Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Metode Pembelajaran Based Learning, Solusi Tepat untuk Siswa yang Sering Terlambat Sekolah

13 September 2021   09:20 Diperbarui: 14 September 2021   23:26 1343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang murid diantar sekolah oleh orang tua | Dokumen pribadi

Karakter peserta didik adalah unik dan menjadi tantangan bagi guru dalam mengidentifikasi mereka. 

Dengan latar belakang yang berbeda, kemampuan ekonomi yang beragam, akan kita temukan bagaimana menyusun strategi pembelajaran yang tepat untuk mereka.

Sebagai guru kita harus menerima dan mewadahi semua role tentang kehidupan siswanya. Bahkan tidak jarang kita masuk dalam kehidupan mereka dalam rangka membentuk karakter dan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan.

Bukan berarti kita campur tangan, tetapi, karena besarnya rasa tanggung jawab memaksa kita untuk menyadari bahwa mereka adalah bagian dari masa depan bangsa. Di pundak mereka, kejayaan negeri bisa tercapai.

Langkah awal yang saya lakukan terhadap siswa

Awal tahun pelajaran baru, sengaja saya mengidentifikasi peserta didik, tujuannya untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang mereka. Baik dari rekan guru maupun dari siswa sendiri. 

Setelah mendapatkan informasi, selanjutnya saya menyusun strategi pembelajaran. Salah satu tujuannya adalah agar kompetensi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.

Setelah beberapa siswa yang pernah saya ceritakan pada artikel sebelumnya kini ada siswa yang juga menjadi perhatihan serius. 

Sebut saja namanya Jaja, beberapa kali dia terlambat sekolah, padahal rumahnya dekat dengan sekolah. Tepatnya di belakang sekolah, paling dekat di antara teman-teman yang lain.

Dia beberapa kali terlambat, akhirnya saya mencoba mencari tahu dengan menanyakan penyebab keterlambatannya.

"Jaja, hari ini kamu terlambat lagi, padahal rumahmu dekat dengan sekolahan"

Dengan hati-hati dia menjawab, "Saya memandikan adik, Bu"

"Loh, memangnya tiap hari siapa yang memandikan?"

"Nenek, Bu, tapi hari ini. Nenek belum selesai masak jadi saya yang memandikan," terangnya.

Ahirnya saya mencoba mendengar apa yang ia sampaikan. Jaja adalah anak dari orang tua yang broken home. 

Setahun yang lalu ibunya meninggalkan dia tanpa pamit untuk bekerja, sedangkan bapaknya bekerja di luar kota.

Dia tinggal bersama nenek dan kedua adiknya yang masih kecil. Hari itu, adiknya sakit panas, sehingga dia harus mensibini dengan air hangat.

Saya seorang ibu, sekaligus guru dari Jaja, mendengar cerita Jaja, seketika lidah menjadi kelu, tidak bisa berkata-kata. 

Saya berusaha menahan bulir air mata yang siap menetes dari sumbernya. Namun berusaha kutahan di hadapan bocah laki-laki itu. 

Masalah lain yang dihadapi Jaja adalah data seluler. Hal tersebut saya mengetahuinya ketika saat ada pekerjaan rumah lewat daring, dia tidak mengerjakan, ketika saya tanya, "Enggak ada paketan, Bu."

Permasalahan Jaja sangat komplek, padahal dia anak paling cerdas diantara teman-temannya.

Setelah mengidentifiksi beberapa masalah yang dihadapi, saya menjatuhkan pilihan untuk menerapkan metode pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning.

Pengertian problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah 

Menurut laman artikel cendekiawan disebutkan bahwa problem based learning merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran ini melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut. Siswa juga memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Saya melihat masalah yang dihadapi Jaja sangat kompleks, sehingga harus mengurai dan memecahkan permasalahan terlebih dahulu. 

Beberapa langkah yang dapat saya terapkan sebagai berikut:

Pertama, membuat jadwal kegiatan sehari-hari, mulai dari bangun tidur sampai menjelang tidur.

Hal ini dimaksudkan agar siswa mempunyai kegiatan yang bersifat prioritas dan yang bukan. Contoh kegiatan harian:

Contoh kegiatan harian | Dokumen pribadi
Contoh kegiatan harian | Dokumen pribadi

Kedua, berkomitmen melaksanakan apa yang telah ditulis dalam jadwal

Langkah ini sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam melatih disiplin. 

Dari jadwal yang dibuat, saya bisa mengetahui kegiatan anak-anak dalam kesehariannya. Apa yang telah ditulis, maka itu yang harus dilakukankan.

Dengan begitu rutinitas kegiatan siswa yang menjadi prioritas seperti berangkat sekolah pada jam yang telah ditentukan harus ditepati.

Jadwal ini dibuat agar siswa bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan juga keluarga. 

Hal tersebut juga sebagai implementasi muatan pelajaran PKn dalam rangka menanamkan rasa tanggung jawabnya baik untuk dirinya, keluarga dan juga masyarakat.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Ketiga, menyadari bahwa managemen waktu adalah kunci sukses

Dari ilustrasi di atas, Jaja telah melaksanakan tanggung jawabnya terhadap keluarga. Namun dia tidak tahu bagaimana mengatur waktu dengan tepat. 

Dengan menuliskan jadwal kegiatan, Jaja akan terbiasa membagi waktu untuk keluarga, juga untuk dirinya sendiri.

Menyampaikan pada peserta didik bahwa banyak orang sukses dan terkenal meraih keberhasilannya karena pintar dalam mengelola waktu. 

Mereka sangat menghargai waktu, bahkan ada peribahasa yang mengatakan waktu adalah uang (time is money).

Waktu adalah uang, jadilah dirimu yang lebih baik (benyamin Franklin) (37 kata bijak, oleh Aning Jati).

Keempat, mencontohkan tokoh sebagai figur panutan

Seperti yang kita ketahui BJ Habibie adalah Bapak Teknologi Nasional sekaligus presiden ke tiga Indonesia, beliau menjadi sukses karena managemen waktu yang ia terapkan, mengintip di laman suara.com, tentang "Rahasia managemen waktu BJ Habibie agar sukses".

Analis Departemen Ekonomi keuangan Syariah Bank Indonesia (BI), Dr.Prayudhi Azwar MEc, pernah mengunggah cara Habibie mengatur waktu yang dikutip dari buku biografi di atas Facebook.

"Saya membutuhkan waktu untuk tidur 5 jam, 2 jam untuk shalat, 1.5 jam baca Yasin dan tahlil, 2 jam berenang dan mandi, 3 jam makan, dan 3 jam menerima tamu," kata Habibie yang tertulis dalam biografinya. Sisa 7,5 dari waktunya, Habibie gunakan untuk membaca dan menulis.

Keterlambatan Jaja ke sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian, jangan sampai Jaja menerima hukuman karena keterlambatannya.

Sebagai guru sudah seharusnya kita mengetahui akar permasalahan yang menjadikan murid tidak patuh aturan, salah satunya sering terlambat sekolah. Dengan demikian dengan bijak kita akan memaklumi dan memperbaikinya.

Saat ini Jaja sudah mulai bisa mengatur waktu agar tidak terlambat sekolah, dan tetap bisa membantu neneknya di rumah sebelum berangkat ke sekolah.

Mari menjadi pendengar yang baik untuk siswa-siswi kita. Mereka membutuhkan kita sebagai orang tua di sekolah. Dengan begitu kita akan tahu apa yang mereka butuhkan. 

Semoga lelah kita menjadi lillah salam hangat dan semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun