"Ibu hanya ingin tahu saja, di kelas kok tidak ada, ternyata kamu berada di sini," ujar saya santai sambil menepi dan mengajaknya ngobrol.
"Nak, kalau kamu nanti berijazah SMA atau yang lebih tinggi lagi kamu bukan hanya menjadi tukang parkir, tetapi kamu akan mempunyai kendaraan yang akan kamu parkir di sini."
Kedua, membangun komunikasi yang baik dengan orangtua.Â
Peran orangtua dalam pembelajaran anak sangat menentukan masa depannya. Orangtualah kiblat pertama dalam keluarga, sosok orangtua menjadi panutan. Menjalin komunikasi dengan orangtua sangat dianjurkan dengan menyampaikan pentingnya pendidikan di usia sekolah.
Masa depan mereka lebih penting dari apa yang saat ini ia dapatkan, usia SD adalah usia emas untuk belajar, jangan sampai waktu belajarnya dikalahkan dengan kepentingan yang lain, termasuk membantu orang tua bekerja.
Setelah menemukan ibunya Andi di tempat parkir, saya mengajaknya ngobrol,
"Maaf, Bu, Andi boleh membantu ibu, namun sepulang sekolah saja, karena penerapan pembelajaran terbatas sampai jam 10.00 WIB," saran saya kepada Ibu paruh baya itu, "Kasihan Andi, mestinya saat ini dia belajar bersama teman-temannya."
Ketiga, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Agar siswa tidak merasa terbebani dengan materi yang disampaikan guru, saya menggunakan permainan-permainan yang menantang, bermain puzzle pada materi tertentu menjadikan siswa termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Keempat, memberikan stimulus dan respon.
Untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa, sebaiknya guru menggunakan stimulus agar tercipta respon positif pada siswa. Perubahan sikap pada siswa yang suka bolos adalah respon penemuan diri pada siswa, kesadarannya akan pentingnya belajar menjadikan tolok ukur keberhasilan belajarnya.