Ginggangtani, Grobogan - Di era di mana isu lingkungan menjadi perhatian global, Desa Ginggangtani menghadapi tantangan serius terkait pengelolaan sampah. Pembakaran sampah, terutama plastik, masih menjadi praktik umum di kalangan warga, menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan dan lingkungan.Â
Menanggapi situasi ini, tim KKN-MB 052 IAIN Kudus mengambil inisiatif brilian dengan memperkenalkan proyek ecobrick, mengubah ancaman menjadi peluang kreatif.
Ecobrick, sebuah inovasi dalam pengelolaan sampah plastik, menjadi solusi yang dipilih oleh mahasiswa KKN-MB 052. Teknik ini memanfaatkan botol plastik yang diisi padat dengan sampah anorganik, menciptakan "batu bata" ramah lingkungan yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan konstruksi.Â
Tidak hanya mengurangi jumlah sampah plastik, ecobrick juga menawarkan alternatif bangunan yang berkelanjutan dan terjangkau.
Proses pembuatan ecobrick dimulai dari tahap pengumpulan sampah. Tim KKN-MB 052 dengan gigih mengumpulkan botol plastik dan sampah anorganik dari berbagai sumber - rumah warga, sekolah sekitar, bahkan pondok pesantren.Â
Botol plastik ukuran 600 ml menjadi pilihan utama untuk proyek ini. Setelah dicuci dan dikeringkan, sampah dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam botol hingga padat, menciptakan "batu bata" ecobrick yang kokoh.
Puncak dari proyek ini adalah pembangunan taman ecobrick yang menakjubkan. Pada hari Minggu, 13 Oktober 2024, halaman TK Pertiwi di dukuh Kembanggading, Desa Ginggangtani, disulap menjadi taman indah yang terbuat dari susunan ecobrick. Proyek ini mendapat sambutan hangat dari pihak desa dan para guru TK.
"Menurut saya, ecobrick yang telah dibuat ini sangat ramah lingkungan dan membuat lingkungan indah dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan di sekitar kita. Ecobrick ini juga dapat mengurangi jumlah sampah," ungkap salah satu guru TK Pertiwi, mencerminkan antusiasme dan apresiasi masyarakat terhadap inovasi ini.
Manfaat ecobrick melampaui aspek estetika semata. Teknik ini menawarkan solusi konkret untuk mengatasi masalah pembakaran sampah yang prevalent di daerah tersebut. Pembakaran sampah terbuka tidak hanya menghasilkan asap yang mencemari udara dan membahayakan kesehatan, tetapi juga meninggalkan residu abu yang mengandung logam beracun seperti merkuri, timbal, dan arsen. Dengan mengalihkan sampah plastik menjadi ecobrick, proyek ini secara efektif mengurangi praktik berbahaya tersebut.
Lebih dari sekadar taman, ecobrick membuka peluang kreativitas tak terbatas. Meja, kursi, dan berbagai furnitur lainnya dapat diciptakan menggunakan teknik ini, menawarkan solusi furnitur yang ekonomis dan ramah lingkungan. Proyek ini tidak hanya berkontribusi pada perlindungan lingkungan tetapi juga mendukung pembangunan yang lebih berkelanjutan dan hemat biaya.
Inisiatif KKN-MB 052 IAIN Kudus di Desa Ginggangtani menjadi contoh nyata bagaimana kreativitas dan kepedulian lingkungan dapat bersinergi untuk menciptakan perubahan positif. Proyek ecobrick ini tidak hanya mengatasi masalah sampah plastik, tetapi juga menginspirasi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan berinovasi dalam pengelolaan sampah.
Keberhasilan proyek ini menjadi bukti bahwa solusi sederhana namun inovatif dapat membawa dampak signifikan bagi lingkungan dan masyarakat. Dengan semangat dan dedikasi, mahasiswa KKN-MB 052 IAIN Kudus telah membuka mata masyarakat Ginggangtani terhadap potensi tersembunyi dari sampah plastik, mengubahnya dari ancaman menjadi aset berharga bagi komunitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H