" Terus kalau kamu beli batabg kayunya untuk apa ? "
Sebenarnya aku punya rencana sendiri, tapi rahasia. Tak mungkin kubocorkan.
   " lagian dikebun juga banyak kayu terbengkelai, mau nambah-nambah mubadzir aja ! " sambungnya pula dengan nada memprotes.
   " Bu kalau sudah saya beli, ye terserah aku "
   " Ndak bisa, ndak jelas untuk apa gitu ?"
   " Jadi ndak boleh dibeli ?"
   " Ndak, biar aja pohon kelapa itu tetap berdiri tegak disitu."
Kami saling diam. Aku membalikan badan membelakangi istriku. Suasana jadi agak tegang. Tak lama kemudian istriku terdengar keluar. Aku segera beranjak bangun dan bergegas menutup pintu sampai berbunyi klik tapi tetap tak dikunci. Apakah usahaku gagal, Oh Tuhan bagaimana nasib " Â do'a suci " ku itu ?
*
SEDIKIT BANYAK kejadian itu mempengaruhi hubungan kami berdua. Cenderung dingin dan minimalis. Seperti sore itu misalnya. Kami bertiga duduk santai diruang depan. Anaku semata wayang, asyik main ha-pe. Istriku lagi ngemil sambil buka ha-pe juga. Aku baca buku. Jadi minim komunikasi.
   Tapi ditengah suasana yang enggan seperti itu, tanpa prolog apapun sama sekali, tiba-tiba istriku bertanya ;