Selamat pak Dhe....senang rasanya hati ini melihat dan menyaksikan dengan langsung kemenanganmu untuk memimpin negeri ini. Hati yang mengharu biru menunggu detik detik saat menentukan pilihan tepat di wajahmu hingga menunggu hasil quickcount di depan tv. Meski banyak tantangan dan rintangan yang kami hadapi saat memilihmu menjadi presidenku, presiden kami semua.
Kami bangga dengan hasil karya nyatamu di negeri ini, meski sebagian kecil bahkan mungkin sebagian besar yang mencoba untuk membohongi kata hatinya untuk tidak mengakui hasil karya nyata yang telah kau persembahkan selama 4.5 tahun. Itu tidak mudah, itu tidak gampang seperti membalikkan telapak tangan atau ucapan simsalabim ada kadabra lalu terciptalah karya. Itu tidak sia sia pak Dhe. Mungkin itu tidak berarti bagi mereka, tapi bagi kami, itu sangatlah brilliant.
Aku tidak tahu bagaimana caramu melakukan itu semua, aku tidak mengerti bagaimana proses yang kau lakukan untuk mencapai kinerjamu. Yang kutahu, ketulusan hatimu terpancar dari wajahmu yang bersahaja, tutur katamu yang sopan dan bahasa tubuhmu yang yang ikhlas. Ikhlas tanpa pamrih, ikhlas tanpa memandang kaum, ikhlas tanpa memandang suku dan agama. Semua kau lakukan seolah olah besok kau akan mati dan meninggalkan kebaikan. Kau sungguh luar biasa pak Dhe....kau sungguh menginspirasi banyak kaum.
Aku berdiri disini, menunggu dengan jantung yang berdebar debar, menata hatiku yang mungkin terluka dan tergores oleh cemoohan dan hinaan yang ditujukan untukmu. Tak bosan bosannya mereka menghujatmu, tak henti hentinya mereka mencari celah untuk menyalahkanmu.Â
Dari beberapa media sosial yang kubaca sepanjang menjelang pilpres 2019, mungkin bukan satu dua orang yang mencemoohkanmu. Bahkan ada yang berani mempertaruhkan harga dirinya hingga menelanjangi tubuhnya dan memotong sebagian dari anggota tubuhnya jika kau menang. Itu sangat melukai perasaanku, itu telah menorehkan luka di hatiku, sebab aku tidak yakin orang itu akan melakukan nazarnya jika kau menang.
Tapi aku.... aku tidak bisa berbuat apa apa, aku tidak dapat melakukan apa apa, aku tidak berdaya, aku hanya berharap yang terbaik dan melakukan yang terbaik. Memilihmu kembali menjadi pemimpin negeri ini, menyanjungmu bukan dengan kata kata, mendukungmu bukan hanya suara melalui bilik itu, tapi mendoakanmu agar Tuhan menunjukkan telunjuk jari tangan dan hatinya menunjukan wajahmu menjadi pemenang.
Andai kau kalah dalam pilpres periode ini, aku tak pernah menyalahkan siapa siapa, aku tak akan mencari kambing hitam untuk menyalahkan orang lain, orang yang mungkin tidak menyukaimu, orang yang mungkin tidak menginginkan kehadiranmu di pucuk kepemimpinan negeri ini, sebab mereka takut kami kaum minoritas ada di pihakmu.Â
Harusnya itu tidak boleh terjadi. Bukan....bukan itu. Bukan itu alasan agar kau memenangkan pertarungan ini. Engkau tahu? Lawanmu bukan bapak Prabowo, lawanmu adalah dirimu ketika kau menang atau kalah, kau masih bias berdiri tegap dan tenang menghadapi situasi apapun. Sebab tujuanmu bukan untuk kepentingan pribadi.
Siapa pun pemimpin negeri ini, itu sudah tertulis dan itu boleh terjadi atas kehendak Allah yang maha kuasa. Tak ada yang lebih berkuasa di muka bumi ini selain Allah. Allah yang menciptakan manusia di muka bumi pertiwi dan menjadikannya besar dan berkuasa atas negeri ini. Allah yang maha tahu dan maha sempurna, yang tidak bisa dikalahkan oleh siapa pun. Jika Allah berkehendak, apapun bisa terjadi. Jika Allah menginginkan, maka itu akan terjadi.
Kehadiranmu menjadi pemimpin yang bukan lagi baru, kau hanya melanjutkan kinerja yang telah kau rintis dan menuntaskannya hingga negeri ini aman dan sentosa. Banyak pekerjaan yang harus kau selesaikan, banyak tugas yang harus kau emban di pundakmu, tanggung jawab yang besar terhadap  negeri ini. Itulah yang menjadi bebanmu. Beban yang mungkin berat, namun aku yakin kau dapat menjadi nahkoda yang menjelajah negeri hingga ke pelosok. Engkau sangat perduli dan perhatian kepada kaum papa dan miskin.
Tujuanmu bukan untuk menunjukkan kekuasaanmu, namun untuk membawa negeri ini menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Engkau menciptakan lapangan pekerjaan, mempermudah akses pendidikan, memberikan layanan kesehatan yang terjangkau, membangun kota yang produktif, membangun desa yang terbelakang, hingga kami dapat merasakan kesetaraan dalam pendidikian dan kemakmuran. Bukan menjadi lahan perompak dan perampok yang berkeliaran di negeri ini. Bukan menjadi lahan koruptor yang merajalela di bumi pertiwi yang tercinta ini.
Tanah air kita, Indonesia jaya dalam genggaman tangan bersihmu, bersih dari kotornya otak koruptor, bersihnya dari otak kemalasan, bersihnya dari otak keserakahan. Aku menyandarkan harapanku di bawah kepemimpinanmu, negeri ini dikenal damai dan sejahtera di mata bangsa lain.Â
Biarlah negara tetangga boleh bersahabat dengan erat, biarlah negara di dunia ini mengakui, Indonesia yang akan maju dan memberikan peluang yang besar bagi bangsanya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan menjadikan anak anak bangsa menjadi orang yang mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya. Hingga kemiskinan dan kemelaratan jauh dari jangkauan.
Aku tahu kau bukan Tuhan, aku tahu kau bukan malaikat yang dapat menyelamatkan bangsa ini. Kau tidak sendirian pak Dhe....ada aparatur negara ini yang akan menjaga stabilitas dan keamanan negara. Ada wakil wakil rakyat yang akan menampung aspirasi rakyat.Â
Biarlah aspirasi itu bukan hanya sekedar diperdengarkan, tapi akan mendapat jawaban. Ada banyak menteri yang akan mengelilingimu, dan ada banyak pemimpin pemimpin daerah sebagai perpanjangan tanganmu yang akan memudahkan dan memberikan ruang dan kesempatan bagi anak bangsa untuk berkarya.
Sekali lagi.... selamat buatmu pak Dhe.... hingga malam ini aku menuliskan surat ini, aku tahu kemenangan ada di tanganmu. Aku tidak perduli jika besok hasil real count yang menunjukkan kemenangan atau kekalahanmu. Tapi aku.... aku akan selalu mendukungmu, tangan tangan cerdas akan melakukan tugasnya dengan sebaik baiknya, pikiran pikiran cemerlang akan mampu mencerna dengan menggunakan logikanya.Â
Kekalahan bukanlah akhir dari segalanya, sebab dari kekalahan kita banyak belajar, belajar untuk koreksi diri dan memperbaiki. Kemenangan juga bukan dari awal segalanya, sebab kemenangan akan dipertaruhkan dengan hasil nyata dari kemenangan itu.
Semoga tidak banyak yang mengurung diri di kamarnya dan memenuhi lorong lorong kecil di rumah singgah tempat orang tak waras. Semoga semakin banyak orang orang yang bisa menerima kekalahan dan kemenangannya.
Salam 01, NKRI harga mati
17 April 2019
Rumondang Damanik
(Orang yang selalu bangkit dari kegagalan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H