Mohon tunggu...
Runi
Runi Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Menulis di waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

PERSEMBAHAN UNTUK IBU

21 Januari 2011   05:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:20 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

12 hari sebelum hari ulangtahun ibu, aku ditelepon oleh sebuah event organization. Mereka menawarkanku mengikuti kegiatan pameran produk sebuah perusahaan sambal lokal. Di acara itu, aku akan dibayar sebagai pembagi brosur dan sales promotion selama 10 hari berturut-turut. Rasa syukur tak pernah berkurang, lalu ku bayangkan sebuah persembahan untuk ibu dihari Ulangtahunnya.

Pekerjaan sudah kujalani dengan senang hati sampai hari terakhirku bekerja. Gaji pun telahku terima. Bahkan aku mendapatkan bonus karena mampu menjual barang melebihi terget. sungguh bahagia aku dibuatnya, dan lagi-lagi bayangan persembahan untuk ibu makin nyata.

Esok harinya,

aku sudah bersiap untuk membeli sebuah persembahan yang sudah lama ibu inginkan. Sebuah cincin emas 24 Karat walaupun hanya 3 atau 4 gram. Namun tiba-tiba, saudaraku dari pesantren datang dan berkata bahwa dia ingin mengikuti ujian paket C untuk mendapatkan Ijazah Negara. Ibu memang berkata yang sebenarnya bahwa kami di rumah tidak memiliki uang cadangan untuk keperluan tersebut. Tapi sungguh, ibu sangat menginginkan saudaraku mengikuti ujian itu. Jadi, aku... sejujurnya dengan berat hati menyerahkan seluruh gajiku pada ibu, dan menceritakan semua pengalaman kerjaku.

Tak henti-hentinya kudengar dari bibir ibu panjatan rasa syukur. Aku tahu, meski ibu berkata bangga padaku, hatinya pasti merasa sedih. Entah apa pun alasannya, ibu berkata "ini rezekimu nak, ikutilah ujian itu." sambil memberikan uang yang sebenarnya akan menjadi hak ibu.

Hari ulangtahun ibu pun tiba. Tidak ada satu pun persembahan untuk ibu di hari spesial itu. Hanya sisa uang hasil menjual baju jahitan ibu  yang kami miliki.  Mungkin hanya aku saja yang merasa sedih. Dan mungkin juga benar ucapan seseorang bahwa ibu akan selalu tersenyum di depan anak-anaknya walau dia sedang gundah.

Siangnya, saat kami sedang bersenda gurau membicarakan acara televisi, paman dan bibiku datang. mereka membawa oleh-oleh untuk kami semua. Aku dan adikku mendapat cokelat, dan ibu mendapatkan sebuah tas dan baju baru.

Cukup lama juga paman dan bibiku bertamu dirumah kami. Jadi hari itu menjadi hari yang sangat ramai. Sambil memakan kue dan buah yang paman bawa, kami semua tertawa membicarakan sesuatu yang penting dan mungkin juga tidak penting. Entahlah, karena aku hanya pendengar.

Sore Hari setelah paman dan bibi pulang, ibu memandangiku sambil tersenyum. Beliau bercerita panjang lebar padaku tentang masa kecilnya yang indah sambil tertawa-tawa. Aku senang, hari itu sungguh sangat cerah. Malam harinya menjelang tidur, aku berkata pada ibu "Selamat Ulang Tahun Ibu.." dengan senyum khasnya beliau lalu mengusap kepalaku dan berkata "terimakasih sayang".

Darah rela kau korbankan

demi menghidupkanku

Keringat telah kau cucurkan

demi membesarkanku

keberanian dan kesucian adalah dirimu


kau lebih dari pahlawan tanpa tanda jasa

dan,,

kau lebih dari bendera yang menjulang tinggi ke langit

kau jadikanku lebih berharga

ditanganmu, negeri ini bisa menjadi permata


hormatku untuk keberanianmu

patuhku atas kesucianmu

bila air matamu adalah berlian

bila doa tulusmu adalah mutiara

kau adalah makhluk terkaya dengan semua itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun