Sasaran utama saya adalah kebiasaan peserta didik yang kurang baik, salah satunya sering tidak masuk sekolah tanpa izin atau membolos. Dengan menentukan sasaran dan tujuan, saya lebih mudah untuk merancang program ke depannya.
Menurut KBBI, arti kata membolos adalah tidak masuk sekolah/bekerja. Bolos memiliki arti verba atau kata kerja, sehingga membolos dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman atau pengertian dinamis lainnya.
Sejak Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dimulai, semangat para siswa dan guru untuk kembali belajar sangat tinggi, gairah berproses dalam pembelajaran seperti gemuruh ombak yang siap menerjang kokohnya batu karang di tepi pantai.
Sebagian besar murid, orangtua, dan guru menyambutnya dengan gembira, bertemu kembali dengan teman sekolah, adalah hal yang dirindukan. Keriangan para siswa baik di dalam maupun di luar kelas merupakan sesuatu yang ngangeni, semua rindu akan pembelajaran normal seperti dulu.
Namun, tidak demikian bagi siswa yang satu ini. Sebut saja namanya Andi, siswa kelas V sekolah dasar. Terlahir dari keluarga kurang mampu, sejak kecil dia ditinggal ayahnya. Hingga saat ini tidak tahu di mana keberadaan ayahnya. Ia tinggal bersama ibu dan dua saudaranya. Ibunya single parent adalah sosok yang kuat, baik dari segi fisik dan juga mentalnya.
Pagi itu saya menuju salah satu kelas yang berjejer di antara kelas-kelas yang lain. Suara hak sepatu menghentikan kegaduhan di dalam kelas. Seketika suara itu senyap, kemudian salah satu murid memimpin doa, menandakan pembelajaran kelas dimulai.
Netral saya menatap di salah satu bangku yang kosong, bangku itu milik Andi. Setiap pekan mesti ada hari yang ia tidak masuk. Setelah apersepsi dimulai, saya menanyakan keberadaan Andi, "Mengapa Andi tidak masuk?"
"Pasaran, Bu," jawab salah satu siswa.
"Lo, memangnya kalau pasaran kenapa?"Â
"Andi ikut ibunya parkir di pasar Bu," celetuk siswa yang duduk tepat di belakang meja Andi.Â
"Ibunya kerja apa?"Â