Mohon tunggu...
Ruminto
Ruminto Mohon Tunggu... Guru - Back to Nature

Senang membaca dan menulis, menikmati musik pop sweet, nonton film atau drama yang humanistik dan film dokumenter dan senang menikmati alam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Membeli Pahala

1 Februari 2025   02:34 Diperbarui: 1 Februari 2025   02:34 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tiga pohon kelapa ( sumber; sketsa pribadi )

     " Pak apa di Masjid Mujahidin sedang membangun ?"

Aku menjawab dengan dingin dan pendek ;

     " Ya " ucapku tanpa menoleh dan terus membaca

     " Kalau begitu itu pohon kelapanya di infakkan saja kesana, biar ayahku dapat pahala !" ucapnya seakan " nylemong " begitu saja turun dari lagit.

     Sejujurnya, itu sebenarnya rencanaku. Aku bermaksud untuk membeli pohon itu dan akan kuinfakkan ke masjid. Tapi kini dia malah langsung kesasaran rencanaku itu. Oooohhhh .....My GOD, jadi ini jawaban Tuhan terhadap do'aku ??? Oh, rencana Tuhan memang jauh lebih jitu !

     Ide untuk membeli dan menginfakkan pohon kelapa itu mincul, pertama. Jum'at minggu lalu aku Jum'atan di msjid Mujahidin karena giliran khotib. sehabis sholat jum'at panitia mengumumkan ada kegiata kerja bakti minggu besok dan info masih butuh banyak bamboo dan papan batang pohon kelapa.  Kedua, sebelum itu aku ketempat saudaraku ditempat itu juga, ternyata ada beberapa pohon kelapadepan rumah yang ditebang. Padahal setahuku tidak akan memperbaiki rumah. Makanya aku tanya, kenapa ditebang ? Sebenarnya pohon itu sudah ditawarkan pada pembeli dan sudah deal harganya. Tapi ditunggu-tunggu sampai tiga bulan, belum juga mau ditebang. Maka dikonfirmasi lagi. Ternyata si pembeli agak setengah hati untuk membelinya konon katanya karena susah pemasarannya, begitu ceritanya. Akhirnya dibatalkan, dan si calon pembeli itu malah gembira seolah terlepas dari beban berat. Dan oleh saudaraku itu kemudian pohon kelapa ditebang untuk di infakkan ke masjid, dan aku terinspirasi mengikutinya.

     Tapi pohon kelapa itu milik istriku, sebab pekarangan dan yang rumah yang ditempati ini milik dia warisan dari orang tua. Pohon itu sangat dekat dengan rumah, aku ingin pohon itu untuk ditebang sudah lama. Tapi setiap kali diusulkan, istriku selalu keberatan, sayang untuk ditebang. Maka satu-satunya jalan agar bisa ditebang, aku harus membelinya. Kebetulan masjid tempatku dulu itu sedang membutuhkan papan kayunya, maka aku bermaksud untuk menginfakkannya setelah kubeli tentunya. Seandainya waktu itu istriku memasang harga yang sangat tinggi pun , aku tetap akan membelinya juga !

     Oh ya, kami bau saja merenov rimah secara total ( jadi sekarang aku punya andil terhadap rumah yang kami tempati ini he he he .... Tidak seratus prosen numpang warisan dari mertua ). Terakhir aku usul melalui tukang pekerja yang merenov rumah kami ini. Biar istriku lebih yakin Hasilnya, istriku mau menebang, tapi tunggu nanti dibeli orang. Dan itu susah. Makanya aku punya ide untuk membelinya dan seterusnya itu.

*

KALAU begitu, sekarang berarti uang yang rencananya untuk membeli pohon kelapa itu batal dan masuk kantong lagi . Asyeek ....! Karena urusan dengan istri sudah deal, maka hari jum'at berikutnya aku kembali jum'atan di masjid itu sekalian memberitahukan pada salah saatu rekan panitia, Mas Wadi karena dia yang pegang urusan tebang menebang pohon. Di teras masjid, kami ngobrol ;

     " Mas Wadi, aku mau nyumbang glugu "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun