan yang tidak boleh ditinggalkan

Jika sudah mengerti pentingnya belajar, maka peserta didik tidak akan terbebani dengan tugas-tugas guru, mereka dengan senang hati menyelesaikannya. Metode ini sangat cocok untuk merangsang keaktifan siswa dan menjadikan kebiasaan belajar.

Begitu juga guru diharapkan selalu memotivasi pada siswa, dengan sebuah motto "tiada hari tanpa belajar".

Bapak dan ibu, mari kita antarkan siswa-siswi kita menjadi pribadi yang dewasa, dengan cara memahami kewajibannya, belajar untuk menyiapkan masa depan yang gemilang.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun