Mohon tunggu...
Ruri Zainada Faryana
Ruri Zainada Faryana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta

Pendidikan Sosiologi - UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kualitas Pembelajaran dalam Mengasah Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pasca Pandemi Covid-19

19 Desember 2022   11:56 Diperbarui: 19 Desember 2022   12:20 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan Pasca Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 memaksa setiap manusia untuk beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan yang baru, termasuk dalam proses belajar mengajar di sekolah. Ketidakmampuan beradaptasi akan menambah masalah dan menghambat upaya pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, langkah dan strategi pendidikan diperlukan selama masa transisi ke masa pasca pandemi.

Sistem pelatihan online sudah berjalan sekitar 2 tahun sejak merebaknya pandemi Covid-19. Namun, sistem ini tentu berjalan dengan banyaknya hambatan yang dilalui para pelajar serta para peserta didik, sistem e-learning ini merupakan sebuah praktik baru, khususnya di Indonesia. 

Tentunya sebagai sebuah kebijakan baru, masih banyak hal yang kurang, dan ada kendala yang tidak diduga sebelumnya. Contohnya adalah kurangnya layanan penunjang pembelajaran online, bahkan banyak siswa yang tidak memiliki handphone atau komputer untuk mendukung proses pembelajaran online ini. Keadaan seperti itu membuat mereka kebingungan menghadapi kendala tersebut.

Permasalahan pembelajaran daring tidak berhenti pada tingkat pelayanan fasilitas pendukung, namun yang jauh lebih penting adalah faktor internal yang dihadapi oleh peserta didik yaitu tingkat pemahaman peserta didik yang belum komprehensif. Tidak sedikit peserta didik yang masih belum memahami semua materi yang diberikan secara online. 

Ini adalah sebuah masalah besar karena butuh waktu 2 tahun untuk menerapkan sistem ini. Jika ini terus dibiarkan peserta didik di generasi muda lulus tanpa memahami ilmu yang diperoleh hanya karena mereka menyerah pada pandemi yang tidak memungkinkan untuk mempertahankan sistem pendidikan yang optimal.

Hal ini tentu berdampak pada cara berpikir peserta didik dalam melakukan pembelajaran, dalam pembelajaran daring yang sudah dilakukan kurang lebih selama 2 tahun tersebut, banyak siswa yang merasa kurangnya pengawasan dan menjadi tidak fokus dalam melakukan proses belajar mengajar, pendidik pun tidak bisa mengawasi secara langsung apa saja yang sebenarnya peserta didik lakukan jika dibalik kamera online. 

Ini juga akan berdampak besar pada era pasca pandemi seperti sekarang yang dimana sekolah sudah banyak yang menerapkan sekolah luring/offline. Peserta didik akan merasa tidak terbiasa dengan sistem yang baru karena sudah terbiasa dengan sistem online.

Terkait permasalahan peserta didik di masa pandemi Covid-19 yang mempengaruhi proses pembelajaran, maka diperlukannya strategi yang dapat mengatasi kecemasan peserta didik di era pasca pandemi. Selain itu, diperlukan sistem peralihan dari pembelajaran daring ke pembelajaran tatap muka. Hal ini dilakukan untuk mengakomodasi siswa yang sebelumnya masih sering mengandalkan pembelajaran daring.

Untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam proses pembelajaran, diperlukan strategi-strategi berikut yang harus diterapkan oleh para pendidik pada pembelajaran luring yang akan dilakukan di sekolah, yaitu: 

  • Keseimbangan antara isi dan proses memperkenalkan topik keseimbangan antara isi dan proses.
  • Keseimbangan antara ceramah dan diskusi (interaksi), teori belajar Piaget menekankan pentingnya mediasi sosial dalam perkembangan struktur mental baru.
  • Mmembuat diskusi kelas, guru sebaiknya memulai presentasi dengan "Pertanyaan". Ajukan pertanyaan yang dapat memunculkan pemikiran kritis pada peserta didik.

Perspektif Ivan Illich Pada Kualitas Pembelajaran dalam Berpikir Kritis Siswa

Dari sudut pandang Illich, pendidikan yang bermanfaat adalah pendidikan yang membangkitkan sikap kritis siswa terhadap dunia dan kemudian membawa perubahan. Untuk berlaku adil terhadap kehidupan di dunia yang terus berubah, pendidikan tidak hanya berorientasi pada pengajaran keterampilan formal, tetapi juga pada pelatihan perilaku berdasarkan keterampilan profesional.

Pendidikan yang bermanfaat adalah pendidikan yang membangkitkan sikap kritis peserta didik terhadap dunia dan kemudian membawa perubahan. Untuk menghadapi kehidupan di dunia yang terus berubah, pendidikan tidak hanya berorientasi pada penguasaan keterampilan formal, tetapi juga pada pendidikan perilaku yang berbasis pada keterampilan profesional. Menurut Ivan Illich, sistem pendidikan yang baik, yang meliputi pendidikan, harus memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk memperoleh sumber belajar secara bebas dan mudah setiap saat.

Oleh karena itu, dalam sistem pendidikan yang baik agar siswa juga dapat mampu berpikir kritis dalam melakukan pembelajaran, Ivan Illich memiliki tiga tujuan pada kualitas pebelajaran sekolah, yaitu:

  • Memungkinkan setiap orang memperoleh sumber belajar dengan bebas dan mudah setiap saat,
  • Memudahkan setiap orang yang ingin mentransfer ilmunya kepada orang lain, serta bagi yang ingin menerimanya,
  • Menjamin tersedianya masukan pendidikan secara umum. Sistem seperti itu mengandaikan bahwa jaminan pendidikan konstitusional benar-benar dipatuhi. Siswa tidak boleh dipaksa untuk mengikuti kurikulum wajib atau didiskriminasi karena sertifikat atau gelar mereka.

Penulis: Ruri Zainada Faryana

Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta

Daftar Referensi

Hidayat, Rakhmat. (2011). Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Illich, I. (1970). Deschooling Society. Cuernavaca, Mexico 

Asmuni. 2020. Problematika Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 dan Solusi Pemecahannya. Jurnal Paedagogy : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol. 7 No. 4.

Atmoko, Banu. 2020. Ajarkan Siswa Keterampilan Berpikir Kritis. Pena Belajar Kemdikbud

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun