Mohon tunggu...
Rumondang  Damanik
Rumondang Damanik Mohon Tunggu... Trainer -

I'm an anthusiastic and energic woman, Eager to learn, Sosialable and fun in doing jobs

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Karena Aku Wanitamu

21 April 2019   18:27 Diperbarui: 21 April 2019   18:28 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Karena aku wanitamu

Hai wanitaku....

Dimana kau sekarang? Tanyamu padaku.

Aku ada disini, disamping tuan, mendampingi dan mendorong.

Aku disini, selalu setia mendampingi tuan kemana pun tuan hendak pergi.

Aku disini merencanakan sesuatu, sesuatu yang menakjubkan.

Aku disini memberi tuan inspirasi, meringankan beban hingga tuan bisa leluasa.

Aku disini menunggu tuan siang dan malam,

menunggu hingga larut dan membukakan pintu untuk tuan.

Aku disini membantu tuan mengenakan sepatu dan dasi tuan.

Karena aku adalah wanitamu.

Aku disini menanakkan nasi dan memberi suap buat anak tuan.

Aku disini menghitung jumlah rupiah yang kau sisihkan.

Aku disini menggosok punggungmu yang lelah.

Karena aku adalah wanitamu

Tapi aku bukan pembantu.

Aku disini memberikan tuan keleluasaan dan kepercayaan, bahwa anak tuan aman disini, sekali lagi aku bukan pembantu

Aku disini menenangkan tuan saat hati tuan resah.

Aku disini menyejukkan saat pikiran tuan kalud

Aku disini meregangkan saraf saraf tuan, tapi aku bukan pelacur.

Tuan....pernahkah anda berpikir?

Pernahkah anda berkata kata?

Kalau aku bukan pembantu dan juga bukan pelacur.

Karena aku adalah wanitamu

Apakah tuan mengerti maksudku?

Apakah tuan paham yang kumaksud?

Kadang tuan acuh, kadang tuan tak perduli.

Bukan karena tuan tidak tahu, tapi tuan pura pura tidak tahu.

Tuan....

Kau bukan Tuhan.

Tuan....

Kau juga bukan malaikat

Yang tahu segala isi hati dan pikiranku.

Yang tahu segala yang kumau dan kuinginkan.

Yang tahu segala yang kurasakan dan kupikirkan.

Tapi tuan ....

Aku selalu berkata dan berkata

Seratus kali bahkan beribu kali

Tapi kadang telingamu tidak mendengar

Bibirmu terkunci dan tergembok

Tuan....

Bolehkan kubuka gembok dengan kunciku?

Bolehkah aku masuk menilik?

Bolehkan aku sekedar mengintip jendela hatimu?

Agar aku bisa tahu dan memahami isi di bilik hatimu.

Tuan....

Kapan terakhir kali tuan mengajakku keluar?

Ya...di luar banyak udara dan kebebasan.

Kapan tuan memberiku peluang?

Agar beban tuan tak seberat ini?

Ijinkan aku menanggung sedikit beban itu, tapi jangan kau tuangkan semua di pundakku.

Ijinkan aku meringankan sedikit tanggung jawabmu, tapi jangan kau serahkan semuanya ke tanganku.

Tuan....

Aku bicara saat diam

Aku berkata kata dalam diam

Aku berpikir saat diam

Aku bertindak saat diam.

Lalu...

Apakah tuan mengijinkanku?

Apakah tuan memberiku ruang?

Apakah tuan memberiku tempat untuk berkarya?

Apakah tuan membebaskanku?

Emansipasi wanita

Ya....karena aku wanitamu

Selamat Hari Kartini

21 April 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun